Mohon tunggu...
Excelindo Krisna Putra
Excelindo Krisna Putra Mohon Tunggu... Freelancer - #IndonesiaExcellent

Pengelana Masa • Perekam Peristiwa • Peramu Peradaban | Blog Pribadi: https://excelindokrisnaputra.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrasi Tanpa Demonstrasi

30 September 2019   17:17 Diperbarui: 30 September 2019   17:31 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tagar atau hastag bisa digunakan untuk alat menyuarakan karena pada media sosial micobloging seperti Twitter, Facebook, Google+, Instagram mampu mengelompokan pesan-pesan tersebut, bahkan seperti media Twitter dengan sengaja merating tagar apa yang sedang ramai dibicarakan. Masyarakat akan lebih fokus dalam membahas suatu permasalahan dengan berbagai pendapat yang ada, bagi pihak yang dievaluasi mampu dengan mudah untuk melacak kritik saran apa saja yang ditujukan kepadanya.

Media sosial bertugas untuk menyebarluaskan seluruh konten-konten diatas, karena banyaknya pengguna dan kecepatan proses. Konten yang viral akan ditanggapi oleh akun-akun yang memiliki jumlah pengikut yang banyak, sehingga proses penyebaran berkali-kali lipat lebih cepat. Dalam beberapa kasus postingan Facebook, Twitter, Instagram mampu untuk mendobrak dan menggugah nurani yang kita kritik ditandai dengan klarifikasi atau tanggapannya baik di  press conference, media, maupun media sosial miliknya. Setidaknya usaha ini berhasil untuk menyampaikan maksud dan tujuan kita, yang perlu kita waspadai adalah merebaknya devide et impera jilid II yaitu hoax yang semakin banyak beredar, langkah yang paling tepat adalah berlakulah cerdas untuk membuktikan kebenaran konten tersebut benar atau tidak.

Jangan terkecoh dengan judul yang seolah menekan pihak-pihak yang menyuarakan rasanya lewat unjuk rasa, marilah kita berbagi tugas dalam dalam komisi masing-masing sebagai Dewan Pengawas Republik (DPR). Ketika kekuasaan yang melenceng tidak dapat digentarkan melalui jalur Komisi Konstitusional Administratif lewat ranah yudisial maupun perjuangan teman-teman anggota Komisi Demonstrasi yang telah menyuarakan hingga suaranya habis tapi tak juga didengar, masih ada Komisi Satire, Komisi Seni, Komisi Meme, Komisi Tagar, Komisi Vlog yang siap bahu membahu untuk menyentil kekuasaan saat melenceng dan mengawasi negeri ini demi cita-cita republik yang kita cintai ini.

Seluruh upaya harus dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif sehingga gerakan ini mampu untuk mencapai tujuannya namun harus diperhatikan adat istiadat dan budaya ketimuran kita yang penuh dengan kesantunan harus tetap dijaga. Akhir kata teringat kata-kata Presiden Amerika Serikat ke-35 John F Kennedy bahwa "Jika politik itu kotor, puisi akan membersihkannya. Jika politik bengkok, sastra akan meluruskannya".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun