Mohon tunggu...
Evriliani Putri Darmawanti
Evriliani Putri Darmawanti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

seorang mahasiswa sastra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Studi Analisis Hadits mengenai Self Assesment dari Sikap Ingin Bunuh Diri

9 Januari 2024   10:09 Diperbarui: 11 Januari 2024   15:09 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  "Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu Sa'id al-Asyaj keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Waki' dari al-A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah bersabda, "Barang siapa membunuh dirinya dengan sepotong besi, maka dengan besi yang tergenggam di tangannya itulah dia akan menikam perutnya dalam Neraka Jahanam secara terus-terusan dan dia akan dikekalkan di dalam Neraka. Barangsiapa membunuh dirinya dengan meminum racun maka dia akan merasai racun itu dalam Neraka Jahanam secara terus-terusan dan dia akan dikekalkan di dalam Neraka tersebut untuk selama-lamanya. Begitu juga, barangsiapa membunuh dirinya dengan terjun dari puncak gunung, maka dia akan terjun ke dalam Neraka Jahanam secara terus-terusan untuk membunuh dirinya dan dia akan dikekalkan dalam Neraka tersebut untuk selama-lamanya." 

Selanjutnya, kajian hadits tersebut berdasar ulumul hadits mengenai periwayatannya, hadits ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim dan termuat dalam kitab hadisnya, yaitu shahih muslim, dan hadits ini termasuk dalam hadits kategori shahih. Merujuk pada hadits tersebut, penjelasan mengenai rijaalul hadits, dapat kita lihat bahwa sanad pertama adalah dari Abu Bakar bin Abu Syaibah dan dilanjutkan dengan yang selanjutnya, dan sampailah pada sanad terakhir yaitu Abu Hurairah. 

Sebenarnya, perlu diketahui bahwa sanad pertama merupakan rawi terakhir dari sebuah hadits, dan sebaliknya sanad terakhir adalah rawi pertama yang langsung merujuk atau disandarkan kepada Rasulullah SAW. 

Dalam hadits ini berarti sanad pertama sekaligus rawi terakhir dipegang oleh Abu Bakar bin Abu Syaibah sedangkan sanad terakhir sekaligus sebagai rawi pertama adalah Abu Hurairah. Kemudian, jika kita membedah matan dari hadits kedua ini, sebagaimana yang telah disebutkan, hadits kedua ini berisi atau memiliki matan yang sama dengan hadits pertama, namun dalam hadits kedua ini ada tambahan lafadz yang tidak ada di hadits pertama, yaitu dari penggalan " Begitu juga, barangsiapa membunuh dirinya dengan terjun dari puncak gunung, maka dia akan terjun ke dalam Neraka Jahanam secara terus-terusan untuk membunuh dirinya dan dia akan dikekalkan dalam Neraka tersebut untuk selama-lamanya." Penjelasan kedua hadits di atas menjelaskan kepada kita bahwa perilaku bunuh diri adalah suatu hal yang tidak dibenarkan dalam agama islam, bahkan dalam agama lain-pun tidak. Karena bagaimanapun bunuh diri termasuk perbuatan yang menyalahi takdir Sang Pencipta yang telah mengatur jalan hidup semua hamba-Nya. 

Terkadang, bunuh diri dijadikan alasan keputusasaan seseorang dalam menjalani hidupnya. Namun, jika seorang hamba yakin terhadap keberadaan Tuhannya beserta kuasaNya, pasti hal tersebut tidak akan pernah terbesit untuk dilakukan. Bahkan, Allah SWT. di dalam firman-Nya menjanjikan jalan keluar bagi setiap masalah dan itu adalah suatu hal yang pasti adanya. Selain itu, dalam pemikiran pelaku bunuh diri yang sempit, ia ingin menghindari dunia karena banyaknya masalah seperti yang telah diulas, namun Allah SWT. juga menjelaskan dalam Al-Qur'an surat Al-A'la: 17, yaitu: "Akhirat itu lebih baik dan lebih kekal." Akhirat adalah kehidupan yang sebenar-benarnya, dunia hanya jalan menuju akhirat. Penentuan bahagia di akhirat tergantung perbuatan yang dilakukan ketika di dunia hingga ajal datang, jika seseorang beramal baik dan akhir hayatnya baik, maka pasti di akhirat ia akan diberikan kebahagiaan yang kekal. Namun, sebaliknya jika seseorang memiliki amal yang kurang baik dan seperti kasus mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, maka balasan di akhirat akan sesuai dengan apa yang ia perbuat dan tentu akan ada dalam kesengsaraan akhirat yang kekal. Kemudian, perlu dijelaskan kembali sebagai pengingat bahwa bunuh diri bukan mengakhiri kehidupan, tapi memulai kehidupan. Kehidupan akhirat lebih kekal dibanding dunia, hal ini selaras dengan hadits nabi yang diriwayatkan oleh sahabat nabi, Utsman bin Affan; : : : "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Alam kubur adalah awal perjalanan akhirat, barang siapa yang berhasil di alam kubur, maka setelahnya lebih mudah. Barangsiapa yang tidak berhasil, maka setelahnya lebih berat' . Utsman Radhiallahu Anhu berkata, 'Aku tidak pernah memandang sesuatu yang lebih mengerikan dari kuburan'" (HR. Tirmidzi 2308, ia berkata: "hasan gharib", dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Futuhat Rabbaniyyah, 4/192) Hadits tersebut adalah hadits yang menerangkan tentang kehidupan akhirat itu berat jika amalan yang dilakukan di dunia tidak diperbanyak dengan yang baik, akhirat akan menjadi hal yang berat bagi seseorang yang tidak beramal baik. Akhirat adalah tempat menuai apa yang kita tanam di dunia. Hadits tersebut dalam satu sumber yang didapat tidak terdapat sanad yang disebutkan lengkap, karena kemungkinan tujuannya adalah fokus terhadap matannya. Namun, hadits ini adalah hadis yang langsung diriwayatkan oleh sahabat nabi dan ia mendengar langsung dari nabi yang berkata. Kemudian, hadits ini diangkat atau diriwayatkan imam attirmidzi dan ia menilai bahwa hadits ini adalah hadits gharib (asing), yang kemudian hadits ini statusnya dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Futuhat Rabbaniyyah, sehingga hadits ini termasuk kedalam hadits hasan. 


Dampak Perbuatan Bunuh Diri 

Dalam Islam, bunuh diri dianggap sebagai dosa yang serius dan dilarang. Beberapa hadits yang merujuk kepada dampak bunuh diri termasuk Dosa Besar. Dalam hadits, Rasulullah Muhammad SAW mengatakan, "Barangsiapa yang meminum racun dan membunuh dirinya sendiri, maka ia akan minum racun di neraka selamanya dan akan membunuh dirinya sendiri di neraka selamanya." (Sahih al-Bukhari). Hal ini menunjukkan bahwa bunuh diri dianggap sebagai dosa besar dalam Islam. 

Kemudian, melakukan bunuh diri akan mengilangnkan kesempatan untuk bertaubat. Karena dalam Islam, Allah Maha Pengampun, dan individu diberikan kesempatan untuk bertaubat atas dosa-dosa mereka. Namun, dengan bunuh diri, seseorang kehilangan kesempatan ini, karena ia tidak lagi hidup di dunia ini. Apabila pribadi menelateni khayalan Islam bahwa akhir hayat bukanlah penutup pengelanaan menyendirikan pusat pengelanaan tanpa penutup dan batas, cerita berikhtiar akan memaklumi bahwasanya matikan jasad serupa sekali tidak akan efektif pribadi mengurus hal yang dihadapinya. Disamping Itu, tiada satupun, terhitung berbagai kelesuan hidup, yang bermakna di mayapada ini yang mengalahkan takrif semangat yang direnggutnya tambah matikan jasad. Dengan mematikan jasad, seseorang akan merasakan hukuman tiga kali, yaitu hukuman di mayapada yang mendorongnya berbuat sebagai itu, hukuman meneliti kematiannya, dan hukuman yang kekal di alam baka nanti. 

Penderitaan di mayapada sebagai mengalami depresi yang mendalam, putus asa, tidak mempunyai pemicu dan vitalitas hidup, dan sebagainya membuatnya tidak upas mengarungi indahnya kehidupan.Selain merasakan hukuman giliran hidup, pemain drama matikan jasad juga akan mengalami hukuman yang tidak kalah pedihnya sebelum mati atau giliran ruh berpisah tambah jasadnya (sakart almair). 

Dalam keadaan mati mendadak, sebagai matikan jasad, sakart al-mair itu hanya terjadi beberapa saat tambah singkat, yang mengalaminya akan memperlakukan sangat sakit karena akhir hayat yang dihadapinya giliran itu diibaratkan oleh Nabi saw. sebagai "petarung yang berpusat bagian dalam kapas, dan kelak dicabut tambah keras." Banyak penafsir yang ayat merujuk ) Demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa tambah keras) sebagai kode akhir hayat secara mendadak (M. Quraish Shihab, 2013: 102). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun