Mohon tunggu...
Franklin Towoliu
Franklin Towoliu Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemerhati masalah kehidupan

Penulis,fiksi,komik,freejournalist,perupa dan aktifis teater

Selanjutnya

Tutup

Politik

Meraba Jokowi di Balik Putusan MK

19 Oktober 2023   16:12 Diperbarui: 19 Oktober 2023   21:48 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang pemimpin besar yang disegani hingga level internasional serta telah membawa banyak perubahan. Pemimpin besar yang bersahaja, sabar, tenang, tidak mementingkan ego pribadi dalam kuasa jabatannya dan yang selalu menjunjung tinggi adab sportifitas dalam berbagai aspek.

Saya masih sama dengan banyak pengagum lain yang menginginkan Jokowi menunda keinginan orang untuk memaksakan Gibran disaat yang tidak tepat. Itu bisa jadi suatu awal merosotnya kekaguman banyak orang terhadap sosok sempurna seorang Jokowi yang tiada duanya. Agar pak Jokowi berpikir dewasa untuk masa depan putra-putranya yang sebenarnya sudah merebut hati rakyat Indonesia. 

Masa depan masih terbuka lebar, bukan sekarang. Jangan terpengaruh oleh keinginan segelintir orang yang ingin memanfaatkan nama dan kekuasaan presiden. Orang-orang yang juga pernah memaksakan Pak Jokowi sebagai presiden Tiga Periode tentu saja dengan upaya merusak konstitusi.

Ketika Koalisi Gerindra Kehilangan Taji

Ada berapa hal paling utama jika Gibran Rakabuming akhirnya terpilih jadi wakil Presiden. Pertama yang paling positif adalah sebagai suatu kebanggaan prestisius keluarga. kedua yang negative adalah sebagai keberhasilan dalam melanggengkan politik turun-temurun atau dinasti selama masih bisa berkuasa. 

Ketiga pengaruh moral serta mental generasi mudah ditengah krisis keteladanan nasional yang mereka alami. Generasi mudah yang sedang dihimpit oleh keterdesakkan permasalahan dalam negeri maupun persoalan internasional  yang tak kunjung membaik rawan mengalami krisis kepercayaan termasuk kepada pesta demokrasi. Cukuplah angka golput sudah berkurang dalam kurun waktu ini. 

Kita berharap para petinggi negara kita baik di pemerintahan, legislative dan yudikatif mampu memberikan etika membangun karir yang penuh dengan nuansa sportif dan menghindari sikap menghalalkan segala cara. Jika benar isu mahkamah keluarga ternyata bukan isapan jempol maka berarti kekuasaan telah berubah kiblat bukan untuk rakyat dan akan tetap menjadi  tugu keangkuhan penguasa yang mengangkang poggah tanpa memikirkan hati nurani rakyat.   

Terlalu memaksakan Gibran Rakabuming bisa jadi adalah cara gampang alias jalan pintas Koalisi Indonesia Maju. Apakah Koalisi gemuk ini sedang kehilangan kepercayaan diri terhadap ketua-ketua Umum partai yang bermukim di dalamnya yang sebenarnya punya banyak massa dan memiliki kapasitas sebagai calon wakil presiden?  

Sebut saja Ketum Golkar Airlangga Hartarto, Ketum PAN Zulkifli Hasan, Ketum Demokrat Agus Harimurti dan Ketum PBB Yuzril Ihza Mahendra. dimanakah mereka? 

Apakah mereka mengalami kegalauan dan kegentaran hati untuk bertarung dengan Koalisi besutan PDI-P? Atau apakah deretan pemimpin besar serta kenyang pengalaman politik ini sedang kehilangan tajinya?  

Entahlah. Namun dari tarian politiknya (Memijam istilah maha guru politik Indonesia Megawati) yang memilih memanfaatkan nama besar Jokowi dibalik sosok Gibran Rakabuming, terlihat jelas sikap gentaran yang diramu bersama politik berselera rendah alias kurang menantang yang sedang dimainkan rival PDI-P dalam suksesi Pilpres 2024 ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun