Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kisah Inspiratif Marbut Hendra

7 April 2024   12:58 Diperbarui: 7 April 2024   13:17 1164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hendra, sebagai marbut dan petani yang gigih, menunjukkan pengorbanan yang mendalam untuk mengabdi pada Tuhan dan komunitasnya, memperkuat pentingnya penghargaan terhadap peran vital marbut dalam menjaga spiritualitas, kebersihan masjid, dan kesejahteraan komunitas.

Pukul lima pagi, langit masih malam pekat, namun di Kampung Uning Niken, Aceh Tengah, seorang pria bernama Hendra telah bangun dari tidurnya. Langkahnya ringan, seperti yang dilakukan setiap pagi, menuju masjid terdekat. Namun, kehadiran Hendra tidak hanya karena kewajiban agama, tetapi karena panggilan hatinya yang mendalam untuk merawat rumah suci tersebut. (tribunnews.com, 31/03/2024)

Hendra, seorang marbut setia dari Masjid Al-Wathan, telah menjadi pemandangan biasa di kampung kecil ini. Namun, di balik kisah sederhananya, terdapat satu perjuangan yang jarang terungkap.

Sejak hampir dua tahun lalu, Hendra memilih meninggalkan istri dan anaknya yang masih kecil di Jawa Timur. Hendra mengetahui bahwa panggilan untuk kembali ke kampung halaman adalah tak terhindarkan. Kembali ke Aceh Tengah, Hendra bertekad menjadi marbut, pekerjaan yang tak hanya memberinya nafkah, tetapi juga memberinya ruang untuk mengabdi kepada Tuhan dan masyarakatnya. Inilah kisah kecil seorang pria sederhana yang membawa kita pada pertanyaan yang lebih besar.

Berapa banyak lagi seperti Hendra di Indonesia? Berapa banyak marbut masjid yang dengan setia menjaga rumah suci, sementara menghadapi perjuangan pribadi yang jarang terungkap?

Konteks dan latar belakang

Hendra bukanlah sosok biasa. Setiap hari, sebelum matahari terbit, ia sudah berada di masjid untuk membersihkan dan merawatnya. Namun, pekerjaan Hendra tidak berhenti di situ. Di sela-sela tanggung jawabnya sebagai marbut, Hendra juga mengelola kebun miliknya sendiri. Dengan tekun, ia menanam berbagai jenis palawija, memberikan hasil panen yang bermanfaat bagi keluarganya dan juga komunitas sekitar.

Peran seorang marbut seperti Hendra tidak bisa diabaikan. Mereka adalah penjaga kebersihan dan keamanan masjid, serta menjadi sosok yang mewakili nilai-nilai keagamaan di tengah masyarakat. Tanpa mereka, masjid tidak akan dapat berfungsi dengan baik, dan kehidupan keagamaan serta sosial di kampung akan terganggu.

Dengan setiap sapuan sapu dan setiap biji tanaman yang ditanamnya, Hendra bukan hanya menjaga rumah suci, tetapi juga memberikan kontribusi positif yang besar pada komunitasnya. Keberadaannya sebagai marbut dan petani yang gigih tidak hanya memberikan nafkah bagi keluarganya, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang di sekitarnya.

Dalam momen penuh berkah seperti ini, peran marbut masjid, seperti Hendra dari Masjid Al-Wathan, Kampung Uning Niken, Aceh Tengah, seharusnya dilihat sebagai pemenang sejati. Mereka adalah pilar penting dalam menjaga kebersihan dan kelancaran ibadah di masjid, serta memberikan kontribusi yang besar pada kehidupan komunitas. Oleh karena itu, mereka layak untuk dihargai secara lebih besar atas dedikasi dan pengabdiannya yang tanpa pamrih.

Dalam konteks aktual, tantangan yang dihadapi oleh marbut masjid seperti Hendra semakin kompleks. Meskipun mereka menjalankan tugas mereka dengan penuh dedikasi, keterbatasan finansial seringkali menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa sebagian besar marbot masjid bekerja secara sukarela atau dengan upah yang tidak sebanding dengan kerja keras dan tanggung jawab yang mereka lakukan, membuat situasinya semakin menantang.

Di samping itu, ketidakpastian ekonomi, marbut masjid juga dihadapkan pada penurunan pendapatan dari sumbangan masyarakat. Ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mereka dan kelangsungan hidup keluarga. Meskipun demikian, semangat dan ketekunan mereka dalam menjalankan tugas spiritual dan sosial mereka tetap teguh, memberikan kontribusi yang tak ternilai pada kehidupan komunitas.

Dalam momen berkah seperti ini, penting bagi kita untuk mengakui tantangan yang dihadapi oleh marbut masjid dan memberikan dukungan yang layak kepada mereka, baik secara finansial maupun moral.

Peran vital Hendra sebagai marbut dan petani

Hendra bukan hanya seorang marbut biasa. Bagi masyarakat Kampung Uning Niken, ia adalah pilar kepercayaan dan keandalan di Masjid Al-Wathan. Setiap hari, sebelum matahari terbit, Hendra telah hadir di masjid untuk memastikan segala sesuatu berjalan dengan lancar. Mulai dari membersihkan ruang shalat hingga menyalakan lampu, tugas-tugasnya sebagai marbut tidak pernah terlewati. Namun, peran Hendra tidak berhenti di situ.

Selain sebagai marbut, Hendra juga merupakan seorang petani yang tekun. Di kebunnya sendiri, ia menanam berbagai jenis tanaman yang memberikan hasil panen yang berguna bagi keluarganya. Melalui keterampilan bertani ini, Hendra tidak hanya menyediakan kebutuhan hidupnya, tetapi juga menyumbang pada kebutuhan komunitasnya.

Kehidupan saya di masjid dan di kebun memberi saya kebahagiaan yang tak tergantikan. Saya merasa terhubung dengan Tuhan dan masyarakat saya melalui pekerjaan ini. (Hendra)

Implikasi dari peran Hendra sebagai marbut dan petani sangatlah besar. Tidak hanya menjaga kebersihan dan ketertiban masjid, tetapi juga memberikan sumber penghidupan bagi dirinya dan keluarganya. Kehadirannya di masjid tidak hanya penting untuk menjaga keberlangsungan ibadah, tetapi juga menjadi inspirasi bagi komunitasnya untuk tetap kuat dalam spiritualitas dan kebersamaan. Hendra dan marbut lainnya seperti dirinya adalah fondasi spiritual dan sosial dari komunitas mereka, yang memastikan kelangsungan dan kesejahteraan bersama.

Hendra memisahkan diri dari keluarga demi mencari nafkah

Keteguhan hati dan pengorbanan yang ditunjukkan oleh Hendra dalam memisahkan diri dari keluarganya di Jawa Timur adalah bukti nyata dari dedikasinya untuk menjalankan tugasnya sebagai marbut dan petani di Kampung Uning Niken, Aceh Tengah. Meskipun terpisah jarak yang jauh dan terbatasnya kesempatan untuk bertemu dengan istri dan anaknya, Hendra tetap bertahan dengan tegar.

Keputusan Hendra untuk berpisah dari keluarganya dan kembali ke kampung halamannya bukanlah keputusan yang mudah. Namun, dia menyadari bahwa panggilan untuk mengabdi kepada masyarakat dan menjaga masjid adalah sesuatu yang tidak bisa dia abaikan. Dengan hati yang berat, Hendra memilih untuk memisahkan diri dari keluarganya demi mencari nafkah dan memberikan kontribusi bagi komunitasnya.

Kegigihan dan ketekunan Hendra dalam menghadapi kesulitan telah memberikan inspirasi dan contoh yang kuat bagi orang lain di sekitarnya. Melalui dedikasinya yang tanpa pamrih, Hendra telah menunjukkan bahwa dengan keuletan dan kerja keras, kita bisa menghadapi tantangan apapun yang datang dalam hidup kita. Kisah perjuangannya menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang di kampungnya, mendorong mereka untuk tetap optimis dan tegar dalam menghadapi kesulitan.

Dengan sikapnya yang teguh dan semangatnya yang tak kenal lelah, Hendra telah menjadi teladan bagi komunitasnya. Dia mengajarkan kepada kita semua tentang pentingnya ketabahan, pengorbanan, dan dedikasi dalam menjalani kehidupan, serta bagaimana kegigihan kita dapat memberikan dampak positif yang besar bagi orang lain di sekitar kita.

Kesejahteraan marbut masjid secara umum, berdasarkan pengalaman Hendra

Meskipun Hendra menunjukkan keteguhan hati dan dedikasi yang luar biasa dalam menjalankan perannya sebagai marbut dan petani, kesejahteraan finansialnya tidaklah setara dengan kerja keras yang telah ia lakukan. Pengalaman Hendra mungkin mencerminkan kenyataan yang dihadapi oleh banyak marbut masjid lainnya di seluruh Indonesia.

Marbut masjid seringkali tidak dihargai sebagaimana seharusnya, baik secara finansial maupun non-finansial. Meskipun mereka berperan penting dalam menjaga kebersihan dan kelancaran ibadah di masjid, upah yang diterima oleh sebagian besar marbot masih tergolong rendah atau bahkan tidak ada. Keterbatasan finansial ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mereka dan keluarga mereka.

Selain itu, kurangnya penghargaan terhadap peran marbut masjid juga dapat berdampak pada motivasi dan semangat mereka dalam menjalankan tugas mereka. Rasa tidak dihargai atau diremehkan dapat membuat marbut kehilangan gairah dalam melakukan pekerjaan mereka, yang pada gilirannya dapat memengaruhi kualitas pelayanan yang mereka berikan kepada masyarakat.

Dampak negatif dari kurangnya penghargaan terhadap marbot masjid juga dapat dirasakan oleh komunitas secara keseluruhan. Masjid yang tidak terawat dengan baik atau kurang mendapat perhatian dari marbot yang kurang termotivasi dapat memengaruhi kehidupan spiritual dan sosial di komunitas tersebut.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menghargai dan mengakui peran vital yang dimainkan oleh marbut masjid dalam kehidupan sehari-hari. Memberikan dukungan finansial yang layak, apresiasi, dan pengakuan atas upaya mereka dalam menjaga masjid dan komunitas dapat membantu meningkatkan kesejahteraan mereka dan menjaga keberlangsungan spiritualitas dalam masyarakat.

Beberapa orang mungkin meremehkan peran marbut masjid atau menilai pekerjaan mereka sebagai sekunder. Mereka mungkin melihat pekerjaan sebagai marbut sebagai pekerjaan yang rendah statusnya, kurang bergengsi, atau bahkan tidak penting dalam skema keseluruhan masyarakat.

Namun, pandangan ini jelas tidak memperhitungkan pentingnya peran marbot masjid dalam menjaga kebersihan, keamanan, dan ketertiban di masjid. Marbut masjid seperti Hendra adalah tulang punggung dalam menjaga kebersihan dan kelancaran ibadah di masjid. Tanpa mereka, masjid bisa menjadi kotor, tidak terawat, dan bahkan tidak layak digunakan untuk ibadah.

Selain itu, peran marbut masjid juga memiliki dampak positif yang luas pada komunitas. Mereka memainkan peran penting dalam memelihara kerukunan dan kebersamaan di antara jamaah masjid, serta menjadi contoh teladan dalam dedikasi dan pengabdian pada kegiatan keagamaan. Kehadiran mereka memberikan rasa nyaman dan kepercayaan kepada jamaah, sehingga mereka dapat fokus pada ibadah mereka tanpa khawatir tentang kondisi masjid.

Jadi, sementara beberapa orang mungkin meremehkan peran marbut masjid, penting untuk diakui bahwa mereka adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masjid dan komunitas. Memberikan penghargaan yang pantas dan mengakui pentingnya peran mereka adalah langkah penting untuk menjaga kesejahteraan dan keberlangsungan spiritualitas dalam masyarakat.

Pandangan yang meremehkan peran marbut masjid sangatlah tidak tepat dan tidak adil. Marbut masjid seperti Hendra adalah pilar penting dalam menjaga kebersihan, ketertiban, dan keamanan di masjid. Mereka bukan hanya sekadar "pembersih" atau "penjaga", tetapi mereka adalah garda terdepan dalam menjaga spiritualitas dan keberlangsungan ibadah dalam komunitas.

Tanggapan yang kuat terhadap pandangan tersebut adalah dengan mengakui keunggulan dan pentingnya peran marbot masjid. Mereka adalah orang-orang yang berkorban secara sukarela atau dengan upah yang minim, namun memberikan kontribusi yang tak ternilai bagi kehidupan komunitas. Keberadaan mereka memastikan bahwa masjid tetap menjadi tempat ibadah yang layak dan nyaman bagi jamaah, serta menjadi sumber inspirasi dalam menjaga kerukunan sosial dan kebersamaan.

Jadi, mari kita tegaskan kembali keunggulan dan pentingnya peran marbut masjid. Mereka layak dihargai, diakui, dan didukung oleh seluruh komunitas. Tanpa mereka, kehidupan spiritual dan sosial di masjid dan komunitas akan terganggu. Oleh karena itu, mari kita berikan penghargaan yang pantas kepada mereka dan bersatu dalam mendukung mereka dalam menjalankan tugas mulia mereka.

Peran dan kesejahteraan marbut masjid, terutama berdasarkan kisah Hendra

Dalam mengulas kembali argumen-argumen utama tentang peran dan kesejahteraan marbut masjid, terutama berdasarkan kisah Hendra, kita dapat melihat bahwa peran mereka sangatlah vital dalam kehidupan komunitas dan keberlangsungan ibadah di masjid. Hendra, sebagai contoh nyata dari seorang marbut dan petani yang gigih, telah menunjukkan dengan jelas betapa pentingnya peran mereka dalam menjaga kebersihan, ketertiban, dan spiritualitas di masjid.

Pertama, peran Hendra sebagai marbut dan petani tidak hanya memastikan kebersihan dan kelancaran ibadah di masjid, tetapi juga memberikan kontribusi positif pada kehidupan komunitasnya. Dengan keteguhan hati dan dedikasinya, Hendra telah menjadi teladan bagi banyak orang di sekitarnya, menginspirasi mereka untuk tetap kuat dalam menghadapi kesulitan.

Kedua, kesejahteraan finansial marbut masjid seperti Hendra seringkali tidak sebanding dengan kerja keras dan pengorbanan yang mereka lakukan. Ini menunjukkan perlunya pengakuan dan dukungan yang lebih besar dari masyarakat untuk meningkatkan kondisi mereka.

Namun, meskipun menghadapi tantangan yang serius, peran marbut masjid tetaplah penting dan tak tergantikan dalam menjaga spiritualitas dan kesejahteraan komunitas. Kisah Hendra adalah bukti nyata akan dedikasi dan pengabdian yang tak ternilai dari marbut masjid, yang memperkuat kebersamaan dan ketahanan komunitas dalam menghadapi berbagai tantangan.

Implikasi dari kurangnya penghargaan terhadap peran marbut masjid

Kurangnya penghargaan terhadap peran marbut masjid memiliki implikasi yang serius pada keberlangsungan masjid dan kesejahteraan komunitas secara keseluruhan. Pertama-tama, jika marbot tidak dihargai dan didukung dengan baik, kemungkinan besar mereka akan kehilangan motivasi dan semangat dalam menjalankan tugas mereka. Dampaknya adalah berkurangnya kualitas pelayanan di masjid, seperti menurunnya kebersihan dan ketertiban, yang pada gilirannya dapat mengganggu ibadah dan kenyamanan jamaah.

Selain itu, kurangnya penghargaan terhadap marbot masjid dapat mengakibatkan kesulitan finansial bagi mereka. Jika upah yang mereka terima tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, mereka mungkin terpaksa mencari pekerjaan tambahan atau bahkan meninggalkan pekerjaan sebagai marbot. Ini akan berdampak negatif pada keberlangsungan masjid, karena kebutuhan akan penjagaan dan pemeliharaan masjid tidak dapat dipenuhi dengan baik.

Selanjutnya, kurangnya penghargaan terhadap peran marbut masjid juga dapat mengakibatkan keretakan dalam kehidupan sosial dan keagamaan komunitas. Marbot adalah tokoh kunci dalam menjaga kerukunan dan kebersamaan di antara jamaah masjid. Jika mereka merasa diabaikan atau diremehkan, hal ini dapat mengurangi solidaritas dan rasa persatuan dalam komunitas tersebut.

Dengan demikian, penting bagi masyarakat untuk mengakui dan menghargai peran vital yang dimainkan oleh marbot masjid dalam kehidupan sehari-hari. Memberikan penghargaan yang pantas, dukungan finansial yang memadai, dan mengakui kontribusi mereka dapat membantu memastikan keberlangsungan masjid dan kesejahteraan komunitas.

Signifikansi dari kisah Hendra dan hubungannya dengan isu-isu sosial dan ekonomi

Kisah Hendra sebagai seorang marbot masjid dan petani memiliki signifikansi yang mendalam dan keterkaitan yang kuat dengan isu-isu sosial dan ekonomi yang lebih luas di masyarakat. Pertama-tama, kisah Hendra menggarisbawahi pentingnya penghargaan dan pengakuan terhadap pekerjaan yang seringkali dianggap remeh, seperti menjadi seorang marbut masjid. Ini mengangkat isu ketidaksetaraan dalam penghargaan terhadap berbagai jenis pekerjaan, serta perlunya mengubah paradigma masyarakat tentang nilai kerja dan pengabdian.

Selanjutnya, kisah Hendra juga menggambarkan tantangan ekonomi yang dihadapi oleh banyak individu di pedesaan, terutama para petani. Hendra harus bekerja keras sebagai seorang petani untuk mencari nafkah tambahan, sementara juga menjalankan tanggung jawabnya sebagai marbut masjid. Hal ini menyoroti pentingnya dukungan dan bantuan untuk sektor pertanian, serta perlunya upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani di pedesaan.

Keterkaitan kisah Hendra dengan isu-isu sosial dan ekonomi yang lebih luas juga mencakup tema keluarga dan pemisahan yang diakibatkan oleh migrasi ekonomi. Keputusan Hendra untuk meninggalkan istri dan anaknya di Jawa Timur demi mencari nafkah di Aceh Tengah menyoroti realitas pahit dari pemisahan keluarga akibat tekanan ekonomi. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kesejahteraan keluarga, kebutuhan akan kebijakan sosial yang mendukung keluarga yang terpisah, dan perlunya upaya untuk menciptakan kesempatan kerja yang layak di daerah asal mereka.

Dengan demikian, kisah Hendra tidak hanya menceritakan pengalaman pribadinya, tetapi juga menggambarkan gambaran yang lebih luas tentang realitas sosial dan ekonomi di masyarakat. Hal ini mengajak kita untuk merenungkan dan bertindak atas isu-isu yang berkaitan dengan ketidaksetaraan, kesejahteraan petani, dan pemisahan keluarga akibat migrasi ekonomi.

Kesimpulan

Dalam rangkuman singkat ini, kita kembali mengingatkan pentingnya menghargai peran marbot masjid, seperti yang tercermin dalam kisah Hendra. Hendra adalah contoh nyata dari seorang marbut yang gigih dan petani yang berdedikasi, yang menunjukkan betapa vitalnya peran mereka dalam menjaga kebersihan masjid, menyediakan kebutuhan keluarga, dan memberikan kontribusi positif pada komunitasnya.

Argumen-argumen yang telah kita bahas menggarisbawahi bahwa marbut masjid tidak hanya sekadar "pembersih" atau "penjaga", tetapi mereka adalah tulang punggung dalam menjaga spiritualitas dan keberlangsungan ibadah di masjid. Mereka berperan penting dalam menjaga kerukunan sosial dan kebersamaan dalam komunitas.

Pentingnya menghargai peran marbut masjid, seperti yang dilihat dari kisah Hendra, adalah untuk memastikan keberlangsungan masjid dan kesejahteraan komunitas secara keseluruhan. Dengan memberikan penghargaan yang pantas, dukungan finansial yang memadai, dan mengakui kontribusi mereka, kita dapat memastikan bahwa masjid tetap menjadi pusat spiritual dan sosial yang kuat, dan komunitas tetap bersatu dan berkegiatan.

Dengan demikian, mari kita bersama-sama menghargai dan mendukung marbut masjid, seperti Hendra, yang menjalankan tugas mereka dengan penuh dedikasi dan pengabdian, demi kebaikan bersama.

Dengan tegas, kita harus kembali menguatkan posisi bahwa marbut masjid, seperti Hendra, layak untuk dihargai dan diperhatikan lebih besar dalam masyarakat. Mereka adalah pemenang sejati dalam momen penuh berkah ini, yang dengan kesetiaan dan dedikasi mereka menjaga kebersihan masjid dan memberikan kontribusi besar pada kehidupan komunitas. Penghargaan dan perhatian yang lebih besar terhadap mereka adalah suatu keharusan, mengingat peran vital yang mereka mainkan dalam menjaga spiritualitas dan kesejahteraan komunitas secara keseluruhan. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama mengangkat martabat marbut masjid dan memberikan pengakuan yang layak atas upaya mereka yang tak ternilai dalam menjalankan tugas mulia mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun