Mohon tunggu...
Fachri Marchel Tryawan
Fachri Marchel Tryawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Indonesia

Berusaha untuk memahami dunia dan kompleksitasnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Obstetric Violence: Unnecessary Medical Intervention Melalui Operasi C-Section di India

20 Desember 2023   20:00 Diperbarui: 20 Desember 2023   20:02 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar belakang

Violence against women atau kekerasan terhadap perempuan merupakan semua bentuk kekerasan yang menargetkan perempuan, baik dalam bentuk fisik, seksual, maupun psikis. Selain gender, kekerasan terhadap perempuan tidak memiliki ciri-ciri korban atau pelaku sehingga siapapun dapat menjadi pelaku dan perempuan manapun dapat menjadi korban. Kekerasan terhadap perempuan telah dialami setidaknya satu dari tiga perempuan di dunia. Karena hal inilah kekerasan terhadap perempuan sering disebut sebagai “Global pandemic”. 

Di banyak budaya, terutama budaya yang patriarkis, perempuan dianggap sebagai second-class citizens. Karena hal tersebutlah kekerasan terhadap perempuan cenderung seperti dinormalisasi dan bahkan diinstitusionalisasi di berbagai belahan dunia. Bentuk kekerasan terhadap perempuan yang terjadi melalui institusi biasanya terjadi di institusi-institusi kesehatan seperti rumah sakit. Salah satu bentuk kekerasan yang sedang trending adalah unnecessary medical intervention terhadap ibu hamil. Bentuk spesifik dari unnecessary medical intervention tersebut adalah Caesarean section atau c-section

Caesarean section atau C-Section merupakan proses operasi untuk melahirkan bayi melalui mengiris perut dan rahim dari sang ibu. C-section pada umumnya dilakukan ketika sang ibu atau anak memiliki resiko medis jika tidak dioperasi. Maka dari itu C-section sebenarnya merupakan satu bentuk operasi yang sangat berguna di dalam kondisi tertentu. Namun jika C-section dilakukan tidak dalam kondisi tertentu–dengan kata lain unnecessary–dapat beresiko terhadap sang ibu. 

Studi dari Villar et al (2007) menyatakan bahwa unnecessary C-section dapat meningkatkan resiko morbiditas ibu dan bahkan kematian pada bayi yang baru lahir. Hal  tersebut menjadi sangat disayangkan ketika melihat tren c-section di dunia justru meningkat. Penelitian dari Betran et al (2016) menemukan bahwa kelahiran bayi baru melalui c-section berada di angka 18,6%, hampir 9% di atas angka ideal yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO). Kenaikan tren ini juga terlihat di India sebagai salah satu negara dengan angka pertumbuhan populasi yang besar. 

Kekerasan terhadap perempuan dalam bentuk pemaksaan intervensi medis yang tidak dibutuhkan inilah yang akan menjadi fokus dari penulis. India sebagai negara dengan angka pertumbuhan populasi yang besar menjadi salah satu negara paling terpengaruh dengan epidemi c-section ini. Maka dari itu penulis merumuskan satu pertanyaan penelitian, yaitu “bagaimana kekerasan terhadap perempuan melalui unnecessary medical intervention terjadi di India?”

Framework

Konsep Obstetric Violence

Obstetric violence merupakan semua bentuk kekerasan terhadap perempuan yang berkaitan dengan kebidanan dan kehamilan. Beberapa karakteristik utama dari obstetric violence adalah atensi yang kurang terhadap kondisi darurat obstetrik, menghambat hubungan antara ibu dan anak sesaat setelah kelahiran tanpa alasan medis yang jelas, mengubah proses kelahiran natural dengan teknik-teknik untuk mempercepat kelahiran tanpa konsen sang ibu, dan melakukan operasi c-section di dalam kondisi yang memungkinkan untuk melahirkan secara normal tanpa resiko. Maka secara luas, konsep obstetric violence melihat bagaimana perempuan–terutama ibu hamil–mendapatkan penganiayaan, sikap tidak hormat, pelecehan fisik dan verbal, serta perawatan tanpa konsen (Edward & Kibanda, 2023). 

Yang menarik dari konsep obstetric violence adalah bagaimana bentuk kekerasan tersebut merupakan bentuk kekerasan interseksional antara kekerasan institusi dan kekerasan terhadap perempuan (WGNRR, 2021). Rumah sakit sebagai institusi yang seharusnya menjamin keselamatan dan kesehatan justru memberikan perlakuan-perlakuan yang tidak manusiawi terhadap para perempuan, khususnya ibu hamil. 

Sayangnya, konsep obstetric violence merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan yang sering diabaikan karena minimnya informasi terhadap isu-isunya. Hal inilah yang menyebabkan minimnya kebijakan publik yang mengatur terkait obstetric violence. Konsep ini dapat secara spesifik melihat bagaimana kenaikan tren dari c-section di seluruh dunia merupakan manifestasi dari bentuk kekerasan terhadap perempuan. 

Narasi Masalah dan Pembahasan

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, tren c-section di India semakin meningkat pesat. India sebagai negara dengan angka pertumbuhan penduduk yang besar tentunya menyumbang angka kasus c-section secara besar juga. Dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa World Health Organization menetapkan angka 10% sebagai angka ideal dari jumlah kasus c-section. Namun, angka c-section di rumah sakit publik India mencapai 21,5%. Lebih memprihatinkan lagi ketika melihat bahwa kasus c-section di rumah sakit swasta India mencapai 47,5% (CNA, 2023). 

Angka tersebut menunjukkan bahwa hampir setengah kelahiran di rumah sakit swasta India adalah kelahiran melalui c-section. Meningkatnya jumlah kasus c-section di India telah terjadi sejak awal tahun 2002. Beberapa peneliti melihat bahwa kenaikan tersebut tidak dapat dijelaskan secara medis karena kenaikan kasus c-section yang begitu drastis merupakan anomali dari sisi medis. Maka dari itu beberapa penjelasan alternatif berusaha menjelaskan epidemi tersebut melalui kacamata sosio-ekonomi dan keserakahan secara general.

Yang pertama, peningkatan tren c-section yang sangat jomplang antara rumah sakit publik dan rumah sakit swasta dapat dijelaskan melalui faktor sosio-ekonomi. Studi dari Singh et al (2020) menemukan bahwa para ibu dengan edukasi yang lebih tinggi, hidup di area perkotaan, dan merupakan bagian dari ekonomi menengah ke atas merupakan karakteristik yang lebih banyak melakukan c-section. Hal tersebut disebabkan harga dan akses terhadap rumah sakit swasta yang notabene lebih baik dibanding rumah sakit publik lebih dapat dijangkau oleh ibu-ibu dengan kelas ekonomi tinggi. Sedangkan ibu-ibu yang berada di kelompok ekonomi menengah ke bawah lebih jarang terpapar dengan mekanisme rumah sakit swasta. 

Maka kemudian pertanyaannya beralih kepada mengapa rumah sakit swasta lebih banyak menghasilkan kelahiran melalui c-section? CNA Insider (2023) menjelaskan bahwa dokter-dokter di rumah sakit swasta dibayar sesuai dengan banyaknya c-section yang dioperasikan. Sifat dari rumah sakit swasta sebagai institusi yang money-oriented ini kemudian memberikan insentif untuk dokter-dokter agar lebih sering melakukan operasi c-section yang cenderung lebih mahal dibanding melakukan persalinan normal. Hal tersebut dilakukan oleh dokter-dokter di rumah sakit swasta India dengan cara “memaksa” pasien untuk melakukan c-section. Paksaan tersebut dilakukan melalui pemberian “false sense of urgency”  oleh dokter. Dokter akan menakuti pasien dengan mengatakan bahwa c-section diperlukan meskipun pada nyatanya tidak. Unnecessary medical intervention inilah yang kemudian menyakiti perempuan. Hal kemudian juga menjelaskan kenapa ada kejomplangan angka c-section di antara rumah sakit publik yang tidak begitu money-oriented dan swasta yang money-oriented. 

Konsep obstetric violence dapat ditarik kembali untuk melihat bagaimana penjelasan di atas merupakan satu bentuk dari kekerasan terhadap perempuan. Rumah sakit swasta sebagai institusi kemudian memberikan paksaan melalui false sense of urgency kepada pasien untuk melakukan c-section. Unnecessary medical intervention inilah yang kemudian dapat menyakiti perempuan. Terjadinya obstetric violence ini dapat dicegah melalui regulasi yang ketat terhadap rumah sakit swasta dan persalinan secara general. Maka dari itu, pemerintah India perlu membentuk regulasi yang melindungi perempuan dari obstetric violence. 

Kesimpulan

Peningkatan tren Caesarean section atau c-section di dunia menjadi hal yang mengkhawatirkan bagi masyarakat. India sebagai negara dengan angka pertumbuhan penduduk yang tinggi juga menyumbang angka kasus c-section yang sangat tinggi. Angka kasus c-section yang berada di 47,5% merupakan angka yang sangat jauh dari angka ideal yang ditetapkan oleh WHO. Sifat institusi rumah sakit swasta yang money-oriented ternyata dapat menjadi faktor yang besar terkait kenapa bentuk obstetric violence melalui c-section ini menjadi satu hal yang trending di india. Regulasi yang ketat terhadap rumah sakit swasta dan perlindungan bagi perempuan terhadap obstetric violence menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah India.

Meskipun tren C-section di Indonesia belum sama tingginya dengan India, namun pemerintah perlu untuk membentuk regulasi terkait perlindungan perempuan terhadap obstetric violence sebagai langkah preventif. Jika tidak, akan ada ratusan ribu atau bahkan jutaan ibu di Indonesia yang juga akan dieksploitasi kehamilannya seperti yang terjadi di India. 

Daftar Pustaka

Betran, et al. (2016). The Increasing Trend in Caesarean Section Rates: Global. Regional, and National Estimates: 1990-2014. Plos one. 11(2).  doi:10.1371/journal.pone.0148343

CNA Insider. (2023). A Million Cuts: India’s C-Section Epidemic | Undercover Asia. Youtube. https://www.youtube.com/watch?v=zSRfUsiiLGU&t=1083s

Edward, M. & Kibanda, Z. (2023). Obstetric Violence: A Public Health Concern. PubMed Central. 6(1). doi: 10.1002/hsr2.1026

Singh, et al. (2020). Prevalence and determinants of voluntary caesarean deliveries and socioeconomic inequalities in India: Evidence from National Family Health Survey (2015-16). Clinical Epidemiology and Global Health 8. pp. 335-342.

Villar, et al. (2007). Maternal and neonatal individual risks and benefits associated with caesarean delivery: multicentre prospective study. BMJ (Clinical research ed.), 335(7628), 1025. https://doi.org/10.1136/bmj.39363.706956.55

Women’s Global Network for Reproductive Rights. (2021). Obstetric Violence. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun