Mohon tunggu...
Excel Philosophy
Excel Philosophy Mohon Tunggu... lainnya -

http://xcelphilosophy.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tuhan Agamawan vs Tuhan Einstein

22 Februari 2015   17:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:43 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena pemahaman harfiah akan Tuhan justru mengikat Tuhan hanya dalam konsep imanen, bukankah itu berarti mematahkan sifatnya yang omnipresent..? Jika Tuhan itu omnipresent seharusnya Tuhan bisa saja berada dalam kondisi transenden maupun imanen, walaupun itu adalah dikotomi yang berlawanan.

Bertolak dari situ, para saintis seperti Albert Einstein mencoba membuat gagasan tentang Tuhan yang impersonal. Dipengaruhi oleh hipotesa Spinoza dalam karyanya yang berjudul Ethics, Einstein kemudian menggagaskan bahwa "Tuhan merupakan Kecerdasan Tertinggi yang menampakkan dirinya dalam harmoni dan keindahan alam". Tuhan bukanlah sesuatu yang bersosok (personal) seperti manusia secara harfiah. Sebagaimana pandangan Spinoza, Tuhan adalah struktur pengatur kosmis yang impersonal. Dalam pandangannya, sesuatu yang oleh Injil disebut sebagai aktifitas Ilahi sejatinya adalah semacam hukum ketentuan alam. Sesuatu yang disebut sebagai kehendak Tuhan tak lain adalah hukum-hukum alam yang bekerja sebagaimana mestinya.

Melihat kedua pandangan baik dari kaum agamawan maupun saintis seperti Einstein sendiri, saya berpendapat bahwa secara substansial, sejatinya mereka mengakui gagasan Tuhan transenden yg mendasari penciptaan dan harmoni alam semesta. Perbedaannya, kaum agamawan hanya sekedar menafsirkan Tuhan secara tekstual sedangkan Einstein menafsirkan Tuhan secara kontekstual. Tapi walaupun begitu, sifat-sifat Tuhan yang seolah-olah personal tetap dapat dipahami melalui hukum-hukum alam (imanen)

Dalam hal ini, Einstein percaya Tuhan personal namun Tuhan yang personal itu tidak campur tangan terhadap perbuatan manusia itu sendiri secara harfiah (seperti pemberian takdir, mengabulkan doa, dsb). Takdir, pengkabulan doa, dan sebagainya, sejatinya hanyalah hukum-hukum alam yang bekerja sebagaimana mestinya.

Sifat-sifat Tuhan yang imanen hanyalah sifat-sifat universal Tuhan yang dapat dijangkau oleh akal manusia. Sedangkan sifat transenden adalah sifat-sifat khusus Tuhan yang tidak bisa diselami akal. Permasalahan utama kaum agamawan, mereka mempecayai Tuhan yang transenden, namun disaat yang sama mereka tanpa sadar memaknai sifat imanen Tuhan bahkan sampai ke sifat khususnya yang seharusnya di luar jangkauan akal. Mereka tanpa sadar menghancurkan sifat transenden Tuhan dan akhirnya membunuh Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun