"Sama-sama, Bu. Saya pamit dulu," pamit Liam setelah membantu wanita itu.
Tak terasa Liam telah berjalan cukup lama, ia akhirnya sampai di sekolah. Bel pertanda masuk pun berbunyi. Liam dan teman-teman pun memulai pelajaran pertamanya pagi ini.
***
(Kring... kringg.. kringg...) Bel sekolah berbunyi menandakan istirahat. Tak terasa lamanya belajar, akhirnya istirahat pun datang. Beberapa teman sekelas Liam pergi keluar untuk jajan di kantin atau bermain sepak bola di lapangan. Sisanya, berada di dalam kelas untuk memakan bekal makan siang mereka, termasuk Bu Eva, wali kelas Liam yang mengajar pelajaran tadi. Saat ini, Bu Eva sedang mengerjakan sesuatu di meja kerjanya. Sementara itu, Liam hanya membisu di bangkunya cukup lama.
Wali kelas Liam pun sekilas memperhatikan Liam yang termangu di bangkunya. Di saat yang bersamaan, Anto, teman sebangku Liam, juga memperhatikan Liam yang hanya berdiam diri, tak makan, jajan, maupun bermain di luar. Liam tak melakukan hal lain selain mencorat-coret belakang bukunya.
Ibu guru pun hendak berdiri menghampiri Liam, namun Anto, telah lebih dulu menghampiri bangkunya, duduk di sebelah Liam. Jadi, Bu Eva pun kembali duduk dan memperhatikan mereka berdua. Kebetulan, Anto yang baru datang dari kantin membawa beberapa bungkus jajanan. Kemudian, Anto mengeluarkan kotak bekal miliknya.
"Liam, kok kamu bengong? Lagi mengheningkan cipta, ya?," tanya Anto dengan polos sambil memiringkan kepalanya.
"Kalau mengheningkan cipta, hari Senin aja To. Sekarang 'kan, masih hari Rabu. Lagi pula, mengheningkan cipta harusnya diiringi lagu, To," jawab Liam membalas pertanyaan konyol Anto.
"Iya juga, sih. Jadi kenapa kamu diam aja? Kok, tumben gak keluar kelas?"
"Aku bosan bermain bola di luar, To. Lagian juga, habis main cuma dapat capeknya aja."
"Oh, gitu. Kamu gak lapar, Liam? Nih, ambil bekal rotiku saja, kebetulan aku baru beli jajanan lain di kantin, aku bosan makan bekal rotiku." Anto menawarkan bekalnya kepada Liam.