Pekerjaan rumah utama kita adalah mengubah resistensi ini menjadi aksi nyata. Pertama, kita butuh pemimpin yang berani bergerak mentransisi energi, baik itu dari sisi pemerintahan, industri, hingga akademisi yang visioner dan mau mengambil langkah besar.
Kedua, kita butuh kisah sukses transisi energi, bukan berita memprihatinkan, seperti pemadaman listrik bergilir atau PLN mengalami defisit pasokan listrik.
Mengapa transisi energi itu penting?
Transisi energi saat ini tengah berlangsung di seluruh dunia, khususnya di sektor ketenagalistrikan. Badan Energi Internasional (IEA) mencatat energi terbarukan sekarang menyumbang 26 persen pembangkit listrik di seluruh dunia.
Asosiasi Energi Angin Internasional (WWEA) mencatat pertumbuhan instalasi pembangkit listrik tenaga angin di seluruh dunia mencapai 9,1 persen pada 2018. Biaya proyek pembangkit listrik tenaga surya dan angin tersebut untuk menggantikan pembangkit listrik batubara yang ada.
Transisi energi memberi banyak manfaat, terutama bagi negara, perusahaan atau industri, dan lingkungan.
Manfaat transisi energi bagi negara
1. Mengurangi ketergantungan impor migas
Sebagai sumber daya yang tak pernah habis, energi terbarukan menghilangkan ketergantungan Indonesia akan impor migas. Kebutuhan mengimpor bahan baku energi fosil menyiratkan biaya ekonomi kian tinggi.
2. Mengurangi kerentanaan ekonomi terhadap fluktuasi harga minyak dunia
Laporan McKinsey 2020 memerkirakan pada 2050 wilayah Asia Pasifik akan kehilangan sekitar 1,2 triliun dolar AS per tahun hanya karena banjir saja.