"Oh-ya? Hoby yang menyenangkan," ujar Rainy disusul tawa renyahnya hingga Burhan pun ikut tertawa.
 "Raive memang begitu. Kalau terpisah sedikit saja pasti langsung merasa rindu."Â
 "Oh ya? Mungkin karena setiap hari bersama ya?  Eh, maaf.  Mohon tak tersinggung. Rainy dan Raiva hubungannya  saudara sepupu atau mungkin adik kakak?"  Tanya Burhan.
 "Ah sama sekali tidak. Hanya sahabat kok. Tapi sangat dekat. Tepatnya sejak SD, juga kami sepermainan."
 "Tapi, kalian berdua terlihat banyak kemiripannya. Seperti saudara sepupu kelihatannya atau malah seperti kakak beradik,"Â
 "Ya, kata banyak orang juga seperti itu," sahut Rainy.Â
 "Ayo kalau begitu. Sebaiknya  kita bergabung lagi dengan yang lain," katanya lagi.
 "Ayo Rai, silahkan duluan,"
 "Kamu duluan Han. Please. Aku kurang nyaman jika terlalu formal,"Â
 Burhan tak menyahut tapi langsung melangkah. Seekor capung terbang di depan mata Rainy seakan memberinya salam. Dan rupanya tak hanya satu, melainkan ada beberapa capung. Mereka bergabung lalu membentuk skuadron  kemudian meleset mendahului Rainy dan Burhan. Pemandangan yang menghibur bagi Rainy.
 Sampai di halaman rumah pak Subhan, rupanya yang lain sudah berpindah duduk di teras rumah pak Subhan. Rainy dan  Burhan bergegas kesana untuk bergabung. Tapi Burhan langsung duduk disampingnya membuat ia tak enak hati pada Danish. Ia melirik gadis Australia yang lebih banyak diam itu, namun Danish malah sibuk bicara dengan Raiva yang duduk dipepet Daniel. Kali ini terlihat jelas kalau Daniel dan Raiva sudah semakin dekat dan berani, pikir Rainy. Baru saja perasaan  tadi mau melintas lagi, Rainy langsung menepisnya jauh, lalu memilih berbincang dengan Burhan. Ia sadar Daniel melirik kecil tapi ia tak perduli dan tak mau melayani perasaan lainnya.