Mohon tunggu...
Igman Yuda Pratama
Igman Yuda Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa dan buruh freelance -

Seorang nomaden dan penjelajah alam. Lahir di kota angin, Nganjuk. Bercita-cita mengunjungi semua negara di dunia. Saat ini tengah menempuh studi Ilmu Politik di UIN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sikap Politis dan Kebenaran

5 Agustus 2016   16:21 Diperbarui: 5 Agustus 2016   16:24 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah. Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis. (Soe Hok Gie)

Ya, entah sekotor apapun politik, sekeji apapun dunia perpolitikan, dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa menghindar dari hal yang berbau politis. Politik ada dimana-mana, secara skala kecil politik dapat diartikan sebagai usaha apapun yang dilakukan guna memenuhi kebutuhan diri (self interest). Misal, saya menawar harga baju di toko dengan harga yang menurut saya pantas, penjual baju juga menawarkan harga yang menurutnya cocok dengan harga baju. Saya dan penjual baju mempunyai kepentingan yang berbeda, akhirnya saya dan penjual baju melakukan negoisasi kecil guna mendapatkan kesepakatan, dalam skala kecil hal tersebut bisa dikatakan politis.

Dalam skala besar, politik mengurusi hal-hal yang bersangkutan dengan negara dan masyarakat. Politik dalam skala besar maupun kecil berada dalam ruang lingkup yang sama, titik poinnya berada dalam hal mengurusi kepentingan. Aristoteles menyebutkan yang dimaksudkan dengan politik adalah mengatur apa yang seyogianya kita lakukan dan apa yang seyogianya tidak dilakukan (kepentingan). Ramlan Soebakti guru besar ilmu politik Universitas Airlangga menyebutkan politik berguna untuk mengatur kepentingan-kepentingan yang banyak, karena sumber yang ada terbatas. Sumber tersebut bisa berwujud materil maupun non materil.

Inti yang ingin saya tekankan adalah politik berada disekitar kita, kita tidak bisa lepas dari politik. Pertanyaannya, bagaimana kita menggunakan usaha politis kita untuk sebuah kepentingan? Soe Hok Gie pemuda reformis mengutarakan hal ini dalam buku catatanya terkenal. Ia menulis

“Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun”.

Sepakat dengan pernyataan Soe, begitu ia panggilan akrabnya. Bagaimanapun keputusan dan tindakan kita yang politis harus didasarkan dengan pertimbangan yang matang-matang, mengacu kepada kebenaran. Jika salah ya katakan salah, jika benar katakanlah benar. Kebenaran tersebut harus tanpa embel-embel apapun, mengutamakan segi humanis dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun. Soe menulis kritikannya dalam bukunya tersebut untuk orang-orang yang bertindak di luar jalur kebenaran.

“Atau… dia kompromi dengan situasi yang baru. Lupakan idealisme dan ikut arus. Bergabunglah dengan grup yang kuat (partai, ormas, ABRI, dan lain-lainnya) dan belajarlah teknik memfitnah dan menjilat. Karir hidup akan cepat menanjak. Atau kalau mau lebih aman kerjalah di sebuah perusahaan yang bisa memberikan sebuah rumah kecil, sebuah mobil atau jaminan-jaminan lain dan belajarlah patuh dengan atasan. Kemudian carilah istri yang manis. Kehidupan selesai”

Baginya orang-orang yang bertindak di luar jalur kebenaran tidak lebih seperti seekor hewan. Ia bertindak untuk kepentingan hidupnya sendiri. Orang-orang seperti itu lebih baik hidup di hutan saja tak perlu bermasyarakat. Amien Rais, tokoh reformasi mengutarakan dalam kehidupan berpolitis kita harus bertauhid sosial yaitu mengutamakan kepentingan umat dan bersandarkan kepada kemanusiaan. Kebenaran harus menyangkut hajat orang banyak bukan sekedar mengejar kepentingan individu.

Sudah kita memahami arti penting tindakan politis atas kebenaran. Selanjutnya, biarkan saya menuangkan aspirasi politis saya diatas kata kebenaran. Perlu ditekankan, saya tidak mempunyai kepentingan apapun atas pernyataan saya ini. Mencuplik ucapan Soe “Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada KEMUNAFIKAN. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita”.

Saya mengenal Pak Iswari Mukhtar pertama kali saat memasuki Sekolah Politik Kerakyatan PAN (SPK PAN). Beliau menjabat sebagai kepala sekolah dari SPK PAN. Bagi saya pemahaman dan gagasan yang dituangkan Pak Is sungguh brilian. Beliau seringkali memberikan wejangan-wejangan kepada kita generasi muda, murid-murid SPK PAN kala itu. 

Wejangan yang paling saya membekas dari ucapan beliau adalah sehebat-hebat apapun kita nanti, dan setelah kita menjadi apa yang kita mau, jangan sampai lupa kepada rakyat kebanyakan, kita harus ingat dari mana kita berasal dan kebenaran harus selalu kita junjung teguh. Wejangan tersebut dari sekarang masih menempel kuat di ingatan saya.

Beliau juga sering menggantikan pemateri yang sering tidak hadir. Dengan ihklas beliau rela menuangkan waktu untuk keluarganya dan pekerjaan nya untuk mendidik kita kader-kader muda PAN. “Bagi saya pendidikan kepada generasi muda harus selalu diutamakan”, ucapannya suatu ketika. Saya yakin sekali jika beliau bisa menjadi Ketua Umum BM PAN nanti, beliau akan selalu ingat kepada kader-kadernya, tak akan acuh dan terus mendongkrak potensi kader-kader BM PAN sampai ke pelosok daerah. Dalam misinya belilau berjanji akan menjadikan BM PAN rumah politik pemuda dan meningkatkan daya saing kader. Beliau merupakan sosok yang bertanggung jawab, saya yakin beliau akan menempati janji-janjinya jika terpilih kelak.

Tak lupa ia juga mencantumkan dalam misinya untuk mewujudkan organisasi BM PAN berbasis IT. Tentu, hal ini merupakan kabar yang menggembirakan, sebagai generasi Y kita sangat menunggu terobosan beliau dalam dunia teknologi. Seperti yang kita tahu, Teknologi merupakan salah satu pilar kemajuan bangsa. Tanpa teknologi niscaya bangsa ini akan ketinggalan jauh dan menjadi bangsa primitif. Tentu kita semua tidak ingin BM PAN mengalami keterbelakangan teknologi dan menjadi primitif, semoga gagasan Pak Is menjadikan BM PAN berbasis teknologi dapat terealisasikan.

Pada suatu kesempatan dalam pembukaan Rapat Besar di Lapangan Ikada, Jakarta tanggal 11 September 1944, Bung Hatta berkata “Saya percaya akan kebulatan hati pemuda Indonesia, yang percaya akan kesanggupannya berjuang dan menderita”. Seperti Bung Hatta, saya pun yakin Pak Iswari Mukhtar dengan kebulatan hati dan tekadnya mampu membawa BM PAN besar, berjaya dan lebih bergengsi.

“Saya bisa menahan sakit untuk diri saya sendiri. Tapi saya akan melawan ketika yang disakiti adalah harapan-harapan mereka yang mau berjuang dalam kebenaran” (Iswari Mukhtar).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun