Mohon tunggu...
Fabrianus Eka
Fabrianus Eka Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Anak Baik

Selanjutnya

Tutup

Film

Film Budi Pekerti : Perjuangan Bu Prani dalam Menghadapi Cyberbullying

5 Mei 2024   16:02 Diperbarui: 5 Mei 2024   16:08 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster foto film Indonesia Budi Pekerti (Foto: Instagram @filmbudipekerti)

Jakarta -- "Budi Pekerti" adalah sebuah karya yang memukau dari sutradara dan penulis berbakat, Wregas Bhanuteja. Melalui film drama Indonesia tahun 2023 ini, penonton diantar pada perjalanan emosional yang mendalam. Dengan dukungan dari Rekata Studio dan Kaninga Pictures, kisah ini terwujud dalam visual yang memikat dan cerita yang menginspirasi.

Para aktor terkemuka seperti Sha Ine Febriyanti sebagai Bu Prani, Dwi Sasono sebagai Pak Didit, Prilly Latuconsina sebagai Tita, Angga Yunanda sebagai Muklas, dan Omara Esteghlal sebagai Gora, membawa karakter-karakter yang penuh warna dan kompleks ke layar. Ari Lesmana, sebagai Tunas, juga memberikan kontribusi yang tak terbantahkan dalam pembangunan narasi yang kuat.

Dengan peran-peran yang mendalam dan penampilan yang memukau, para aktor ini berhasil mempersembahkan karakter-karakter yang mampu menggugah emosi penonton. Dari konflik-konflik kecil hingga peristiwa dramatis yang mengguncang, setiap momen dalam "Budi Pekerti" diwarnai dengan keaslian dan kekuatan yang menghidupkan cerita. 

Dengan demikian, "Budi Pekerti" tidak hanya sekedar film, tetapi sebuah pengalaman sinematik yang memperkaya jiwa dan memicu refleksi mendalam tentang nilai-nilai budi pekerti dan kompleksitas manusia dalam menghadapi cobaan kehidupan.

Setiap adegan dan dialog dirancang dengan teliti, menghasilkan sebuah karya yang tak terlupakan dan memikat bagi para penikmat film Indonesia. Budi Pekerti tayang perdana di Festival Film Internasional Toronto pada 9 September 2023. Kisah gemilang dari panggung perfilman Indonesia, di tahun 2023, terukir dengan kehebatan Sha Ine Febriyanti yang meraih Piala Citra FFI untuk pemeran utama perempuan terbaik dalam film yang menggetarkan, 'Budi Pekerti'. Tidak hanya itu, Prilly Latuconsina juga menorehkan sejarah dengan memenangkan Piala Citra pertamanya sebagai pemeran pendukung perempuan terbaik, melalui perannya yang memukau dalam kisah ini.

Dengan latar belakang Yogyakarta yang memikat, film "Budi Pekert" menggambarkan masa pandemi dengan kepekaan yang menggugah hati. Cerita mengelilingi Bu Prani, seorang guru BK, yang tanpa sengaja menjadi perbincangan utama di jagat media sosial setelah video perselisihannya di pasar viral. 

Konsekuensi dari tindakannya yang terbukti tidak mencerminkan sikap seorang pendidik menjadi momen pahit dalam hidupnya. Bersama keluarga, Bu Prani harus menghadapi perundungan dan ancaman kehilangan pekerjaan akibat pencarian kesalahan lebih lanjut yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya.

Dalam momen yang penuh makna tersebut, Ibu Prani memberikan nasihat yang bijaksana kepada anaknya Muklas dengan berkata, "Jangan menjadi animal bio yang suka terprovokasi dan mengejek. Tetapi, jadilah animal cucakrowo yang bersuara merdu dan menenangkan," Ibu Prani ingin mengajarkan Muklas untuk tidak terbawa oleh emosi negatif dan perilaku yang kurang produktif. Dia ingin Muklas memilih jalur kedamaian, ketenangan, dan respons positif dalam menghadapi situasi sulit.

Lebih dari sekadar kata-kata, pernyataan Ibu Prani menggambarkan sikap bijaksana yang dapat membimbing Muklas dalam menghadapi tantangan kehidupan. Dengan mengingatkan Muklas untuk tidak terbawa emosi negatif dan mengejek orang lain, Ibu Prani mengajarkan nilai-nilai kesabaran, empati, dan pengendalian diri.

Tidak hanya itu, film ini juga menghadirkan kutipan-kutipan inspiratif tentang kehidupan. Ketika Ibu Prani mengatakan, "Kalau dunia terlalu berisik, tutup telingamu, pejamkan mata dan dengarkan detak jantungmu," dia mengajarkan Muklas untuk menyadari keberadaannya sendiri di tengah kekacauan dunia, untuk menghargai momen keheningan, dan untuk menyimak suara batinnya.

Sementara itu, Ibu Prani juga berkata "Di dalam dunia yang berisik, kita hanya perlu mendengarkan suara hati," film ini menyampaikan pesan bahwa kebijaksanaan dan petunjuk terbaik seringkali berasal dari kebeningan dalam diri kita sendiri, dari suara hati yang tulus.

Dengan demikian, melalui dialog-dialog dan kutipan-kutipan yang kaya makna ini, film ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menjadi sumber inspirasi dan pemahaman bagi penontonnya tentang pentingnya memilih jalur kedamaian, kesabaran, dan kebijaksanaan dalam menghadapi kehidupan.

Dalam film "Budi Pekerti," konsep teori agenda setting yang pertama kali dikemukakan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw pada tahun 1972 tercermin melalui peristiwa yang menggambarkan bagaimana media massa, dalam hal ini media sosial, dapat memengaruhi persepsi publik tentang seseorang atau suatu peristiwa.

Keselarasan teori ini dengan cerita film terlihat jelas dalam insiden perselisihan antara Ibu Prani dan seorang pembeli di pasar. Ketika peristiwa itu terekam dan diunggah ke media sosial tanpa sepengetahuannya, video tersebut dengan cepat menjadi viral. Seiring dengan penyebaran video, pendapat-pendapat negatif dari netizen mulai berkembang, di mana Ibu Prani dinilai tidak sesuai dengan standar perilaku seorang guru.

Dampak dari viralnya video tersebut tidak hanya terbatas pada reputasi Ibu Prani sebagai seorang guru, tetapi juga merembet ke sekolah tempat dia mengajar. Kepala sekolah, yang merupakan pihak berwenang, mengancam akan mengeluarkannya dari sekolah sebagai akibat dari peristiwa tersebut. Hal ini menunjukkan bagaimana agenda yang ditetapkan oleh media sosial dapat memengaruhi keputusan dan tindakan lembaga-lembaga penting dalam masyarakat.

Tidak hanya itu, dampaknya juga dirasakan oleh keluarga Ibu Prani. Mereka menjadi sasaran penilaian dan hukuman atas peristiwa yang melibatkan anggota keluarga mereka. Identitas mereka terus-menerus disorot dan dicari-cari kesalahan, menciptakan ketegangan dan kegelisahan dalam keluarga tersebut.

Dengan demikian, melalui narasi yang disajikan dalam film "Budi Pekerti," penonton dapat melihat bagaimana teori agenda setting dapat beroperasi dalam konteks modern di mana media massa, terutama media sosial, memiliki peran yang signifikan dalam membentuk opini publik dan mempengaruhi kehidupan seseorang serta lingkungan sekitarnya.

Pesan tersirat yang terdapat dalam film "Budi Pekerti" Ketika kita berinteraksi di media sosial, penting untuk menjaga kehati-hatian dan kebijaksanaan dalam menyikapi informasi dan interaksi yang kita temui. Meskipun media sosial memberikan platform bagi setiap orang untuk menyampaikan pendapat dan berekspresi, namun terlalu mudah terhasut oleh pandangan negatif orang lain dapat membawa dampak yang merugikan, seperti yang dialami oleh Bu Prani.

Kisah Bu Prani adalah cerminan dari betapa cepatnya informasi dapat menyebar di dunia digital dan bagaimana persepsi negatif seseorang terhadap suatu peristiwa dapat memicu reaksi berantai yang tidak terkendali. Ketika videonya menjadi viral, fokus publik langsung tertuju pada emosinya yang terlihat meledak-ledak, tanpa mempertimbangkan konteks sebenarnya dari kejadian itu.

Namun, apa yang seringkali terlupakan adalah bahwa video tersebut hanya merupakan potongan pendek dari keseluruhan kejadian. Tanpa pemahaman penuh tentang konteksnya, orang-orang dengan mudah terjerumus dalam penilaian yang tidak adil dan menyebabkan perundungan terhadap Bu Prani dan keluarganya.

Untuk menghindari konsekuensi yang merugikan seperti yang dialami oleh Bu Prani, penting bagi kita sebagai pengguna media sosial untuk tidak terlalu reaktif terhadap konten yang kita lihat. Sebaliknya, kita harus meluangkan waktu untuk melakukan pengecekan ulang terhadap informasi yang diterima sebelum memberikan reaksi atau menyebarkannya lebih jauh. Dengan cara ini, kita dapat membantu menciptakan ekosistem media sosial yang lebih sehat, di mana informasi dipertimbangkan secara bijak dan interaksi dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun