Mohon tunggu...
Exti Budihastuti
Exti Budihastuti Mohon Tunggu... PNS -

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengulik Kenangan dalam Lagu Stasiun Balapan

7 November 2018   17:54 Diperbarui: 7 November 2018   22:26 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di depan KA Pramek | Dokpri


Ning Stasiun Balapan
Kuto Solo sing dadi kenangan
Kowe karo aku
Naliko ngeterke lungamu

Ning Stasiun Balapan
Rasane koyo wong kelangan
Kowe ninggal aku
Ra kroso netes eluh ning pipiku

Da a... Dada sayang
Da... Slamat jalan

Reff:
Janji lungo mung sedelo
Jare sewulan ra ono
Pamitmu naliko semono
Ning Stasiun Balapan Solo

Jare lungo mung sedelo
Malah tanpo kirim warto
Lali opo pancen nglali
Yen eling mbok enggal bali

Entah apa yang membuatku suka sekali mendengarkan lagu itu. Liriknya berbahasa Jawa. Ya. Sebagai anak orang Jawa (ibuku Wingkosanggrahan, bapakku Banyurip, keduanya masih satu kabupaten Purworejo, Jawa Tengah), harusnya aku memang mengerti isi lirik lagu itu. 

Akan tetapi, sebagai seorang anak yang dilahirkan di Jakarta, sekolah TK-SD-SMA-PT-PT di Jakarta, bekerja di Jakarta, menikah dengan orang Jakarta, dan sampai sekarang pun ber-KTP Jakarta, aku kehilangan bahasa-ibuku, bahasa Jawa. Jadi, aku masih minta bantuan temanku untuk menerjemahkan lirik lagu itu ke dalam bahasa Indonesia supaya aku benar-benar memahami isi dan maksud lagu itu.

Ning Stasiun Balapan

Kuto Solo sing dadi kenangan

Kowe karo aku

Naliko ngeterke lungamu

Aku tidak punya kenangan apa pun dengan seseorang di stasiun itu, tetapi aku bisa membayangkan seandainya aku memiliki kenangan di stasiun itu. Betapa berat berpisah dengan seseorang yang kita kasihi, di stasiun. Dalam dunia nyata, seandainya aku harus melepas kepergian seseorang, aku memilih berpisah di depan rumah saja supaya aku bisa cepat berlari ke kamar tidur dan membenamkan wajah, menangis di bawah bantal!

Ning Stasiun Balapan

Rasane koyo wong kelangan 

Kowe ninggal aku 

Ra kroso netes eluh ning pipiku

Dari cerita yang kutonton lewat sinetron, FTV, atau film layar lebar, aku mencoba memahami arti 'Rasane koyo wong kelangan' ketika 'Kowe ninggal aku'. Aku jadi teringat penggalan film "AADC" ketika Cinta melepas Rangga di bandara, bukan di stasiun  ....  Lalu, kubayangkan adegan itu berlatar Stasiun Solo Balapan ... ah 'Ra kroso netes eluh ning pipiku'.

Aku mencoba menggali kenangan dari Tyo, seorang office boy di kantorku. Ia mengaku berasal dari Banyumas, tetapi cukup lama bertempat tinggal di Solo. Aku bertanya tentang Stasiun Solo Balapan, "apakah kamu punya kenangan di Stasiun Solo Balapan?" Jawabannya cukup mengejutkan, "Ah, sedih Bu. Ceritanya kayak di lagunya Didi Kempot!" 

Hmm ... sedih, seorang Tyo saja bisa mempunyai kenangan dengan dengan Stasiun Solo Balapan, lengkap dengan lagu Setasiun Balapan-nya  Didi Kempot, padahal semula aku bertanya hanya tentang stasiun. Aku jadi ingin tahu, seperti apa Stasiun Solo Balapan itu?

Sementara itu, saat aku menyenandungkan lirik lagu Setasiun Balapan-nya Didi Kempot, anakku, Mutia,  protes, "Ah mama kan belum pernah ke sana!" Iya ya. Anakku memang sudah pernah ke Stasiun Solo Balapan ketika pergi bersama bude-nya ke Solo menghadiri pernikahan anak saudara sepupuku. Sebenarnya dari Jakarta anakku naik Innova bersama bude, om, dan tante-nya. Namun, dari Solo kusarankan langsung ke Surabaya menjenguk keluarga kakakku yang tinggal di sana. Jadilah Mutia dan bude-nya ke Surabaya naik kereta api dari Stasiun Solo Balapan.

Wah...layaknya seorang travel blogger yang akan pergi ke tempat wisata, ia pun mengirimkan hasil swafotonya di Stasiun Solo Balapan. Selanjutnya, ia pun berhasil membuat mamanya membuat rencana pergi ke Solo untuk mewujudkan obsesi ke Stasiun Solo Balapan!

Bersama dua orang teman kantorku, aku membuat janji untuk berwisata setengah hari dari Stasiun Solo Balapan ke Stasiun Tugu Yogyakarta dan kembali lagi ke Stasiun Solo Balapan. Sebenarnya itu akal-akalan kami untuk 'mencuri' waktu acara seminar di Solo. Janji itu dieksekusi pada tanggal Selasa, 7 Agustus 2018 dan aku membulatkan tekadku untuk menginjakkan kaki di Stasiun Solo Balapan.

Dari Jakarta, aku, Nina, dan Weni sudah mengawali perjalanan ke Solo dengan penerbangan pertama. Ya, kami memang sengaja terbang pagi-pagi supaya sesegera mungkin sampai di Solo. Sesuai rencana, sesampainya di Solo kami langsung menuju ke hotel tempat menginap untuk meletakkan koper. Tanpa menunggu sarapan, kami segera melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Solo Balapan.

Taaraaa....syukur Alhamdulillah, akhirnya sampai juga kami di Stasiun Solo Balapan. Aku langsung mengamati moda transportasi di sana. Moda transportasi taksi dan ojek sudah sering aku lihat. Ada yang jarang aku lihat di sekitar bandara atau stasiun di Jakarta adalah ... becak! Ini fotoku di antara deretan becak di Stasiun Solo Balapan. Saking seneng-nya, aku sampai lupa memegang pepohonan yang menjadi latar belakang fotoku...plastik atau kertas? Atau pohon asli? Coba tebak!

Stasiun Solo Balapan |Dokpri
Stasiun Solo Balapan |Dokpri
Deretan becak itu mengingatkan kembali akan masa kecilku. Becak yang fenomenal itu adalah salah satu moda trasnportasi yang aku sukai, selain bemo. Sayangnya, kali ini tidak ada agendaku naik becak berkeliling Kota Solo.

Sementara itu, Weni, sahabatku sudah membelikan kami tiket KA Prameks (Prambanan Ekspres) jurusan Solo-Yogyakarta dari website Pegipegi. Aku senang sekali karena sangat praktis dan bisa langsung masuk kereta tanpa harus antre beli tiket lagi. Ketika memasuki beranda Stasiun Solo Balapan, aku  terbayang lirik lagu

Janji lungo mung sedelo

Jare sewulan ra ono

Pamitmu naliko semono

Ning Stasiun Balapan Solo

Bepergian dengan kereta dari Solo itu paling jauh ya ke Surabaya atau Jakarta, kecuali dari Surabaya atau Jakarta transit menuju luar negeri. Jika berjanji untuk pergi dengan waktu yang tidak terlalu lama, berarti masih ada harapan untuk berjumpa kembali. Itu yang aku tangkap maksud dari lirik itu. Jadi, jarang kujumpai calon penumpang di Stasiun Solo Balapan yang membawa koper besar.

Suasana di Stasiun Solo Balapan saat itu cukup ramai. Walau tak sebesar Stasiun Gambir di Jakarta, Stasiun Solo Balapan memiliki fasilitas stasiun yang lengkap, termasuk gerai ATM dan gerai pengisian daya listrik untuk ponsel yang bisa digunakan oleh calon penumpang kereta secara gratis.   Kami yang memiliki tiket KA Prameks Jurusan Solo-Yogya diminta menunggu di luar peron. Setelah penumpang KA Solo Ekspres Jurusan Solo---Yogya naik ke dalam kereta dan berangkat menuju Yogya, kami diizinkan masuk ke peron dan naik ke dalam KA Prameks.

Aku yang sejak awal masuk SMA dulu sudah mengenal kereta rel listrik jurusan Depok---Jakarta tidak terlalu cemas ketika mengetahui bahwa kereta Prameks tidak mendapat nomor tempat duduk. Semua orang bebas memilih tempat duduk jika beruntung. Jika tidak, berdirilah kita. Nah, kali ini kami beruntung.  Aku, Nina, dan Weni, masing-masing mendapat duduk di kursi yang berbeda. Kami menunggu peruntungan masing-masing, siapakah yang akan duduk di sebelahmu? He..he...

Di depan KA Pramek | Dokpri
Di depan KA Pramek | Dokpri
O ya. Kami ke Yogya mempunyai tujuan masing-masing. Nina ingin menjumpai kawannya di kawasan perkantoran Benteng Vredeburg dan membeli tas rajut di Pasar Beringharjo. Weni ingin nyekar ke makam ibunya. Kalau aku...jelas tujuanku ingin naik kereta dari Stasiun Solo Balapan. Namun, karena sudah sampai Yogya, gudeg, dan batik tetap jadi incaranku!

Setelah lelah mengelilingi Yogya, aku ingat lirik lagu itu lagi.

 

Jare lungo mung sedelo

Malah tanpo kirim warto

Lali opo pancen nglali

Yen eling mbok enggal bali 

 

Ya. Kami harus kembali ke Solo. Kawanku Weni telah menyiapkan tiket Yogyakarta-Solo menggunakan KA Solo Ekspres. Harga tiketnya lebih mahal daripada KA Prameks, tetapi kami merasa lebih nyaman. KA Solo Ekspres menyediakan tempat duduk yang nyaman. Kami sangat menikmati karena memang lelah sekali....

Pukul 19.30 kami tiba kembali di Stasiun Solo Balapan. Suasana romantis terpancar dari sudut-sudut stasiun. Sebenarnya aku ingin lebih lama lagi menikmati Stasiun Solo Balapan di malam hari, tetapi tugas memaksa kami untuk segera kembali ke hotel.

Alhamdulillah ... Aku merasa  sangat beruntung. Hari itu untuk yang pertama kali bisa menikmati Stasiun Solo Balapan di pagi hari dan Stasiun Solo Balapan di malam hari. Aku berjanji bahwa pada libur akhir tahun atau libur tahun baru nanti aku akan membawa suami dan anakku pergi ber wisata Indonesia keluarga melalui Stasiun Solo Balapan. Kita akan membuat kenangan manis di sana, membantah 'teori' Didi Kempot ....

Terjemahan lirik lagu “Setasiun Balapan”

Di Stasiun Balapan
Kota Solo yang menjadi kenangan
Kamu dan aku
Ketika mengantar dirimu

Di Stasiun Balapan
Rasanya seperti orang kehilangan
Kamu meninggalkanku
Tidak terasa jatuh air mata di pipiku

Da a dada sayang
Da… selamat jalan

Reff.
Janji pergi hanya sebentar
Katanya tidak ada satu bulan
Pamitmu waktu itu
Di Stasiun Balapan Solo

Katanya pergi hanya sebentar
Malah tidak mengirim berita
Lupa atau pura-pura lupa
Kalau sudah ingat harap segera kembali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun