Pendidikan sangatlah penting karena dengan pendidikan kita diharapkan mampu untuk terus berkembang dan terus menginovasi diri kita kedepannya dengan menyesuaikan pada perkembangan zaman. Pendidikan dapat diartikan juga sebagai suatu proses perkembangan kehidupan bagi manusia untuk mencapai tujuan dan juga melangsungkan aktivitas kehidupannya tersebut.Â
Cakupan dari pendidikan sangatlah luas, banyak sekali aturan dan juga wewenang dalam dunia pendidikan seperti contohnya pendidikan di suatu negara dengan negara lainnya pasti akan ada perbedaan, dunia pendidikan dalam menyampaikan ilmunya biasanya akan mengikutin pola masyarakat di sekitarnya, seperti yang kita lihat di negara kita ini di Indonesia pendidikan masih belum mampu untuk menyebar secara merata pada seluruh masyarakat negaranya, sehingga Indonesia selalu mencoba hal-hal atau aturan baru yang diterapkan di sekolah yang ada agar tujuannya bisa terpenuhi. Tetapi terkadang aturan yang dibuat tidak sesuai dengan yang diharapkan, banyak sekali pro dan kontra dalam penyesuain terhadap aturan yang di tetapkan tersebut, contoh yang akan diambil dalam bahasan ini yaitu mengenai aturan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk para peserta didik atau siswa yang menempuh pendidikan di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan bahkan sekolah menengah atas  untuk melaksanakan  aktivitas pembelajaran  secara Full Day setiap harinya di sekolah.
Sekolah dengan istilah Full Day, yaitu sekolah yang memberlakukan aturan bahwa para peserta didik atau siswanya untuk melaksankan kegiatan pembelajaran dengan waktu yang lumayan lama sekitar menghabiskan waktu sembilan jam berada di lingkungan sekolah untuk menimba ilmu. Full Day itu sendiri sudah mulai diberlakukan hampir di seluruh sekolah yang ada di Indonesia dan seluruh tingkatan pendidikan sekolah, karena itu merupakan aturan baru yang dibuat oleh pemerintah pada saat itu.Â
Pada saat pemberlakuan sekolah full day awalnya itu diharapkan mampu untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia dengan menciptakan generasi penerus bangsa yang unggul dalam ilmunya, tetapi pada saat kenyataannya aturan full day yang diberlakukan itu tidak begitu berjalan mulus seperti yang diharapkan pada saat awal. Setelah pemberlakuan sekolah full day banyak sekolah yang tidak setuju terhadap hal itu sehingga menjalani kembali aktivitas pembelajaran dengan normal biasanya yaitu sekolah hanya empat jam sampai enam jam dalam seharinya dan tidak memberlakukan atau menerapkan sekolah full day bagi siswanya.
Banyak sekolah yang melakukan penolakan terhadap pemberlakuan sekolah full day tersebut karena beranggapan bahwa hal itu tidak efektif dan bisa saja malah memunculkan masalah baru untuk siswa kedepannya. Tetapi pada dasarnya memang sekolah full day ini bisa menimbulkan hal yang tidak bagus untuk proses keberlangsungan belajar para siswa. Banyak siswa yang menyampaikan keluhan dan juga penolakan terhadap adanya aturan sekolah full day ini, seperti dilihat dari penelitian secara langsung terhadap siswa yang merasakan aturan tersebut bahwa hasilnya banyak siswa yang mengeluh akan kejenuhan yang di dapat saat mereka berada di lingkungan sekolah sembilan jam atau bahkan sebelas jam lamanya, banyak dari mereka yang malah semakin menurun kemampuan akademiknya karena adanya  full day ini. Mereka yang tidak setuju dengan adanya sekolah full day ini bahkan tidak sedikit yang sampai menjadi malas datang bersekolah sehingga  bolos, karena mereka merasa kecapean terlalu banyak tuntutan melakukan aktivitas di sekolah.
Faktor-faktor pendorong mereka para siswa merasa kejenuhan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, salah satunya yaitu beban akademik yang diberikan terlalu berlebihan karena butuh tenaga yang cukup untuk membangun kefokusan siswa dalam menyimak pembelajaran dan berinteraksi di kelas, maka dari itu para siswa juga membutuhkan waktu istirahat yang cukup bukan hanya dituntut terus menerus untuk bisa dalam memahami menuntut ilmu karena sesuatu yang dipaksakan itu belum tentu hasilnya akan baik untuk kedepannya dan tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan seperti awalnya. Belajar yang dilakukan secara terpaksa karena menuntut untuk memenuhi pemberlakuan aturan yang ada itu malah akan membuat dampak yang negatif. Dalam segi pergaulan atau sosial pun akan terdampak bagi para siswa karena waktu mereka yang lebih banyak disekolah akan mengisolasi mereka dalam pergaulan dalam bermasyarakat lainnya, tidak bisa berinteraksi dan bergaul dengan teman atau tetangga di lingkungan rumah atau dengan keluarga lainnya sehingga pergaulan mereka akan dibatasi dengan hanya teman-teman sekolahny saja, kecuali dihari libur mereka bisa berinteraksi dengan masyarakat lainnya, teman diluar sekolah atau saudaranya. Yang ditakutkan adalah akan timbul rasa empati terhadap lingkungan diluar lingkungan sekolahnya karena kehidupan mereka hanya terpaku didalam lingkungan sekolahnya saja.
Tidak hanya dari para siswa saja penolakan terhadap full day dilontarkan tetapi tidak sedikit dari para tenaga pendidik/guru pun merasa keberatan karena dengan diberlakukannya full day maka akan sangat menyita waktunya di sekolah, sebagian besar waktu para pendidik akan terfokus dan tercurah pada kegiatan para siswanya selama disekolah sehingga yang ditakutkan akan menelantarkan kegiatan keluarga mereka di rumah terlebih bagi para pendidik yang telah berkeluarga dan memiliki anak-anak, mereka tidak akan bisa mencurahkan perhatiannya di waktu pagi dan siang sebagai mana bisanya keefektifan bersama keluarga akan terasa ketika malam hari saja dan ketika liburan sekolah, tugas mereka di sekolahpun akan berlipat-lipat lebih berat dibandingkan sekolah biasa yang hanya empat sampai enam jam saja disekolah. Dengan diberlakukannya full day ini akan banyak sekali evaluasi dan penilaian yang harus dilaporkan. Kelelahan dalam mengajar akan menurunkan efektivitas dalam pembelajaran sehingga pemberian materi pelajaran tidak akan maksimal dan pengawasan terhadap para murid pun tidak akan penuh.
Bagi para penyelenggara pendidikan/sekolah pun banyak yang tidak siap dengan adanya full day ini karena ketidak lengkapan sarana dan prasarana sekolah yang mendukung, demikian pula dengan keterbatan ruang kelas yang tidak memadai dengan banyaknya siswa karena untuk sekolah negeri pada umumnya terbagi dalam beberapa bagian kelas kadang tidak bisa melaksanakan serentak pembelajaran dalam satu waktu tapi terbagi dalam beberapa jeda waktu. Kendalanya dengan keterbatasan kelas akan tidak memungkinkan dapat menampung seluruh siswanya, kesulitan akan tercipta karena tidak mungkin dipadatkan dalam satu waktu  misalkan ada dua belas kelas dan dalam satu kelas masing masing ada duapuluhdelapan siswa untuk kelas pagi dan siang tetapi dengan adanya sekolah full day ini perkelas akan ada limapuluhdua orang siswa jelas tidak mungkin ada kenyamanan  dengan padatnya siswa, dan Guru-guru pun akan kesulitan dalam memberikan perhatian dan pengajarannya, para siswa tidak akan sepenuhnya terawasi karena keterbatasan tenaga Guru, kelelahan dan kewalahan dalam mengajar akan berdampak terhadap para siswa karena efektivitas pembejaran tidak akan didapat, suasana kelas akan kacau dan proses belajar tidak akan terlaksana dengan baik.
Begitu pula dengan para Orang Tua siswa banyak yang merasa keberatan karena intensitas berkumpul bersama keluarga menjadi semakin dipersempit dan dipersingkat waktunya sehingga akan terjadi kurang berinteraksi antara orang tua dan anaknya, dikhawatirkan dengan adanya sekolab full day ini akan menyebabkan kelelahan bagi anak-anaknya dan ketika sore hari mereka pulang ke rumah sudah tidak ada minat untuk bercengkrama dengan keluarga apalagi membantu pekerjaan orangtua di rumah karena waktu yang mereka dapatkan di rumah akan dipergunakan untuk mereka beristirahat, mengerjakan pekerjaan rumah dan tidur malam begitu seterusnya dalam keseharian mereka dan efektivitas kebersamaan hanya akan diperoleh hanya dihari libur saja.
Sedangkan bagi mereka yang menerima dan menyambut dengan baik kegiatan full day school ini rata-rata sekolah yang elit yang memadai sarana dan prasarananya sehingga timbul kenyamanan antara tenaga pendidik dan siswanya, mereka akan menjalankan sistem pendidikan dengan nyaman dan tenang, misalnya dengan adanya full day school ini mereka akan lebih terpantau Guru sehingga karakter mereka akan lebih terbentuk karena selalu ada evaluasi dari para Guru , fasilitas sekolah yang mendukung pun akan memungkinkan mereka untuk beristirahat yang cukup bahkan memungkinkan mereka untuk melakukan tidur siang sejenak di sekolah seperti hal nya yg biasa di lakukan di sekolah-sekolah full day di luar negeri yang menerapkannya. Para siswa akan memiliki lebih banyak waktu untuk berinteraksi dan bergaul bersama teman-temannya di sekolah sehingga keakraban, kebersamaan dan rasa persaudaraan diantara mereka akan lebih terpupuk dan terbina timbul persahabatan yang erat diantara mereka dan dengan para Guru-guru pun akan lebih terjalin erat rasa keakraban dan kebersamaannya dengan lebih banyak waktu untuk berinteraksi akan semakin banyak waktu untuk saling mengerti dan memahami masing-masing watak dan karakter, dengan kata lain sekolah akan menjadi rumah kedua bagi para siswanya dan Guru-guru menjadi orang tua kedua bagi mereka. Dalam hal akademik pun para siswa bisa lebih meningkat dengan banyaknya waktu di sekolah akan banyak waktu pula bersama Gurunya, pemahaman ilmu dan pembelajaran akan lebih banyak didapat.
Bagi para orang tua yang merasa kewalahan dalam mengawasi dan mendidik anak-anaknya akan menyambut kegiatan full day school ini dengan senang hati karena bebannya akan terbantukan dengan berbagi pengawasan dengan para Guru-guru disekolah, mereka tidak akan merasa khawatir dan was -was akan kegiatan harian anak-anaknya, tidak khawatir akan pergaulan mereka karena sebagian waktunya hanya dihabiskan di sekolah sehingga bagi para orangtua yang terbiasa bekerja akan merasakan ketenangan ketika meninggalkan anak-anaknya untuk bekerja dengan keberadaan anak-anaknya yg bersekolah dari pagi hingga petang, mereka tidak akan terbebani dengan pertemuan hanya di petang sampai malam hari saja dengan anak-anaknya karena menang mereka juga hanya memiliki waktu berada di rumah hanya saat petang dan malam hari saja.
Kegiatan full day school ini tidak akan efektif bagi siswa-siswinya yang karena keadaan keluarganya mengharuskan mereka untuk membantu pekerjaan orangtuanya karena kondisi ekonomi ataupun faktor lainnya sebagai contoh siswa yang menjadi anak pertama harus menjaga adik-adiknya di rumah selama ibu/bapaknya bekerja tetapi karena adanya full day school ini kegiatan itu tidak bisa dilakukan atau bagi mereka yang orangtuanya kesulitan ekonomi harus membantu meringankan beban orangtua mereka dengan bekerja sampingan. Walaupun kewajiban seorang anak adalah belajar dan berhak dengan pendidikan yang layak dan tidak dibenarkan untuk anak dibawah umur bekerja tapi tidak sedikit hal ini terjadi karena himpitan ekonomi keluarganya yang menyebabkan mereka mau tidak mau untuk bekerja membatu meringankan beban keluarganya.
Mengingat Indonesia sebagai negara berkembang dimana kesetaraan perekonomian penduduknya tidak merata jelas efektifitas full day school ini tidak akan bisa diterapkan. Kesenjangan dalam hal pendidikan masih sangat signifikan, dimana kondisi pendidikan dikota-kota besar akan sangat kontras dengan situasi dan kondisi pendidikan dikota-kota kecil bahkan dipelosok-pelosok daerah, sebelum diadakannya sistem full day school ini alangkah lebih baiknya jika diadakan perbaikan terlebih dahulu dalam infrastruktur, sarana dan prasarana yang mendukungnya sehingga pemerataan dalam pendidikan akan tercipta dan terlaksana, sehingga pendidikan itu tak hanya bisa dinikmati dan didapat oleh para siswa didalam kota-kota besar saja tetapi bisa dirasakan, didapat dan dinikmati oleh semua siswa mencakup kota kecil, desa bahkan pelosok-pelosok negeri dan daerah terpencil lainnya. Sehingga metode pembelajaran full day school ini belum bisa diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia karena terkendala dengan berbagai ketidaksiapan dari berbagai pihak sehingga berdampak pada efektivitas bagi para siswa-siswinya.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Moh Rohman, 2018: Kejenuhan Belajar Pada Siswa di Sekolah Dasar Full Day School. Surabaya:digilib.uinsby.ac.id.
Grahito Anggit Wicaksono, 2017: Fenomena Full Day School Dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Surakarta:journal.univetbantara.ac.id.
Octavia Prapti Ningsih, Taufik Muhamad Hidayat, 2022: Pelaksanaan Full Day School Terhadap Perkembangan Sosial Anak di Sekolah Dasar. Surakarta:jbasic.org.
Wahyuli Rahmi, Ifdil Ifdil, 2020: Perbedaan Kejenuhan Belajar Siswa Full Day School dan Non Full Day School. Padang:bk.ppj.unp.ac.id.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H