Mohon tunggu...
Franklin Towoliu
Franklin Towoliu Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemerhati masalah kehidupan

Penulis,fiksi,komik,freejournalist,perupa dan aktifis teater

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ekspedisi Ventira, Negeri yang Hilang (35/Bag:5/Jika Mendengus Itu Bukan Cinta)

14 Juni 2020   16:58 Diperbarui: 14 Juni 2020   17:03 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "Mang Didin nanti tolong dicek  ke belakang kamar mandinya ada enggak?  Soalnya saya dengar tadi istri pak Subhan mandi atau nyuci di pancuran? Kalau mandi di pancuran kayaknya seru tuh. Saya mau banget.  Sehabis makan singkong saya ingin mandi dulu. Kaos saya sudah agak lengket tadi,"  Pinta Rainy pada Didin.

 "Baik atuh neng, nanti saya cek." Didin menjawab pendek lalu segera ke belakang.  Ada keinginan dihatinya untuk beradu pandang dengan Rainy saat bicara tapi ia tak mampu.

 Baim terlihat mau menimpali pembicaraan antara Rainy dan Didin  namun urung demi melihat seorang wanita berusia kira-kira 35 tahunan muncul dari dalam rumah. Wajah wanita itu nampak  begitu bersih dan manis. Rambutnya panjang dan di ikat satu ke belakang sebagaimana kebanyakan wanita-wanita desa.  Namun wanita ini sesaat membuat para lelaki yang ada disitu terperangah. Dengan hidung yang mancung dan alis hitam tebal Ia menarik meski terlihat malu dan agak menunduk menyembunyikan kecantikannya yang sederhana. Mungkin ia anak Pak Subhan atau bisa jadi adiknya.  

 Masih sambil membungkuk, wanita meletakkan wadah singkong rebus dan singkong goreng di atas dipan yang terbuat dari bambu. Ia ditemani Eva yang sejak tadi giat membantu di dapur dan kali ini membawa ceret berisi air putih. 

 "Sekarang banyak orang mulai memakai air kemasan di kota-kota besar. tapi ini nih minuman sehat. Air mineral asli langsung dari mata air dan direbus hingga mendidih. Jadi matang bener. Kuman-kumannya pada mati semua. Silahkan diminum." Ujar Eva dengan bangganya.

 "Aduh mpok gimana sih,,,  jangankan kuman atuh mpok. Bang baim juga mah, kalau direbus sampai mendidih ya, pasti  mati atuh,mpok," Didin bergurau, menggoda Baim.

 "Ah lu,bang. Dikata gua singkong, pake direbus segala? Bibir lu tuh di rebus," Baim tak kalah sengit. Yang lain jadi tertawa ramai. 

 "Permisi ya, perkenalkan istri saya. Namanya Rogaya." Pak Subhan memotong keriuhan Baim dan Didin.

 Semua terpana sedetik waktu mendengar Pak Subhan memperkenalkan wanita itu sebagai istrinya. Didin dan Baim malah jadi lesu karena sempat berpikir wanita itu seorang gadis desa. Kesempatan bagi mereka berdua. 

 "Ini bini pertama apa bini keberapa pak, ya?" Baim keceplosan.

 "Ssst! Mulut lu tuh, asal jeplak aja!" bentak Eva.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun