berkebalikan dengan Hypnopomic sleep paralysis yang terjadi saat tubuh mengalami perubahan dari fase tidur ke fase bangun, Hypnagogic sleep paralysis terjadi saat tubuh mengalami perubahan dari fase bangun ke fase tidur.Â
Saat peralihan fase NREM ke fase REM, tubuh kehilangan kesadaran dan mata akan perlaha terpejam, seseorang mengalami Hypnagogic sleep paralysis pada saat tubuhnya kehilangan kesadaran, namun matanya tetap terbuka, dan tetap dapat merasakan hal hal disekitar, namun tubuhnya tidak dapat digerakan.
Mencegah "Ketindihan"
Semua orang akan tetap mempunyai resiko untuk mengalami "ketindihan", tidak masalah apakah orang tersebut laki laki ataupun perempuan. Beberapa orang hanya mengalami sebanyak satu hingga dua kali saja seumur hidup, namun ada orang yang mengalaminya dengan intensitas yang lebih tinggi, beberapa kali dalam sebulan, ataupun lebih sering, tergantung pada seberapa banyak pemicu fenomena ini yang ada pada seseorang. Meskipun begitu, ada cara cara yang mungkin dilakukan, untuk memperkecil resiko terjadinya "ketindihan", seperti:Â
- Mengambil waktu tidur yang cukup, sekitar 6-8 jam setiap malam
- Mendesain lingkungan tidur dengan senyaman mungkin
- Menghentikan aktifitas penggunaan gadget sebelum tidur, sekurang kurangnya 1 jam sebelum tidur
- Menciptakan kebiasaan tidur dan bangun pada waktu yang sama secara konsisten
Berolahraga dengan teratur, meminimalisir konsumsi kafein dan minuman beralkohol, dan menghentikan kebiasaan merokok juga turut membantu mengurangi probabilitas terjadinya sleep paralysis pada seseorang.
Pertanda "Ketindihan"
Umumnya, kelumpuhan daat tidur akan menghilang dengan sendirinya dan jarang membutuhkan penanganan medis secara khusus. Akan tetapi, anda dapat memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami beberapa hal ini:
- Rasa cemas dan kekhawatiran berlebihan
- Tubuh terasa lemas dan lelah selama seharian
- Bergadang semalaman, dan merasakan gejala yang tidak mengenakan
Begitulah penjelasan ilmiah dibalik fenomena sleep paralysis atau "ketindihan", kejadian ini murni akibat dari ketidakstabilan yang terjadi dalam tubuh, dan bukan disebabkan oleh pengaruh pengaruh mistis dan kekuatan gaib.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H