Salah satu bentuk ayat-ayat kauniyah-Nya ialah gunung. Gunung merupakan salah satu makhluk Allah yang patut untuk kita perhatikan. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah menciptakan gunung-gunung, dan menjadikannya kokoh?" (QS. An-Naba': 6-7).
Jika kita menelusuri rekam jejak Rasulullah, beliau telah melakukan beberapa kali pendakian. Sebelum diangkat menjadi Rasul, Nabi Muhammad SAW memiliki kebiasaan naik-turun Jabal Nur untuk 'uzlah (mengisolasi diri) di Gua Hira.Â
Kebiasaan Rasulullah mengisolasi diri di Jabal Nur ini dilakukan dalam rangka berkontemplasi, merefresh jiwa dan pikiran dari hiruk-pikuk peradaban kota Makkah. Di Gua Hira inilah, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT, yang menandai awal dari misi kenabiannya.
Selain Jabal Nur, sejarah juga mencatat ada tiga gunung lain yang juga pernah didaki oleh Rasulullah. Di antaranya adalah Jabal Tsur, Jabal Uhud, dan Jabal Rahmah di Arafah. Jabal Tsur menjadi tempat persembunyian Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar dari pengejaran kaum Quraisy saat hijrah ke Madinah.Â
Di Jabal Uhud, terjadi pertempuran besar antara kaum Muslimin dan Quraisy, di mana banyak sahabat Nabi yang gugur sebagai syuhada. Sementara itu, Jabal Rahmah di Arafah adalah tempat di mana Rasulullah menerima wahyu terakhir dari Allah SWT.
Ada catatan menarik dari Jabal Rahmah; gunung atau bukit ini merupakan tempat dipertemukannya Adam dan Hawa setelah ratusan tahun berpisah. Ini adalah simbol kuat tentang cinta dan pengampunan yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia.Â
Saya jadi berpikir, betapa beruntungnya orang-orang yang menemukan pasangan hidup ketika mendaki gunung, sungguh definisi paripurna dari kisah cinta di jalan kenabian. Mereka yang mendaki gunung bersama, tidak hanya berbagi pengalaman fisik yang melelahkan tetapi juga perjalanan spiritual yang mendalam.
Dalam mendaki gunung, kita bukan hanya menghadapi tantangan alam, tetapi juga tantangan diri kita sendiri. Kita belajar tentang ketekunan, kesabaran, dan keberanian. Mendaki gunung adalah cara untuk memahami keterbatasan kita sekaligus mengatasi rasa takut dan ketidakpastian.Â
Di puncak gunung, kita menemukan kedamaian dan kebijaksanaan yang sulit ditemukan di tempat lain. Di atas sana, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan diri kita yang sejati dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Sebagaimana Lao Tzu berkata, "Nature does not hurry, yet everything is accomplished." Dalam mendaki gunung, kita belajar untuk bergerak dengan ritme alam, menemukan kebijaksanaan dalam setiap langkah, dan menghargai setiap momen yang kita jalani. Gunung mengajarkan kita tentang kerendahan hati dan ketulusan, dua hal yang sangat penting dalam kehidupan spiritual.
Dengan demikian, mendaki gunung merupakan sebuah perjalanan intelektual dan spiritual. Sebuah perjalanan yang menghubungkan kita dengan alam, diri kita sendiri, dan Sang Pencipta.Â