Menggapai Haji Mabrur: Prioritas Ibadah dan Kepedulian Sosial
Oleh : Ewia Putri
Dalam pandangan saya, kewajiban ibadah haji hanya sekali dalam seumur hidup sudah cukup untuk memenuhi rukun Islam yang kelima. Setelah itu, ibadah haji selanjutnya bersifat sunah. Bagi mereka yang memiliki rezeki berlebih, alangkah baiknya jika dana tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan sosial daripada digunakan untuk berhaji berkali-kali.
Haji sebagai Pembentuk Karakter Manusia
Sebagaimana ibadah lain, tujuan akhir dari haji adalah untuk memanusiakan manusia. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Quran, Surat Al-Hajj ayat 77:
"Wahai orang-orang yang beriman, ruku'lah, sujudlah, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebaikan agar kamu mendapat kemenangan."
Ayat ini menekankan bahwa ibadah dan amal kebaikan berjalan seiring untuk meraih kemenangan, yang dalam konteks ini adalah meraih haji mabrur. Indikasi seseorang yang telah melaksanakan haji dengan baik adalah ketekunan dalam beribadah dan berempati kepada sesama, terutama kepada kelompok tertindas, miskin, marginal, dan minoritas, yang dalam terminologi Islam disebut mustadh'afin. Selain itu, kepedulian terhadap kelestarian alam juga merupakan bagian dari wujud haji mabrur.
Implementasi Nilai Haji dalam Kehidupan Sehari-hari
Rasulullah SAW bersabda:
"Haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga." (HR. Bukhari dan Muslim)
Haji mabrur dapat diraih jika seluruh ritual haji dihayati maknanya dengan seksama dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Ini mencakup memperbaiki akhlak, meningkatkan empati, dan memperbanyak amal kebaikan. Haji mabrur sangat tergantung pada niat dan bagaimana kita membawa perubahan dalam kehidupan setelah kembali dari tanah suci.