Mohon tunggu...
Fabian Satya Rabani
Fabian Satya Rabani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar, model, dan atlet

Hobi bermain musik, membaca, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akhir Perayaan

16 September 2024   16:07 Diperbarui: 16 September 2024   16:11 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pexels.com

Bian mengangguk. "Semoga semua berjalan sesuai rencana."

Acara dimulai dengan penampilan gamelan dan nyanyian sinden yang membawa suasana tenang dan penuh makna. Namun, saat acara memasuki pidato kepala sekolah, mikrofon tiba-tiba mati. Ketegangan segera melanda.

Bian berlari ke belakang panggung, mencoba memperbaiki masalah. "Ada apa ini?" gumamnya sambil memeriksa kabel yang terlepas.

Sementara itu, Caca berusaha menenangkan penonton dengan memimpin nyanyian lagu-lagu daerah. Meskipun suasana tegang, keberanian Caca dan keteguhan Bian berhasil mengatasi masalah. Setelah beberapa menit, mikrofon berfungsi kembali dan pidato kepala sekolah dilanjutkan.

Ketegangan meningkat lagi saat kelompok seni tari tampil. Beberapa penari terlihat gugup, dan salah seorang hampir terjatuh saat menari. Caca, di belakang panggung, memberikan isyarat agar mereka tetap tenang. Bian, menonton dari samping, merasa deg-degan.

Namun, penonton memberikan tepuk tangan meriah. Kekurangan yang terlihat dianggap sebagai keaslian dan usaha keras para penari. Bian dan Caca saling pandang, lega dan senang melihat semuanya berjalan baik.

Setelah acara selesai, Bian dan Caca duduk di bangku taman, memandang langit senja yang memerah. "Kita berhasil, Ca," kata Bian dengan senyum lelah namun puas.

Caca mengangguk. "Iya, Bi. Tapi ini baru permulaan. Masih banyak yang harus kita lakukan untuk melestarikan budaya kita."

Bian mengangguk serius. "Kamu benar. Acara ini sukses, tapi tugas kita sebagai generasi muda masih panjang. Kita harus terus belajar dan menjaga warisan yang diberikan kepada kita."

Hari-hari berikutnya di SMA Nusantara dipenuhi semangat baru. Siswa-siswa yang awalnya kurang tertarik pada budaya kini menunjukkan minat. Setiap Jumat, sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler untuk pelestarian budaya---menari, mempelajari musik tradisional, dan bahasa daerah.

Diskusi tentang keberagaman semakin sering diadakan di kelas. Para guru memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya mempertahankan identitas di tengah globalisasi. Bian, yang awalnya merasa terbebani, kini semakin bersemangat. Dia sering mengajak teman-temannya untuk ikut serta dalam kegiatan budaya di sekolah dan desanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun