Mohon tunggu...
Rezha Nata Suhandi
Rezha Nata Suhandi Mohon Tunggu... Penulis - Rezha

Mencintai senja kala biru, kegaduhan imajinasi lambang superioritas intelektual.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kemilau dan Mitologi Laut Selatan Indonesia

23 Oktober 2016   21:29 Diperbarui: 26 Oktober 2016   03:31 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Atas hal tersebut, Mitsubishi membuka perusahaan budidaya mutiara dengan nama Nanyo Shinju KK hingga tahun 1938 yang harus terhenti akibat perang berkecamuk di Pasifik yang juga melibatkan Jepang.

Mutiara Laut Selatan (Indonesian South Sea Pearl)   

Indonesia adalah penghasil mutiara laut selatan (Indonesian South Sea Pearl) terbesar di dunia. Hingga tahun 2014 diperkirakan menembus produksi 5,400 kilogram atau sekitar 50 persen dari total 12,700 kilogram. Daerah penghasil tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Papua. Salah satu yang terkenal berasal dari Raja Ampat, Lombok dan Dobo. Indonesia juga menjadi penghasil mutiara dengan kualitas nomor 1 di Dunia. Bahkan di Lombok mutiara termasuk buah tangan atau oleh-oleh khas para pelancong yang berkunjung ke Lombok.

Klasifikasi kualitas mutiara sendiri didasarkan pada ukuran, warna, bentuk, luster atau kilauan dan bintik atau cacat pada permukaan mutiara. Untuk kualitas terbaik memiliki ukuran big size diatas 16 mm, dengan menggunakan ukuran berat 1 momme atau 3,75 gram. Untuk warna didominasi oleh 2 warna yaitu silver (perak) dan golden (emas). Sementara untuk bentuknya, semakin mendekati bentuk bulat mutiara itu maka Akan semakin baik kualitasnya dan semakin mahal harga mutiara tersebut. Sementara untuk kilau mutiara atau Luster, semakin glowing atau berkilau, maka akan semakin baik kualitas dan harga mutiara tersebut. Pun begitu dengan cacat atau bintik yang terproyeksi pada permukaan mutiara, semakin banyak bintik maka akan semakin rendah kualitasnya, para pemain mutiara mengenal dengan istilah No Spot, Few Spot, A Few Spot dan Many Spot.

Sementara untuk penilaian umum tentang kelas mutiara merupakan kualitas tinggi atau bukan dapat diklasifikasi dengan hanya melihat Spot (Bintik) dan Luster (Kilauan). Untuk kualitas tinggi grade Top Quality biasanya dinilai dengan no spot  dan high luster, kelas very good grade A, dengan penilaian few spot high luster, dan kelas good dengan grade B penilaiannya adalah a view spot high luster. Sementara untuk mutiara dengan kualitas menengah atau grade C bisa diklasifikasi berdasar some spot medium luster atau many spot high luster.

Jika kita menilik pada potensi ekonomi yang dihadirkan Mutiara Laut Selatan (South Sea Pearl)  maka, mutiara laut selatan adalah salah satu potensi laut yang memiliki kemewahan material. Mutiara sangat disukai kaum perempuan untuk dijadikan instrument penambah pesolek kecantikan seorang perempuan menghadap muka dunia. Kilau abadi dengan menampilkan citra yang elegan lagi cantik bak mitos Kadita sang Ratu Laut Selatan.

Dunia perhiasan internasional menjuluki Mutiara Laut Selatan sebagai “queen of gems” atau ratu perhiasan, berkat kualitas yang tinggi dan keindahannya begitu memukau. Butirannya besar dan bulat sempurna serta memancarkan kilauan yang sangat indah. Di pasaran internasional harganya bisa mencapai antara $10.000 s.d. $300.000. Maka dapat disejajarkan gelar ratu kepada dua benda material dan immaterial. Mutiara sebagai ratu perhiasan dan Kadita atau Nyi Roro Kidul sebagai ratu laut selatan. 

Saat ini ada 4 jenis mutiara yang mengisi dominasi pasar dunia. Untuk yang pertama adalah Mutiara Laut Selatan ( South Sea Pearl) yang didapat dari jenis kerang Pinctada Maxima dan hanya memiliki satu mutiara pada satu kerangnya. Selanjutnya ada mutiara Tahiti atau dikenal dengan black pearl Tahiti, mutiara Akoya dari tiram mutiara laut dan mutiara air tawar China dari kerang mutiara air tawar.

Berdasarkan hal tersebut, mutiara laut selatan (South Sea Pearl) merupakan mutiara dengan kualitas tertinggi dengan persebaran terbanyak di Indonesia, namun ketika mencapai pasaran dunia harga atau nilai jualnya ada di peringkat kedua. Hal ini terjadi karena hasil kerajinan mutiara yang kurang bias bersaing atas desain atau mutiara yang dihasilkan dari proses alam tidak memperhatikan proses pengambilan dan kurang hati-hati, sehingga permukaan bisa cacat atau terkena spot yang membuat kilauan tidak maksimal.

Terlepas Mutiara Laut Selatan dan Ratu Laut Selatan sebagai dua objek yang berbeda, namun kedua hal ini memiliki kesamaan, didasarkan pada keindahan, pesolek dan kemewahan yang ada pada jati diri perempuan. Mitologi atas kedua hal ini harus terjaga dengan baik, mutiara tak kalah indah dengan permata. Dalam balutan budaya dan sejarah panjang mutiara laut selatan Indonesia akan kembali menemukan kejayaannya.

Mitologi pun tersisa bukan hanya sekedar menjadi cerita pengantar tidur, mitologi adalah bagian dari kehidupan yang terus harus dijamah kebenarannya. Mutiara Laut Selatan bukanlah mitologi, namun realitas yang harus dilestarikan. Mutiara banyak disuka perempuan atas keindahannya, konon Cleopatra pun sangat mengagumi keindahan mutiara. Maka bukan tak mungkin, Kadita atau sang Ratu Laut Selatan pun berhiaskan Mutiara untuk pesona keindahannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun