Tanta Ginting juga cukup sukses membawakan karakter Sutan Syahrir yang ceplas-ceplos dan berapi-api serta dibawanya beberapa aktor Jepang seperti Nobuyuki Suzuki (Laksamana Maeda) yang telah terkenal di perfilman dan serial TV Jepang dan Keio Pamudji (Kumakichi Harada) yang pernah bermain di film Sang Kiai turut menambah kesan realistis dalam film ini.
Film ini seakan membawa sebuah pocket knowledge tentang sejarah hidup Bung Karno, meski film ini tak menjangkau seluruh sejarahnya namun film ini cukup untuk menumbuhkan minat terutama generasi muda untuk menggali lebih dalam lagi sejarah hidup Bung Karno dan rentetan peristiwa dalam persiapan kemerdekaan Indonesia.Â
Berbeda dengan film-film bertema kemerdekaan Indonesia lainnya, sadisme dalam film ini tidak terlalu banyak, meskipun ada beberapa adegan berdarah, namun scene film cenderung mengarah ke perjalanan politik Bung Karno bukan pada perang kemerdekaan.Â
Sadisme yang tidak terlalu banyak tentunya akan menggait lebih banyak audience dari berbagai kelompok umur. Kekurangan terletak pada editing film yang modern menjadikan film ini sedikit nanggung.Â
Keambiguan terjadi ketika properti dalam film terkesan tahun '45 namun cinematic editing yang dihadirkan terlalu modern sehingga menimbulkan kesan yang kurang dalam film ini.Â
Dikatakan film jadul bukan, namun dikatakan film modern juga belum bisa karena properti yang dihadirkan sangat klasik. Overall, terlepas dari kekurangannya, Soekarno: Indonesia Merdeka merupakan film yang cukup epic, full of knowledge, full of meaning, dan sangat membangkitkan rasa bangga kita terhadap tanah air. Gak bohong deh coba tonton sendiri! Taktik politik, kepemimpinan yang cinta rakyat, hingga sisi romantisme Soekarno dihadirkan dalam film ini sehingga cocok ditonton di setiap tanggal 17 Agustus!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H