Mohon tunggu...
Excelindo Krisna Putra
Excelindo Krisna Putra Mohon Tunggu... Freelancer - #IndonesiaExcellent

Pengelana Masa • Perekam Peristiwa • Peramu Peradaban | Blog Pribadi: https://excelindokrisnaputra.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrasi Tanpa Demonstrasi

30 September 2019   17:17 Diperbarui: 30 September 2019   17:31 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fiksi yang dekat dengan keseharian pembaca dan disusun dengan diksi indah akan melahirkan imaji yang dekat dengan fakta dari kebenaran, barangkali imajinasinya adalah fiksi tetapi tetap dianggap kebenaran. Terdapat kecenderungan kuat untuk menganggap fiksi sebagai sebuah fakta, disinilah seni memunculkan kebenaran dan menggantikan kabar kebenaran yang terbungkam. Seni dianggap mewakili kebenaran, akan tetapi kebenaran yang dimaksud bukanlah kebenaran tunggal (mutlak), melainkan kebenaran yang dimaksud adalah kebenaran yang terfragmentasi (terpecah) sesuai versi pembuat karya seni tersebut. Keunggulan inilah yang kembali menjadi jalan oleh manusia-manusia yang terus berpikir dan masih tersadar sisi kemanusiaannya untuk bergerak menyampaikan kebenaran.

Seni musik, seni rupa, seni lawak dan sebagainya mampu mengangkat isu yang menjadi kegelisahan masyarakat ke publik. Sunan Kalijaga menjadikan seni musik sebagai sarana kritik sosialnya, salah satunya yaitu lagu anak-anak (tembang dolanan) Gundul-Gundul Pacul yang diciptakan untuk mengkritik kekuasaan. Era pasca kemerdekaan juga melahirkan pemusik yang berperan sebagai "musicopolitika" yaitu Iwan Fals dengan lagunya yang terkenal yaitu Wakil Rakyat.

Seni Rupa tak kalah ketinggalan sebagai alat mengunjukan rasa dapat berupa lukisan, mural, desain dsb yang mengkritik kebijakan maupun sikap pemangku kebijakan yang tak sesuai dengan harapan. Desain cover sebuah media massa baru-baru ini yang menggambarkan suara rakyat untuk menyentil kekuasaan nampaknya cara ini lebih menggugah dan menyadarkan kekuasaan untuk tetap menjaga niat dan integritasnya. DPR RI beberapa tahun ini sengaja mefasilitasi para pelawak untuk mengkritik kekuasaan dengan lomba "Stand Up Comedy bertajuk "Kritik DPR" yang berhasil mengocok perut para anggota dewan, semoga kabahagiaan membuka pikiran untuk merefleksikan diri dengan kritik-kritik santai berbalut bercandaan. Masih banyak lagi jalur seni yang bisa ditempuh untuk memajukan demokrasi bangsa ini sesuai dengan karakter dan minat seni kita masing-masing.

Tulisan

Sejarah bangsa Indonesia terbantu saat penulis dari Belanda sendiri bernama Eduard Douwes Dekker dengan nama pena Multatuli mengkritik tindakan para penjajah terhadap orang-orang pribumi Hindia Belanda pada masa itu melalui buku Max Havelaar. Tenyata dampak terbit dan disebarluaskannya buku ini sangat signifikan, masyarakat Belanda yang tak tau hasil pembangunannya yang mereka rasakan ternyata adalah hasil eksploitasi berlebihan di negeri seberang (Hindia Belanda) menjadi gempar saat itu dan menuntut pemerintahnya sendiri sehingga belanda memberlakukan politik etis untuk penduduk pribumi Hindia Belanda.

Pramudya Ananta Toer mengatakan bahwa karya multatuli ini sebagai awal untuk menghabisi kolonialisme. Buku ini muncul karena penulis frustasi kritik dan sarannya tak diindahkan oleh pemerintah negaranya sendiri, bahkan ia juga menceritakan selain penguasa kolonial Belanda terdapat penguasa bumiputra sendiri yang melakukan penindasan. Berkaca dari cerita ini bagaimana tulisan mampu meluruskan lagi niat politik, bukan hanya di perpolitikaan lokal atau nasional tetapi mampu bermain di perpolitikan internasional. Untuk menjadi penulis yang ulung harus berani menulis hal yang kecil dan disekitar kita, jangan takut menulis, karena hanya mengandalkan jari dan komputer kita mampu melakukan sesuatu.

Menulis dapat dilakukan di media yang kita sukai, bahkan di media yang menyediakan hanya sedikit karakter seperti Twitter saja mampu menghebohkan khalayak, dengan bermodalkan kouta gagasan dan kritik kita mampu dibaca orang banyak dan dipahami sebagai suara hatinya orang yang membaca juga. Blog, Facebook, Instagram dan sebagainya terbuka luas menerima tulisan kita dengan catatan tetap harus menjaga kehormatan, budaya dan etika sebagai bangsa Indonesia.

Meme

Meme dibuat dari kreativitas menanggapi isu sosial dengan bumbu humor. Secara politis meme dapat dilihat sebagai upaya perlawanan saat masyarakat mengalami tekanan dan tak mampu melawan dengan cara konvensional yang serius. Meme sebagai bentuk ekspresi dan komunikasi yang sedang ramai dibahas didunia maya, meme menjadi begitu populer karena memiliki kelebihan disbanding yang lain, gambar menjadi kekuatan utamanya yang membuat mudah diterima segala golongan dan usia. Tidak jarang pihak yang merasa dikritik menjadi luluh atas kesalahannya seperti konflik PB Djarum vs KPAI atau KPI yang mempersoalkan kartun anak-anak baru-baru ini.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian pendapat di muka umum bentuk meme ini adalah (1) Tujuan utamanya adalah kritikan untuk mengkoreksi sehingga kita harus mengritik dengan cara yang tepat agar pesan tersampaikan dengan baik, (2) Waktu yang tepat, karena kritikan berhubungan dengan sensitifitas pihak yang dikritik, (3) Jelas dan to the point, agar kritikan tidak dianggap sebagai menyalahkan atau memojokan, (4) Awali dengan pujian, agar pihak yang dituju tetap merasa dihirmati dan dihargai, (5) Objektif, hindari subjektifitas karena disini kita mengkoreksi perbuatannya bukan orangnya, (6) Beri solusi, sebisa mungkin kita mengakhiri koreksi dengan sebuah solusi agar pihak yang kita koreksi merasa terbangun dan mampu bertindak korektif.

Video

Banyak content creator dengan kreativitasnya membuat diskusi, wawancara, penelusuran, social experiment untuk mengaktifkan akal sehat yang mencerdaskan tanpa adanya intrik politik kepentingan dalam menanggapi isu politik atau nasional yang sedang berkembang berdasar fakta yang terjadi dan menganalisisnya dengan berbagai sudut pandang. Konten santai yang kebanyakan disukai kaum muda menambah ketertarikan serta partisipasi kedalam kehidupan politik kebangsaan meningkat. Pesan kebenaran akan semakin mudah dilakukan sebagai langkah kontrol terhadap persoalan yang terjadi dalam konteks ini adalah kontrol rakyat kepada kekuasaan.

Satire

Satire merupakan sindiran secara halus dengan penuh kebijaksanaan, tapi perlu diingat hal ini berbeda dengan sarkasme yang cara penyampaiannya lebih cenderung keras dan blak-blakan. Satire bisa saja dalam bentuk komedi, namun hal ini harus sangat diperhatikan karena hanya orang-orang yang mampu memaknai sesuatu secara lebih mendalamlah yang mampu mengerti.

Masih membekas diingatan kita bagaimana Koalisi Tronjal-Tronjol Maha Asyik mengusung Nurhadi-Aldo sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut sepuluh, dengan akun media sosial Instagramnya sekelompok pemuda di Kabupaten Kudus Jawa Tengah mampu untuk menyuarakan kemuakan rakyat ketika Pemilihan Presiden 2019 kembali disuguhkan rematch antara kedua putra terbaik bangsa yang pada Pemilihan Presiden 2014 sama-sama saling berkompetisi merebutkan hati rakyat. Saat itu rakyat yang pasrah dan bosan melihat kepala banteng vs kepala garuda lagi, cebong vs kampret lagi dan sebagainya justru mendukung pasangan fiksi ini sebagai pemecah kebuntuan dan pendingin ditengah memanasnya suhu perpolitikan nasional. Jika pimpinan parta politik mampu memahami fenomena ini seharusnya mereka malu dan mengevaluasi proses kaderisasi pemimpin bangsa ini. Masih banyak satire-satire lain dalam perpolitikan yang mampu menyuarakan kehendak rakyat.

Tagar dan Media Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun