Mari kita mulai dengan satu pertanyaan: apakah kita merasa bahwa memperkenalkan pelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar menjadi sesuatu yang perlu diperdebatkan?
Ini bukanlah pertanyaan sederhana, tetapi telah menjadi bahan perbincangan yang ramai dalam ruang pendidikan. Kebijakan baru ini telah menimbulkan beragam pendapat di antara masyarakat. Mari kita selami lebih lanjut mengenai alasan di balik kontroversi ini serta dampak yang mungkin timbul.
Kurikulum Merdeka melalui Permendikbud Ristek Nomor 12/2024 mengatur bahwa mata pelajaran bahasa Inggris akan menjadi mata pelajaran wajib mulai kelas 3 Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), atau satuan pendidikan lain yang sederajat.
Dalam Permendikbud tersebut dijelaskan, per 26 Maret 2024, mata pelajaran Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran pilihan yang dapat diselenggarakan berdasarkan kesiapan sekolah sampai tahun ajaran 2026/2027.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbud Ristek, Anindito Aditomo mengonfirmasi bahwa pewajiban bahasa Inggris di SD, MI, atau satuan pendidikan sederajat akan berlaku mulai tahun ajaran 2027/2028. Jadi pemda dan sekolah punya waktu untuk melakukan berbagai persiapan. (Kompas.com, 25/4/2024).
Seiring dengan berlakunya Permendikbud Ristek ini, warganet pun merespons secara aktif, memunculkan berbagai macam pandangan dan opini yang bertentangan. Fenomena ini segera menjadi sorotan utama di berbagai platform media sosial, menjadi bahan perbincangan hangat di antara para netizen. Alasan di balik kontroversi ini sangatlah beragam dan menarik untuk dianalisis lebih lanjut.
Meskipun dukungan terhadap langkah pemerintah untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris di kalangan siswa sangatlah penting, namun kebijakan baru ini menimbulkan sejumlah pertanyaan yang perlu dipertimbangkan secara serius.
Implementasi kebijakan ini serta dampaknya terhadap kurikulum dan kesetaraan pendidikan menjadi sorotan utama yang harus diperhatikan dengan seksama. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mempertimbangkan secara cermat bagaimana kebijakan ini dapat dijalankan tanpa mengorbankan keadilan dan kualitas pendidikan.
Memperluas akses pendidikan global
Argumen pertama yang dapat dipertimbangkan adalah potensi kebijakan ini untuk membuka akses siswa terhadap sumber daya pendidikan global. Dengan memperkenalkan bahasa Inggris di tingkat sekolah dasar, para siswa akan memiliki kesempatan yang lebih luas untuk belajar dari berbagai sumber yang tersedia secara global.
Ini termasuk bukan hanya buku dan materi pembelajaran dalam bahasa Inggris, tetapi juga sumber daya pendidikan online, webinar, dan kursus dari berbagai institusi pendidikan di seluruh dunia. Dengan demikian, kebijakan ini memiliki potensi untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih beragam dan menyeluruh bagi para siswa, mempersiapkan mereka untuk bersaing dalam lingkungan global yang semakin kompleks.