Adanya hutan di daerah Bogor sebenarnya tidak hanya memberikan keuntungan bagi masyarakat Bogor secara spesifik, melainkan juga masyarakat yang ada di daerah hilir. Sebagai contoh, air tanah yang kita konsumsi di Jakarta merupakan hasil aliran bawah tanah yang mengalir dari daerah ketinggian di Bogor.
- Tingginya konsumsi air bersih
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa tingginya jumlah penduduk di Jakarta memiliki pengaruh terhadap tingkat konsumsi air bersih. Di permukaan tanah Jakarta berdiri berbagai jenis bangunan, mulai dari permukiman, pusat perbelanjaan, hotel, tempat wisata, hingga industri yang semuanya membutuhkan air untuk memenuhi kebutuhan manusia di dalamnya.
Menurut PAM JAYA pada tahun 2017, dengan jumlah penduduk sekitar 10 juta jiwa, kebutuhan standar rata-rata penduduk Jakarta terhadap air bersih adalah 150 L per orang per hari. Bisa dibayangkan betapa banyaknya jumlah air tanah yang disedot hingga hari ini. Bahkan karena adanya pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk Jakarta hari ini pun tentunya telah lebih dari 10 juta jiwa.
Dengan perilaku yang terus terjadi seperti ini, sangatlah mungkin jika bencana akan timbul di kemudian hari. Pada tahun 2019, beberapa wilayah di Jakarta telah mengalami kekeringan, seperti Penjaringan, Kalideres, dan Cipayung.
Meskipun kekeringan tidak murni terjadi hanya karena ulah manusia, namun perilaku tersebut juga memiliki pengaruh terhadap kekeringan yang terjadi. Bahkan perilaku konsumsi air tanah seperti itu juga dapat mengakibatkan penurunan muka tanah. Menurut National Geographic Indonesia pada tahun 2018, wilayah Jakarta Utara telah mengalami penurunan muka tanah sebesar 2,5 m dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.Â
Selain kekeringan dan penurunan muka tanah, tingginya konsumsi air tanah di daerah pesisir juga dapat mengakibatkan intrusi air laut. Intrusi air laut merupakan naiknya batas antara permukaan air tanah dengan permukaan air laut ke arah daratan yang disebabkan oleh perbedaan tekanan air tanah dan air laut serta adanya karakteristik lapisan batuan.
Menurut redaksi Darilaut.id pada tahun 2019, akibat konsumsi air tanah yang demikian tingginya, di Jakarta Utara muka air laut telah mengalami kenaikan hingga 1,5 m di atas permukaan tanah.
Hal tersebut dapat dimulai dari hal yang sederhana, seperti tidak membuang sampah ke sungai, melakukan penanaman pohon atau tanaman lain di sekitar rumah, hingga menggunakan air secukupnya.
Meskipun kegiatan tersebut terlihat sederhana, namun memiliki dampak yang sangat besar jika dilakukan oleh semua orang. Tak mau kan mengalami krisis air bersih?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H