Mohon tunggu...
EWIL M.WOLOIN
EWIL M.WOLOIN Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Publik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Efisiensi Energi Dahulu, Transisi Energi Kemudian

12 Februari 2023   21:00 Diperbarui: 12 Februari 2023   21:01 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Fariz Panghegar, Traction Energy

Pekerjaan rumah utama kita adalah mengubah resistensi ini menjadi aksi nyata. Pertama, kita butuh pemimpin yang berani bergerak mentransisi energi, baik itu dari sisi pemerintahan, industri, hingga akademisi yang visioner dan mau mengambil langkah besar.

Kedua, kita butuh kisah sukses transisi energi, bukan berita memprihatinkan, seperti pemadaman listrik bergilir atau PLN mengalami defisit pasokan listrik.

Mengapa transisi energi itu penting?

Transisi energi saat ini tengah berlangsung di seluruh dunia, khususnya di sektor ketenagalistrikan. Badan Energi Internasional (IEA) mencatat energi terbarukan sekarang menyumbang 26 persen pembangkit listrik di seluruh dunia.

Asosiasi Energi Angin Internasional (WWEA) mencatat pertumbuhan instalasi pembangkit listrik tenaga angin di seluruh dunia mencapai 9,1 persen pada 2018. Biaya proyek pembangkit listrik tenaga surya dan angin tersebut untuk menggantikan pembangkit listrik batubara yang ada.

Transisi energi memberi banyak manfaat, terutama bagi negara, perusahaan atau industri, dan lingkungan.

Manfaat transisi energi bagi negara

1. Mengurangi ketergantungan impor migas

Sebagai sumber daya yang tak pernah habis, energi terbarukan menghilangkan ketergantungan Indonesia akan impor migas. Kebutuhan mengimpor bahan baku energi fosil menyiratkan biaya ekonomi kian tinggi.

2. Mengurangi kerentanaan ekonomi terhadap fluktuasi harga minyak dunia

Laporan McKinsey 2020 memerkirakan pada 2050 wilayah Asia Pasifik akan kehilangan sekitar 1,2 triliun dolar AS per tahun hanya karena banjir saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun