" duh mbak.....apalagi siiih....? " kali ini kepalaku terasa berdenyut-denyut dan beliau dengan semangatnya mencetuskan idenya untuk mendirikan koperasi agar uang nasabah bank sampah yang mengendap bisa lebih berguna dan juga menjawab keluhan warga atas maraknya bank keliling yg cukup menjerat. Pada saat itu pembuatan koperasi sangat mudah bahkan tanpa biaya apapun semuanya diurus oleh dinas koperasi, kesempatan yang memang tidak boleh dilepaskan begitu saja.
Seperti yang sudah-sudah perjalanan koperasi kami cukup lancar, walaupun kami tidak menerapkan bunga pinjaman hanya infaq saja, kami mendapatkan keuntungan dari penjualan beras subsidi yang dibeli langsung dari petani, entah darimana beliau mendapatkan canelnya.Â
Dan pada akhirnya kami bisa membawa para nasabah koperasi berjalan-jalan ke kota Bandung dengan gratis.
" Mbak....,ada yang perlu saya bicarakan...", beliau terlihat serius dan dibenakku mulai menari-nari ide apa lagi yang akan beliau sampaikan ,tapi akhirnya hanya air mata yang menggenang dipelupuk mata tatkala beliau memutuskan untuk menemani anaknya yg tinggal diluar negri. Selamat jalan mbak....memang sudah waktunya mereka merasakan tangan dinginmu disana...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H