Mohon tunggu...
Ezza Wahyu Dian Cantika
Ezza Wahyu Dian Cantika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Surabaya

Mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Kenakalan Remaja dan Kaitannya dengan Broken Home

20 Desember 2022   14:00 Diperbarui: 20 Desember 2022   14:03 2496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Broken Home : dafunda.com

Masa remaja berlangsung ketika individu berada pada rentang usia 12 sampai dengan 21 tahun. Masa remaja seringkali disebut dengan masa krusial kehidupan manusia. Hal ini dikarenakant masa remaja merupakan tahap transisi dari masa kanak kanak menuju masa dewasa (Fatmawaty, 2017). Dalam masa transisi tersebut individu harus mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan tugas perkembangan baru yang akan diemban. 

Pada tahap ini biasanya individu mulai menyadari bahwa tanggung jawabnya sebagai manusia akan semakin besar. Oleh karenanya, individu pada masa transisi ini akan berlomba lomba untuk mencari jati dirinya. 

Mereka tidak akan ragu ragu untuk mengeksplor dunia dengan cara nya sendiri untuk mengetahui siapa mereka sebenernya, apa perannya dalam kehidupan, apa tujuan mereka hidup dan lain sebagainya. Sayangnya, proses eksplorasi ini tidak selalu dilakukan dengan cara yang baik. Seringkali proses eksplorasi ini dibarengi dengan kenakalan pada remaja.

Menurut Kartono (dalam Sumara et al., 2017), Kenakalan remaja atau Juvenile Deliquency adalah suatu kondisi dimana remaja mengembangkan perilaku menyimpang sebagai akibat dari pengabaian sosial. Secara umum, Kenakalan remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor faktor tersebut diklasifikasikan sebagai berikut :

Faktor Internal (berasal dari dalam diri individu)

  • Kontrol diri yang rendah

Individu dengan kontrol diri yang rendah akan mengalami kesulitan dalam mengendalikan dirinya serta membedakan apa yang benar dan apa yang salah sehingga mereka mudah dipengaruhi. Kontrol diri berkaitan dengan kepribadian individu. Kepribadian dibentuk ketika remaja masih kecil dan dapat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Misalnya : orang tua yang terlalu banyak mengatur (otoriter) akan membentuk anak yang tidak memiliki pendirian. Ia cenderung akan bergantung pada orang lain dimana berkemungkinan memiliki kontrol diri yang rendah pula.

  • Krisis Identitas

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Individu mulai mencari tahu identitas dan peran nya dalam kehidupan. Namun tak semua proses ini berjalan lancar. Ada pula individu yang masih mengalami kebingungan terkait hal ini. Kebingungan tersebut yang dianggap sebagai krisis identitas

Faktor Eksternal

  • Minimnya pemahaman moral, nilai dan norma

Pemahaman moral, nilai dan norma harus dilakukan sejak individu masih kecil. Hal ini dikarenakan anak anak biasanya masih bersifat netral dan belum mengetahui mana yang baik serta mana yang buruk. Oleh karena itu, proses internalisasi moral, nilai dan norma akan berjalan lebih mudah

  • Pengaruh lingkungan terdekat

Lingkungan terdekat akan membawa pengaruh yang besar bagi diri individu. Keluarga seharusnya menjadi lingkungan yang terdekat bagi individu. Namun ketika keluarga tidak bisa memainkan peran tersebut. Maka individu akan lari kepada teman teman sepergaulan nya. Dalam pergaulan remaja, tentunya tidak semua individu adalah anak yang baik. Namun terkadang, individu tidak mempertimbangkan hal tersebut. Bahkan tak jarang mereka terjerumus ke lubang yang sama karena terpengaruh oleh lingkungan sebaya.

  • Kurangnya perhatian keluarga

Keluarga seharusnya menjadi tempat pulang bagi individu. Oleh karenanya, seharusnya keluarga dapat menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi individu itu sendiri. Keluarga juga seharusnya memberikan perhatian serta kasih sayang pada individu. Ketika hal tersebut tidak dipenuhi, maka kemungkinan individu akan mencari perhatian diluar rumah.

Terkait dengan penjelasan faktor faktor kenakalan remaja, dapat diketahui bahwa secara garis besar, keluarga serta orang tua memiliki peran penting dalam perkembangan individu. 

Jadi ketika keluarga / peran orang tua tidak dilakukan dengan baik, maka kemungkinan akan timbul masalah atau hambatan dalam perkembangan remaja. Keluarga yang baik tentu bisa membimbing individu ke arah yang lebih baik, menanamkan nilai, moral dan norma pada individu, memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup bagi individu serta dapat menjadi role model yang dapat mempengaruhi perkembangan individu ke arah yang lebih positif. 

Peran keluarga  orang tua yang kurang baik biasanya dilatarbelakangi oleh kondisi rumah tangga yang tidak harmonis. Ketidakharmonisan keuarga ini lah yang biasa disebut dengan broken home. Menurut Hasanah & Maarif, (2021) Broken home merupakan kondisi keretakan / ketidakharmonisan keluarga yang mengakibatkan kerenggangan hubungan antar anggota keluarga. Broken home dapat terbagi menjadi 3 bentuk diantaranya sebagai berikut :

  • Divorce (Perceraian)

Perceraian adalah kondisi berakhirnya suatu pernikahan berdasarkan keputusan hukum yang legal. Perceraian umumnya disebabkan oleh konflik yang dirasa sudah tidak bisa ditangani secara baik baik. Misalnya seperti kekerasan dalam rumah tangga, Perselingkuhan, suami yang tidak bekerja dan lain sebagainya.

  • Poor Mariage 

Poor Mariage adalah hubungan suami istri yang sejatinya sudah tidak cocok, dipenuhi masalah dan sering bertengkar,  namun tetap memaksakan kehendak untuk tetap berada pada status pernikahan. Secara lebih ringkas, Poor Mariage dapat diartikan sebagai hubungan pernikahan yang toxic.  Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa pertimbangan seperti perjanjian pra nikah, kehamilan, anak, serta hubungan dengan keluarga besar. Namun jarang disadari bahwa hubungan seperti ini justru akan merusak mental anak secara langsung karena anak harus sering menyaksikan perselisihan dan pertengkaran yang terjadi dalam satu atap

  • Poor Parent -- Children Relationship

Poor Parent -- Children Relationship adalah hubungan anak dan orang tua yang kurang baik. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh pola asuh orang tua yang salah atau tidak sesuai dengan kepribadian anak. Akibatnya anak seringkali memberontak atau bahkan sebaliknya yaitu menurut saja namun dengan kondisi batin yang kurang baik. Hal ini dapat menyebabkan anak menjadi stress.

Berdasarkan berbagai penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa Broken home memiliki hubungan yang signifikan pada kenakalan remaja apabila disertai beberapa faktor berikut 1) Orang tua kurang memberikan perhatian kepada anak 2) Orang tua kurang memberikan pengarahan kepada anak 3) Orang tua kurang mengajarkan nilai, moral dan norma kepada anak, 4) orang tua menerapkan pola asuh yang tidak baik kepada anak dan 5) Orang tua memberikan contoh yang kurang baik kepada anak. 

Akibatnya, anak menjadi lebih dekat dengan lingkungan nya yang lain misalnya lingkungan pergaulan. Dengan pemahaman nilai, moral, norma yang minim akibat kurangnya arahan dan pengawasan dari orang tua, anak menjadi pribadi yang memiliki kontrol diri rendah dan mudah terpengaruh dengan lingkungan pergaulan nya. Contoh kenakalan remaja yang biasa dilakukan remaja adalah merokok, tawuran, konsumsi alkohol/ narkoba, balap liar, gangster dan lain sebagainya.

Lalu bagaimana cara mengatasi kenakalan remaja dengan keluarga yang broken home ? 

Cara nya cukup mudah, hanya dengan 1 kunci yaitu menjaga hubungan baik dengan sang anak / remaja. Misalnya orang tua bercerai maka kedua orang tua harus menyempatkan diri untuk tetap bertemu sang anak. Kemudian untuk kondisi keluarga yang masih utuh, sempatkan untuk sesekali berkomunikasi secara intens (deeptalk) dengan sang anak terkait bagaimana perasaan nya, apa saja yang telah ia lalui, bagaimana sekolah nya, bagaimana pergaulan nya, apa yang bisa orang tua bantu, dan lain sebagainya. 

Dengan perhatian, kepedulian dan kasih sayang orang tua yang tercukupi, Tingkat penerimaan individu dalam kondisi keluarga broken home akan semakin tinggi, Ia juga terbantu dalam masa pencarian jati dirinya sehingga ia tidak perlu terlibat dalam kenakalan remaja.

Referensi

Fatmawaty, R. (2017). Memahami Psikologi Remaja. Reforma: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 6(2).

Hasanah, M., & Maarif, M. A. (2021). Solusi Pendidikan Agama Islam Mengatasi Kenakalan Remaja Pada Keluarga Broken Home. Attadrib: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 4(1), 39--49.

Sumara, D. S., Humaedi, S., & Santoso, M. B. (2017). Kenakalan remaja dan penanganannya. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun