SPOILER WARNING! JANGAN BACA PARAGRAF SATU HINGGA EMPAT JIKA TIDAK INGIN TERKENA SPOILER! Cerita film ini dimulai dengan masa kecil Soekarno yang masih bernama Kusno.Â
Seorang bocah keturunan Jawa yang sakit-sakitan sehingga keluarganya memutuskan mengganti namanya menjadi Soekarno yang merujuk kepada tokoh pewayangan yaitu Adipati Karna, seorang Pandawa terlupakan yang kekuatannya setara kelima saudaranya. Soekarno tumbuh menjadi remaja yang penuh percaya diri, bahkan dalam mendekati gadis Belanda yang membuatnya diusir berkali-kali karena Soekarno seorang pribumi.Â
Dalam film ini, Soekarrno remaja diceritakan sering berlatih pidato dan sangat mengagumi salah satu tokoh bangsa yaitu HOS Tjokroaminoto yang kemudian menjadi gurunya. Soekarno tumbuh menjadi seorang orator ulung yang pandai merebut hati rakyat dan membuat Belanda darah tinggi karena kerepotan mencegah massa yang bergerak.Â
Keahliannya merebut hati rakyat membuat Soekarno dibuang Belanda ke daerah Ende, Nusa Tenggara Timur, tempat dimana dia bertemu Fatmawati dan konsep Pancasila yang cukup merubah hidupnya.Â
Romansa dan masalah cinta dihadirkan dalam film ini dimana Soekarno mulai jatuh cinta dengan salah satu muridnya, Fatmawati. Hal ini membuat hubungannya dengan Inggit yang sudah menemani perjuangan Soekarno selama bertahun-tahun menjadi merenggang.
Hari demi hari berlalu, lalu tersiar kabar pasukan Jepang mulai memasuki Flores, Nusa Tenggara Timur. Penghancuran Pearl Harbour menjadikan posisi tim negara fasisme unggul di Perang Dunia 2 sehingga Jepang bisa masuk ke koloni Belanda yang kabur terbirit-birit menuju Australia untuk menghindari tentara Jepang. Soekarno yang saat itu dianggap 'penting' akhirnya dibawa menuju Jawa untuk dimanfaatkan melancarkan propaganda Nippon.Â
Kedatangan Jepang dengan semua kekuatannya memaksa Soekarno untuk merubah corak perjuangannya yang tadinya bercorak perlawanan terbuka menjadi perlawanan yang lebih halus dan kooperatif. Perlawanan kooperatif terpaksa harus dilakukan Soekarno demi menghindari pertumpahan darah.Â
Dari mulai mengirim pelacur untuk 'hiburan' tentara Nippon agar tidak menculik gadis-gadis desa hingga mengikuti semua kemauan Jepang dari mulai pemenuhan logistik agar tak terjadi penjarahan sampai tunduk pada propaganda Romusha. Sikap kooperatif ini memicu pertentangan dengan golongan muda pimpinan Sang Bung Kecil, Sutan Syahrir.
Sikap kooperatif Soekarno mulai terkurangi ketika terdengar desas-desus bahwa Jepang sedang terdesak di Perang Dunia 2. Sejak saat itu, Soekarno, Hatta, dan Syahrir mulai 'berjalan dua kaki', kooperatif namun juga segera mempersiapkan bentuk dan dasar negara. Hingga secercah cahaya muncul ketika Laksamana Maeda membentuk panitia persiapan kemerdekaan Indonesia.Â
Dalam sidang panitia itu, terjadi banyak dialektika dalam penentuan bentuk negara, ada yang ingin negara Islam, negara komunis, dan lain-lain. Di tengah itu Soekarno kemudian maju dan menyampaikan 5 gagasan dasar negara miliknya.Â
Inilah epic scene pertama yang tak boleh anda lewatkan, pembacaan lima butir gagasan Pancasila diiringi lagu nasional dan riuh tepuk tangan peserta sidang akan membuat nasionalisme anda sedikit terhentak, wkwk! Epic scene ini mungkin bisa disejajarkan dengan kemunculan 3 versi Spiderman di film Spiderman No Way Home, ups!Â