Pada masa tersebut, bagasi bus letaknya berada di atas kabin kendaraan, sehingga banyak atau tidaknya jumlah muatan bagasi bus sudah nampak dari luar. Bus yang membawa banyak bagasi diatasnya menjadi objek yang berkah bagi porter karena memperbesar peluang para pengguna jasa transportasi membutuhkan jasanya untuk membantu memindahkan barang. Porter terminal selalu sigap dan ramah dalam memberikan pelayanan terbaiknya, mereka bersiap dan mendekati kendaraan angkutan umum yang baru tiba maupun akan berangkat melakukan perjalanan.
Mengingat teknologi dan kemampuan mesin kendaraan di masa tersebut yang masih terbatas, memunculkan peluang jasa yang dibutuhkan. Kenaikan suhu mesin bus masa tersebut lebih cepat, sehingga membutuhkan perlakuan khusus untuk melakukan perawatan saat operasional. Mesin bus dimatikan untuk menurunkan suhu dan mendinginkan, agar ketika melayani operasional berikutnya, mesin bus tidak kelebihan panas diatas normal (overheat). Saat mode pendinginan ini, penyedia jasa pengisian air radiator menawarkan jasanya untuk memastikan sistem pendinginan mesin bus yang berbasis air tetap beroperasi optimal sesuai dengan prosedur.
Ketika bus akan beroperasi melayani pengguna jasa transportasi, bus mesin harus dinyalakan kembali setelah proses pendinginan. Teknologi mesin bus yang masih sederhana masa itu dilakukan dengan memasukan dan memutar besi engkol slinger ke mesin bus untuk memacu putaran mesin kembali. Proses ini membutuhkan tenaga ekstra dan teknik yang mumpuni agar mesin dapat beroperasi dengan cepat. Oleh karena itu, muncul penyedia jasa slinger atau zwengel yang menawarkan jasa menghidupkan mesin bus.
Akhir Operasi
Saat ini peninggalan fisik terminal terindah ini telah tiada, dalam catatan sejarah terminal terakhir beroperasi pada tahun 1979. Sekarang lokasi tersebut menjadi Tamansari Shopping Centre dengan mempertahankan topografi cekungan, selain itu terdapat Terminal Tipe C Tamansari yang melayani angkutan kota. Sedangkan terminal utama dipindahkan ke daerah Soka, pada tahun 2000 terminal kembali dipindahkan ke daerah Tingkir dengan status Terminal Tipe A hingga saat ini. Lokasi Tingkir sangat strategis karena dekat dengan akses Gerbang Tol Salatiga dan Jalan Lingkar Selatan (JLS). Jejak kemegahan terminal masih dapat ditelusuri melalui dokumen literatur sejarah masa kolonial Kota Salatiga dan dokumentasi foto terminal dari berbagai sudut masa itu.
Terminal Salatiga yang modern dan indah pada masa lampau menyiratkan pesan kemajuan Salatiga yang telah dicapai telah unggul dan menjadi rujukan wilayah lain di bumi Nusantara. Saat ini perannya telah diwariskan kepada Terminal Tingkir dengan arsitektur megah dan modern khas estetika peradaban Jawa. Gunung Merbabu konsisten menjadi latar belakang eksotisme fisik bangunan terminal. Terminal tak hanya dipandang sebagai tempat datang dan pergi, tapi sebagai ruang interaksi publik yang mengkoneksikan berbagai kepentingan dan harapan setiap insan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H