Mohon tunggu...
Fandi Ahmad
Fandi Ahmad Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung

Menyibuk Agar Bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penguatan Literasi Ekologi dalam Hadits Nabawi

20 Oktober 2024   03:03 Diperbarui: 20 Oktober 2024   03:27 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini, pembicaraan bertemakan ekologi semakin meramai pada ranah aktifis pegiat lingkungan maupun masyarakat yang mulai sadar terhadap bahaya kerusakan lingkungan. Dampak buruk kerusakan lingkungan dari sampah berserak di sembarang tempat sampai menutup aliran sungai, merusak keindahan pantai, hingga menumpuk di puncak-puncak gunung. Penebangan liar dan penggundulan hutan yang semakin masif dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan membawa dampak kerusakan-kerusakan berjangka panjang hingga ke anak cucu.

Padahal, manusia dengan statusnya sebagai khalifah di muka bumi adalah untuk melakukan perbaikan dan mencegah kerusakan serta berlaku adil terhadap sesama maupun lingkungan. 

Dr. Agus Hermanto M.H.I. seorang dosen fikih ekoligi di UIN Raden Intan lampung dalam bukunya Fikih Ekologi hal 72 menerangkan tentang bekal dan tugas manusia sebagai khalifah yang utuh untuk merawat dan melakukan perbaikan sekaligus menjaga dari kerusakan akibat ulah dan olah tangan manusia yang eksploitatif.

Untuk itu Allah memberikan empat bekal yang bebeda bagi kita sebagai manusia dari makhluk lainnya dan sebagai khalifah-Nya di muka bumi.

  • Allah memberikan instinct (Al Wijdan) berupa perasaan yang sangat mendalam, peka dan sensitif.
  • Allah memberikan panca indra (Al Hawaas Al Khamsah) sehingga manusia bisa merasakan, melihat, meraba, mendengar dan bernafas.
  • Allah juga memberika akal untuk berfikir, dan ini menjadi keistimewaan manusia dibanding makhluk-makhluk Allah yang lain sehingga manusia mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah.
  • Dan Allah memberikan hidayah agama sebagai pedoman akal untuk mengendalikan akal dan dirinya.

"Dengan keistimewaan ini, manusia menjadi pengemban amanat untuk menjaga atau memelihara dan mengembangkan alam demi kepentingan manusia itu sendiri. Itulah yang disebut sebagai fungsi khalifah di muka bumi."

Bahkan literasi dan giat ekologi dari 1400 abad lalu telah ditekankan betul-betul oleh Rasulullah dalam banyak hadits-haditsnya, dari menjaga hal-hal yang paling sederhana yang bisa dilakukan oleh setiap orang seperti membuang sampah pada tempatnya, reboisasi hingga larangan penggundulan hutan.

 

[Erupsi gunung semeru di lokasi penambangan pasir/dok pribadi] 
[Erupsi gunung semeru di lokasi penambangan pasir/dok pribadi] 

Rasulullah memerintahkan menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga kebersihan lingkungan: "Bersihkanlah halaman kalian." (HR. At Tirmidzi no. 2723)

Rasulullah tidak bersikap eksploitatif dalam penggunaan sumber daya alam: "Rasullullah berwudhu dengan satu mud (satu cakupan penuh tangan orang dewasa) air dan mandi dengan satu sha' (empat mud) air." (HR. Ibnu Majah no. 265)

"Kenapa engkau berlebih-lebihan wahai Sa'd? Sa'd bertanya 'Apakah dalam wudhu juga ada berlebihan?' Rasullullah menjawab 'Ya, meskipun engkau berada di sungai mengalir." (HR. Ibnu Majah no. 419)

Rasulullah melarang penebangan liar dan pembalakan:"Tanah Madinah itu terlarang antara batas 'Ir dan Tsaur: Tidak boleh dibunuh atau diburu hewan dan burungnya, tidak boleh ditebang, mematahkan atau membakar pohonnya atau membawa pergi darinya." (HR. Muslim)

Rasulullah sangat tegas pada pelaku perburuan liar:

"Barangsiapa membunuh seekor burung pipit tanpa hak, maka Allah akan meminta pertanggung jawabannya pada hari kiatmat." (HR: Nasai no 4369)

Bahkan konsep reboisasi telah Rasulullah bakukan dalam narasinya yang menyejukkan:"Jika terjadi hari kiamat dan salah seorang dari kalian memiliki bibit kurma, jika mampu hendaklah jangan berdiri sampai ia menyemainya." (HR. Ahmad no. 12512)

Hadits-hadits tersebut selayaknya kita representasikan dalam giat kehidupan kita sebagai Khalifatullah Fil Ardhi dan sekaligus sebagai organisme yang saling terikat dengan lingkungan dan alam sekitar.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun