di antara jalanan raya menujumu
jurang membentang, lembah menengadah ditumbuhi hijau berkilauan
terkadang menanjak kuda besiku menantang
bahkan kelokan tajam berselang penuh kehatian
wahai Kraksaan, kota yang sunyi, pernah kah kau dengar sebelumnya
atau Probolinggo yang hangat tapi tak ada apa-apa ketimbang Jember
apalagi dengan Banyuwangi
seolah senyap di dalam peta kedatangan pelancong
di musim hujan, semi-semi kelabut merebut sepi
sebab jalan setapak menujumu terlalu terjal, tak mengenal aspal
hanya tanah menggumpal yang tak penah resap dirundung gerimis setiap waktu
aku tak pernah menyerah kawan
kuda besi ini masih mengaum mereduksi letih
tampak di mataku surga yang pantas aku dapatkan
ranu yang tenang, pinus menjulang indah, cahaya yang bersahaja
bukit kerinduan, banyu ranu yang kemijau bak kilau zamrud
rakit, pendopo yang melekat di tepian
angsa, burung dara, atau kupu-kupu kuning yang mungil
mataku biru mengharukan debar dalam dada keagungan
dua tahun lalu aku ke sana, bayangan ini mengawang
sesampaiku melampaui resah perjalanan
saatnya otakku terbuka dalam kemesraan
ya, aku tak sendiri memikirkanmu dalam tempuh waktu
meski wajah ranu ini masih sama tak terpikirkan empu
kini aku merana dalam puas di bibir Segaran yang kurasa roman
pagi yang mulai beranjak, embun jatuh di mulut daun bunga mawar
tepat di ujung pendopo ini, terasnya berjuntaian dahan-dahanmu ucapkan salam
wahai sepi, selamat datang kembali
bersama kekasih dalam wisata yang tak terpedulikan
                              kepada Desember 2017, aku bercerita.       Â
 Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI