Di sisi lain, kebijakan ini juga menimbulkan kekhawatiran terkait kemungkinan terjadinya kesenjangan akses dan kualitas pendidikan. Terutama, perhatian tertuju pada daerah pedesaan atau siswa dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu.
Implementasi pelajaran bahasa Inggris di tingkat sekolah dasar mungkin akan lebih sulit dilaksanakan di daerah-daerah terpencil atau kurang berkembang, karena keterbatasan infrastruktur dan sumber daya manusia.
Hal ini berpotensi memperdalam kesenjangan pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa siswa dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu mungkin tidak memiliki akses yang sama terhadap sumber daya pendidikan tambahan dalam bahasa Inggris, seperti buku-buku referensi atau kursus online berbayar.
Ini dapat menghasilkan ketidaksetaraan dalam pembelajaran dan menciptakan kesenjangan yang lebih besar dalam kesempatan pendidikan. Oleh karena itu, perlu adanya strategi khusus untuk memastikan bahwa kebijakan ini tidak meninggalkan siswa yang rentan di belakang.
Kebijakan mungkin beban bagi siswa dan guru, abaikan bahasa lokal dan identitas nasional
Namun, tidak sedikit kritikus yang menyuarakan keberatan terhadap kebijakan ini. Mereka berpendapat bahwa memperkenalkan pelajaran bahasa Inggris di tingkat sekolah dasar dapat memberatkan siswa dan guru.
Proses pembelajaran bahasa Inggris memerlukan waktu dan usaha yang cukup intensif, terutama bagi siswa yang belum terbiasa dengan bahasa tersebut.
Selain itu, guru juga mungkin memerlukan pelatihan tambahan untuk mengajar bahasa Inggris dengan efektif. Hal ini dapat menimbulkan beban tambahan bagi siswa dan guru, terutama di tengah tuntutan kurikulum yang sudah padat.
Lebih jauh lagi, ada kekhawatiran bahwa kebijakan ini dapat mengabaikan pentingnya bahasa-bahasa lokal dalam mempertahankan warisan budaya dan identitas nasional. Bahasa-bahasa lokal memegang peran penting dalam memperkaya keanekaragaman budaya Indonesia.
Dengan memprioritaskan bahasa Inggris, ada risiko bahwa bahasa-bahasa lokal akan terpinggirkan dan terancam punah. Ini dapat mengakibatkan hilangnya kekayaan budaya dan identitas nasional yang unik.
Oleh karena itu, beberapa kritikus menegaskan perlunya memperhatikan keberagaman bahasa di Indonesia dan memastikan bahwa kebijakan pendidikan tidak merugikan bahasa-bahasa lokal yang merupakan bagian integral dari identitas bangsa.
Menjaga Keseimbangan: Memperkuat Bahasa dan Budaya Lokal dalam Kurikulum Pendidikan
Walaupun diakui bahwa bahasa Inggris memiliki peran penting dalam akses global dan komunikasi internasional, namun penting juga untuk memastikan bahwa kebijakan ini tidak mengesampingkan nilai dan pentingnya bahasa dan budaya lokal dalam kurikulum pendidikan.