Pada tanggal 10 Oktober tahun 1921 terlahirlah seorang anak laki laki yang tidak akan diduga kelak dia besar akan menjadi apa? Anak itu lahir di sore hari di suatu pulau yang bernama pulau Biak, Papua, Hindia Belanda. Ya anak laki laki itu bernama Frans kaiseipo seorang anak yang baik dan ramah, tidak ada yang menduga saat besar nanti Frans akan menjadi apa dan akan seperti apa, di sore hari yang tenang kala itu Frans sedang bermain di pesisir pantai yang indah sambil menikmati sore yang indah. Tak lama ibunya pun memanggil
  "Frans ayoo nak cepatlah masuk matahari sudah mulai tenggelam, nanti kau masuk angin" ucap ibu dari Frans dan Frans pun menyaut dari bawah pohon kelapa dekat halaman belakang rumahnya
  "Baik buu tunggu sebentar lagi aku sedang menikmati senja ini." setelah itu Frans masuk kedalam rumah, melihat ibunya yang sedang masak untuk hidangan malam, tanpa banyak basa basi Frans pun langsung membantu ibunya untuk menyiapkan hidangan malam.
Keesokan harinya Frans diajak oleh ayahnya pergi untuk mencari ikan dilaut, tatkala sedang mencari ikan dilaut. Frans mempunyai berjuta pertanyaan kepada ayahnya tentang daerah tempat ia lahir ini. Dan Frans pun memberanikan diri untuk bertanya kepada ayahnya.Â
  "ayah mengapa pulau tercinta ini, dijajah oleh orang asing?, mengapa orang orang ituu ada di pulau kita?, bukankah mereka seharusnya tidak ada di pulau kita ini."Â
Tapi ayahnya pun bingung dan tidak bisa berkata dengan pertanyaan Frans tersebut ayahnya hanya berkata. "sudahlah nak kau jangan banyak memikirkan pertanyaan aneh seperti ituu, yang penting kita masih bisa hidup kan sudahlah."Â
  Setelah pulang mencari ikan Frans langsung bergegas membantu ayahnya membawa ikan untuk dibawa kerumahnya, saat dirumah Frans langsung menemui ibunya yang sedang beres-beres."hai ibu lihatlah aku mendapatkan ikan yang banyak sekali". Ibunya pun menyaut "wahh mantap sekali nak kamu sama seperti ayah yang memiliki bakat untuk mencari ikan sendiri". Frans pun tertawa mendengar perkataan ibunya "hehehe iyaa buu tapi ini juga kan hasil ayah semua aku hanya ikut saja tadi"Â
Setelah itupun Frans pergi mandi dan melanjutkan aktifitas seperti biasanya.
Keesokan harinya Frans bangun di pagi buta untuk bersiap mandi dan sekolah. Frans harus pergi ke sekolah dari pagi buta karna jarak tempuh sekolah yang cukup jauh, dia harus berjalan kaki kurang lebih dalam waktu 1jam, karna pada saat itu jarang sekali yang memiliki kendaraan bahkan hampir tak ada.Â
Saat disekolah Frans belajar dengan sungguh sungguh. Setelah pulang sekolah Frans menjalani aktifitas seperti biasanya dari membantu ibu ataupun ayahnya.Â
Hari hari sudah berlalu Frans menjalani hidupnya dengan menjadi anak yang periang, meskipun Frans sedikit merasa hidupnya sedikit tidak tenang karna pulau Biak kala itu masih ada dibawah kekuasaan Belanda. Frans yang mulai berajak dewasa, mulai memiliki pemikiran ketidak sukaan nya terhadap belanda ya Frans dikenal sebagai pemuda yang hidupnya anti belanda.Â
Ia pun sedikit sedikit menentang dari kebijakan belanda apalagi pada saat sudah merdekanya Republik Indonesia dan Frans juga pernah sekolah Agama Kristen di Manokwari dan sekolah kursus pegawai Papua di kota Nica yang mana Frans juga cukup cerdas Frans pun Sejak muda, sudah dikenal sebagai aktivis gerakan kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Irian.Â
Pada tahun 1945 Frans juga bertemu dengan Sugoro atmoprasodjo di sekolah kursus pegawai mereka menjadi teman dekat dan mereka suka membahas tentang Republik Indonesia Frans suka sekali mengadakan pertemuan dengan Sugoro atmoprasodjo hanya untuk membahas kemerdekaan Indonesia.
  "Frans apakah Papua akan terus menerus ada di bawah kepemimpinan Belanda?, apakah kamu tidak ingin menggabungkan Papua dengan Republik Indonesia?" Ucap dari Sugoro
  "Tentu saja akupun ingin menyatukan Papua ini dengan Indonesia tapi aku bingung sekali bagaimana caranya untuk mengajak rakyat rakyat papua untuk ikut berjuang dengan diriku" ucapnya dengan bersemangat. "Apalagi Silas papare sudah ditangkap oleh belanda!, semangat diriku untuk menggabungkan Papua dengan Indonesia semakin membara, sepertinya aku dan johan akan melanjutkan semangat para aktivis pro Republik Indonesia yang sudah ditangkap oleh Belanda."
 "Baiklah mari kita sama sama mendatangi johan"
Pada malam itu Frans mendatangi johan untuk mengajaknya melanjutkan semangat dari aktivis yang udah ditahan oleh papua karna johan dan Frans memiliki semangat yang sangat besar dan juga memiliki jiwa anti Belanda maka frans dan johan dari malam itu mulai menentang sebagian kecil dari aturan belanda, bahkan Frans pernah menyuruh anaknya untuk mengganti plang nama sekolah yang kala itu bernamakan Papua Bestuurschool menjadi Irian Bestuurschool.Â
Hal yang tidak bisa dilupakan juga Frans pernah mengikuti Konferensi Malino 1946 yang membahas pembentukan Republik Indonesia Serikat.Â
  Konferensi Malino adalah sebuah konferensi yang berlangsung pada tanggal 15 Juli - 25 Juli 1946 di Kota Malino, Sulawesi Selatan dengan tujuan membahas rencana pembentukan negara-negara bagian yang berbentuk federasi di Indonesia serta rencana pembentukan negara yang meliputi daerah-daerah di Indonesia bagian Timur. Konferensi ini dihadiri oleh 39 orang dari 15 daerah dari Kalimantan (Borneo) dan Timur Besar (De Groote Oost).
Johan ariks pada tahun 1947 setelah tertangkapnya papere johan mengetahui rencana mengintegrasikan Irian barat sebagai wilayah Indonesia tapi sayangnya Frans bukannya mengembangkan otonominya tapi malah terlibat pemberontakan di Biak pada tahun 1948. Dan Frans pun harus ditangkap oleh belanda dan di tahun 1949 dia menolak untuk penunjukan sebagai pemimpin delegasi Nugini Belanda dalam Konferensi Meja Bundar Belanda-Indonesia, karena ia merasa Belanda berusaha mendikte dia. Karena perlawanannya, dia dipenjarakan dari tahun 1954 hingga 1961.Â
  "saya tidak ingin sekali lagi di-dikte oleh Belanda meskipun saya harus ditangkap dan dipenjarakan!" ucap Frans dengan percaya diri.Â
Setelah Frans keluar dari penjara ia mendirikan Partai Irian pada tahun 1961 yang mempunyai tujuan untuk menyatukan irian dengan Republik Indonesia baru beberapa bulan partai itu ada, pada tanggal 19 Desember 1961 di yogyakarta presiden soekarno mengeluarkan perintah trikora yang artinya (tri komando rakyat) yang isinya adalahÂ
1.membatalkan pembentukan "negara Papua" yang diciptakan oleh kekuasaan kolonial Belanda
2.mengibarkan bendera Indonesia di Irian Barat, dengan demikian menegaskan kedaulatan Indonesia di daerah tersebut
3.mempersiapkan mobilisasi untuk "mempertahankan kemerdekaan dan penyatuan tanah air"
Tidak terbayang lagi perasaan Frans yang sudah rela masuk penjara untuk menyatukan kedaulatan Irian barat dengan Republik Indonesia. Setelah keluarnya Trikora tersebut Frans juga turut aktif dalam pengibaran bendera merah putih di Irian barat dia dengan bangga nya mengibarkan bendera merah putih di tanah papua kala itu, dan dia juga termasuk kumpulan orang pertama kali yang menyanyikan lagu Indonesia Raya di tanah papua, karna adanya trikora tersebut Belanda terpaksa harus menandatangani perjanjian New york pada 15 Agustus 1962. Dan karna kejadian itu tepat 1 tahun Belanda menandatangani perjanjian tersebut pada 1 Mei 1963, Perserikatan Bangsa Bangsa mengesahkan pengalihan Irian barat ke Republik Indonesia, tapi pemerintah Republik Indonesia diberi tugas dari tahun 1963-1969 pemerintah harus mengembangkan daerah Irian barat dan pada akhir tahun warga asli papua harus memutuskan ingin terus dengan Indonesia atau ingin mengurusnya sendiri, Frans pun senang dengan keputusan dari PBB tersebut, karna perjuangan dia tidak sia sia.
  Dan Gubernur pertama Irian yaitu Elias jan Bonai yang menjabat kurang dari 1 tahun dari 1963-1964, awalnya bonai memihak kepada Rakyat tapi sayangnya dia menyalah gunakan kekuaasaan dan menggunakan Penentuan Pendapat Rakyat di Irian untuk memisahkah pemerintahan dari tindakan Bonai menyebabkan dia harus mengundurkan diri,saat dia turun dari jabatannya dia mendorong membuat organisasi yang dinamakan OPM (Organisasi Papua Merdeka). karena Frans sudah terkenal dengan perjuangannya Frans pun menjabat sebagai gubernur "Aku harus membuat warga Irian ini kembali kepada Republik Indonesia lagi apa yang harus aku lakukan" terbesit di pikirannya untuk mengajak warga Irian agar percaya dengan Republik Indonesia karna hal itu membuat dorongan Pemerintah Indonesia untuk opsi penentuan pendapat rakyat
Dia berani mengambil resiko meskipun harus melawan Rakyat papua asli, akhirnya pada tahun 1969 Irian yang berganti nama menjadi Papua resmi tergabung dalam indonesia
"Akhirnya aku bisa menyatukan Pulau tercinta ku ini dengan Republik Indonesia" karena tekad yang bulat tersebut Frans terpilih menjadi anggota parlemen untuk Papua di dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat. "Tidak tepikirkan sekali dulu aku hanya seorang manusia biasa tapi sekarang aku sudah bisa menyatukan pulau tercintaku dengan Negara ini dan bahkan aku sekarang sudah masuk anggota parlemen" ucap Frans saat senggang di kesibukannya menjadi anggota MPR, "diriku harus bekerja dengan giat lagi dan bisa mempertahankan Republik Indonesia ini walaupun diriku harus mengorbankan nyawa." benar saja apa yang dikatakan Frans dia diangkat menjadi Dewan Pertimbangan Agung pada tahun 1977 sebagai wakil urusan papua.
Frans pun menjalani harinya dengan bangga karna menjadi salah satu orang yang menyatukan tanah kelahirannya dengan Republik Indonesia, dan di suatu malam Frans pernah terpikirkan bagaimana jika dia tidak lahir di pulau yang dia cintai ini apakah akan terjadi seperti ini?, ataukah kebalikannya pulau papua sampai saat ini akan masih dikuasai belanda?, terkadang pemikiran seperti itu tiba-tiba muncul saja dalam otak ku ini, tapi aku tidak boleh memikirkan hal yang kurang penting seperti itu, karna pemikiran yang seperti itu jika terlalu dipikirkan tidak akan membuat kita maju sebagai manusia, kita harus berpikiran kedepannya.
  pada tanggal 5 April 1979
Aku sudah merasakan sesuatu yang aneh dalam diriku, ternyata aku terkena demam dan akupun hanya memakan obat yang dianjurkan dokter kepada diriku, setelah 3 hari kemudian aku sehat tidak ada sakit sedikitpun Frans mulai melakukan kegiatan sehari hari seperti biasa tapi sayangnya pada tanggal 10 April 1979 Frans kaisiepo meninggal, tapi sebelum meninggal di dalam suasana yang hening yang hanya ada keluarganya semata Frans berkata sembari mulut sudah susah untuk mengucap dia sempat menitip pesan kepada anak anak penerus bangsa "Jagalah kedaulatan Republik Indonesia perjuangan kami para pahlawan sudah cukup untuk melawan penjajah, sekarang giliran kalian untuk memajukan nama Bangsa Indonesia ini, jangan mau dipecah belahkan oleh pihak manapun, karna kita semua satu bangsa, satu nusa, dan satu kesatuan" dan akhirnya Frans kaiseipo meninggal dunia dan dikuburkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Jayapura.
  Pada tahun 1993 Frans Kaisiepo dikenang sebagai pahlawan nasional. Ini tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 077/TK/1993. Dan juga pada tahun 2016 wajah Frans kaiseipo diabadikan pada uang Rp.10.000,00.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H