Mohon tunggu...
Franklin Towoliu
Franklin Towoliu Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemerhati masalah kehidupan

Penulis,fiksi,komik,freejournalist,perupa dan aktifis teater

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hilang Keperawanan? Nilai atau Harga

14 Mei 2020   04:14 Diperbarui: 14 Mei 2020   09:38 1386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com/ lukasi MD diperkosa

 Ibu IS selaku korban kedua tak langsung tentu saja sanagt marah dan tersinggung. Tidak status anaknya yang tidak perawan lagi tentu sangat membebani hargadiri serta nama baiknya. Tapi dengan bekerjanya rasionalitas atau logika ditambah pemahaman agama yang baik, ia sanggup bernantang suap oleh Nur Hadi dengan penyataan mengejutkan di atas 1 miliar rupiah, ‘Yang itu kan sudah dosa, masak ditambah dosa lain lagi?’ katanya, menjadi filterisasi bagi ‘bobolnya’ suatu nurani akibat ideology yang dianut terlalu ekstrim. 

 Dari peristiwa di atas kita sebagai orang Timur sadar bahwa nilai budaya di Nusantara yang kita cintai ini masih kuat dan hidup. Ini suatu hal yang membanggakan kita semua meski sangat perlu pedoman dan penghayatan moral sebagai budi pekerti yang bisa merawat adat-budaya kepada upgrade yang lebih positif.  

 Saya agak terenyuh melihat foto para brigade kenikmatannya Kim Jong Un. Dalam foto itu para gadis perawan ini nampak tersenyum. Apakah senyum itu tanda kepuasan karena adanya suatu paham bela Negara atau berbuat bagi pemimpin Negara, atau lebih karena keterpaksaan suatu system otoriter yang tak bisa ditolak? Entahlah. Yang pasti jika rekrutmen dan pengambilan gadis-gadis perawan ini terus berlangsung maka para pemuda di Negara itu harus puas mengawini para gadis tanpa keperawanan. Dan ini fakta! Bukan komedi. ///Memang sangatlah susah bagi banyak orang menanggung benih kandungan dari hasil pelangaran moral, namun lebih mulia menerima, merawat dan membentuk bayi itutumbuh menjadi manusia berbudi luhur@ mutiara pribadi Franklin Towoliu; untuk para pengaborsi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun