Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menuju Masa Depan Kebudayaan: Urgensi Pembentukan Kementerian Kebudayaan di Indonesia

23 Maret 2024   20:01 Diperbarui: 23 Maret 2024   20:18 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tarian tradisional (Pexels.com/Jeffry Surianto)

Kebudayaan adalah cermin dari identitas suatu bangsa, mencerminkan kekayaan warisan dan ekspresi kolektif masyarakatnya. Namun, dalam era dinamika global dan perkembangan teknologi yang pesat, tantangan dalam mengelola dan memajukan kebudayaan menjadi semakin kompleks. 

Di tengah arus globalisasi, peran pemerintah dalam memperhatikan dan mengelola kebudayaan menjadi semakin penting.

Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk melindungi, melestarikan, dan mempromosikan kebudayaan sebagai aset berharga yang dimiliki oleh negara dan masyarakatnya. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kritik terhadap peran pemerintah dalam hal ini semakin meningkat. 

Banyak tokoh kebudayaan dan masyarakat merasa bahwa kebudayaan tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari pemerintah, baik dalam hal pelestarian maupun pengembangan.

Pernyataan ini mendorong adanya upaya untuk mencari solusi yang lebih efektif dalam mengelola kebudayaan. Salah satu solusi yang diusulkan adalah pembentukan Kementerian Kebudayaan yang memiliki fokus khusus dalam mengurusi segala hal yang berkaitan dengan kebudayaan. 

Pembentukan Kementerian Kebudayaan diharapkan dapat menjadi langkah konkret dalam menanggapi isu-isu yang dihadapi dalam pengelolaan kebudayaan, serta meningkatkan peran pemerintah dalam memajukan kehidupan budaya masyarakat. 

Dengan demikian, catatan ini menggarisbawahi urgensi dan relevansi pembentukan Kementerian Kebudayaan sebagai solusi atas isu-isu yang dihadapi dalam pengelolaan kebudayaan di Indonesia.

Kritik terhadap Peran Pemerintah dalam Kebudayaan

Sorotan terhadap kurangnya peran pemerintah dalam memperhatikan dan mengelola kebudayaan semakin memuncak. Banyak kalangan, termasuk tokoh kebudayaan, maestro, pelaku film, dan masyarakat umum, merasa bahwa kebudayaan tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari pemerintah. 

Fenomena ini tercermin dalam ketidakseimbangan antara sumber daya yang dialokasikan untuk sektor kebudayaan dibandingkan dengan sektor-sektor lain yang dianggap lebih "penting" atau "mendesak" dalam skala prioritas pemerintah.

Kurangnya perhatian ini tercermin dalam minimnya dana yang dialokasikan untuk program-program kebudayaan, keterlambatan dalam penyusunan kebijakan yang berkelanjutan untuk pelestarian warisan budaya, serta kurangnya dukungan untuk kegiatan seni dan budaya di tingkat lokal maupun nasional. Fenomena ini menjadi bukti bahwa kebudayaan masih dianggap sebagai aspek yang kurang mendesak dalam agenda pembangunan pemerintah.

Namun, kesadaran akan pentingnya peran pemerintah dalam memastikan pelestarian dan pengembangan kebudayaan semakin meningkat. Terdapat pemahaman yang berkembang bahwa kebudayaan bukanlah sekadar hiburan atau penampilan semata, tetapi juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari identitas dan kekayaan sebuah bangsa. 

Kesadaran akan pentingnya menjaga warisan budaya dan memajukan kehidupan budaya masyarakat menjadi semakin kuat di kalangan para pemangku kepentingan, termasuk politisi seperti Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf. (Kompas.com, 22/03/2024)

Dengan demikian, kritik terhadap kurangnya peran pemerintah dalam kebudayaan bukanlah semata kecaman, tetapi juga merupakan panggilan untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen pemerintah dalam menjaga dan mengembangkan kekayaan budaya bangsa. 

Hal ini menegaskan urgensi pembentukan Kementerian Kebudayaan dan peran yang lebih aktif dari pemerintah dalam memajukan kebudayaan sebagai aset nasional yang tak ternilai.

Definisi Kebudayaan yang Luas

Pentingnya memahami kebudayaan dalam konteks yang lebih luas, bukan hanya sebagai hiburan atau penampilan semata, menjadi semakin ditekankan oleh para pemangku kepentingan kebudayaan.

Sudah saatnya kita melampaui pandangan konvensional tentang kebudayaan yang hanya terbatas pada aspek-aspek visual atau pertunjukan, dan memahami kebudayaan sebagai sesuatu yang jauh lebih mendalam dan kompleks.

Kebudayaan bukanlah sekadar seni yang dipamerkan di galeri atau pertunjukan yang disaksikan di panggung, tetapi juga merupakan cermin dari pola pikir dan gagasan masyarakat. 

Setiap elemen kebudayaan, mulai dari bahasa, tradisi, ritual, hingga nilai-nilai yang dianut oleh suatu komunitas, membentuk identitas kolektif dan cara pandang yang unik terhadap dunia. Dalam hal ini, kebudayaan menjadi sarana untuk menyampaikan pesan, menginspirasi perubahan, dan merespons tantangan-tantangan zaman.

Menyadari keberagaman dan kompleksitas kebudayaan sebagai bagian dari pola pikir dan gagasan masyarakat membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. 

Hal ini juga mendorong kita untuk menghargai warisan budaya yang telah ada sejak zaman dahulu kala dan memperkaya kehidupan budaya kita dengan inovasi dan kreativitas baru.

Dengan memahami kebudayaan dalam konteks yang lebih luas, kita dapat menghargai kekayaan budaya yang dimiliki oleh suatu bangsa dan menggunakannya sebagai sarana untuk memperkuat identitas, mempererat hubungan antarindividu, serta mempromosikan toleransi dan pemahaman lintas budaya. 

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus mengembangkan kesadaran akan pentingnya kebudayaan sebagai bagian integral dari kehidupan manusia.

Fokus Pendidikan terhadap Kebudayaan

Kritik terhadap pendidikan yang hanya fokus pada pelestarian kebudayaan mencerminkan kebutuhan akan perubahan dalam pendekatan pengajaran dan pembelajaran. 

Saat ini, banyak sistem pendidikan cenderung memusatkan perhatian mereka pada aspek pelestarian warisan budaya, tanpa memberikan cukup ruang untuk pemahaman yang mendalam tentang keberagaman dan kompleksitas kebudayaan.

Pentingnya memperkenalkan pendekatan holistik dalam kurikulum pendidikan menjadi semakin jelas. Kurikulum yang mencakup pemahaman budaya, seni, sejarah, dan identitas nasional akan memberikan siswa pemahaman yang lebih menyeluruh tentang kebudayaan mereka dan dunia di sekitar mereka. 

Dengan mempelajari kebudayaan dalam konteks yang lebih luas, siswa dapat mengembangkan apresiasi yang lebih dalam terhadap nilai-nilai budaya, tradisi, dan praktik yang membentuk masyarakat mereka.

Selain itu, pendekatan holistik dalam pendidikan juga akan membantu memperkuat rasa identitas nasional dan kebanggaan akan warisan budaya. Siswa akan lebih memahami sejarah dan nilai-nilai yang membentuk bangsa mereka, serta merasa terlibat dalam proses pelestarian dan pengembangan kebudayaan.

Dengan demikian, perlunya pendekatan holistik dalam kurikulum pendidikan menjadi semakin mendesak. Kurikulum yang mencakup pemahaman budaya, seni, sejarah, dan identitas nasional akan membantu menciptakan generasi yang lebih terampil, terdidik, dan terhubung dengan kebudayaan mereka sendiri serta kebudayaan dunia secara lebih luas. 

Hal ini akan memperkaya pengalaman pendidikan siswa dan membantu mereka menjadi warga negara yang lebih berdaya untuk masa depan yang multikultural.

Dukungan terhadap Pembentukan Kementerian Kebudayaan

Dukungan yang diberikan oleh Dede Yusuf dan sejumlah partai di DPR terhadap pembentukan Kementerian Kebudayaan menandakan pengakuan akan pentingnya memiliki lembaga yang secara khusus fokus pada pengelolaan, pelestarian, dan pengembangan kebudayaan di Indonesia.

Dede Yusuf, sebagai seorang politisi yang aktif dalam bidang kebudayaan, telah secara terbuka menyuarakan kebutuhan akan pembentukan Kementerian Kebudayaan. 

Pengalaman dan wawasannya dalam industri film dan kebudayaan membuatnya sadar akan tantangan dan peluang yang dihadapi dalam upaya melestarikan dan memajukan kekayaan budaya Indonesia. Dukungan dari tokoh semacam Dede Yusuf memberikan legitimasi pada usulan tersebut di mata masyarakat dan rekan-rekan sejawatnya.

Selain itu, dukungan dari sejumlah partai di DPR juga memperkuat narasi akan pentingnya lembaga yang fokus pada kebudayaan. Keberagaman dukungan dari berbagai partai politik menunjukkan kesadaran bersama akan urgensi pembentukan Kementerian Kebudayaan, serta tekad untuk memberikan perhatian yang lebih serius terhadap pelestarian dan pengembangan kebudayaan di Indonesia.

Pengakuan akan pentingnya lembaga yang khusus mengurus kebudayaan menunjukkan pergeseran paradigma dalam penanganan kebijakan kebudayaan. Lembaga yang fokus pada pengelolaan, pelestarian, dan pengembangan kebudayaan diharapkan dapat memberikan perhatian yang lebih terarah dan terkoordinasi dalam memajukan kehidupan budaya masyarakat. 

Melalui pembentukan Kementerian Kebudayaan, diharapkan akan tercipta wadah yang efektif untuk mengatur dan mengawasi berbagai program dan kegiatan kebudayaan, sehingga keberadaan dan nilai kebudayaan Indonesia dapat terus dijaga dan dikembangkan untuk generasi mendatang.

Diskusi tentang Penggabungan Kebudayaan dan Pariwisata

Perdebatan yang muncul mengenai penggabungan bidang kebudayaan dengan pariwisata menjadi bagian penting dalam konteks pembentukan Kementerian Kebudayaan. 

Di satu sisi, terdapat pandangan yang mendukung integrasi antara kebudayaan dan pariwisata, dengan argumen bahwa mempromosikan kebudayaan sebagai daya tarik pariwisata dapat meningkatkan pendapatan dan memperluas dampak positif kebudayaan terhadap perekonomian lokal.

Namun, di sisi lain, terdapat dilema yang perlu diperhatikan, yaitu menjaga integritas kebudayaan dari komersialisasi yang berlebihan. Saat kebudayaan dijadikan sebagai objek wisata, ada risiko bahwa aspek-aspek kebudayaan yang asli dan autentik akan terdistorsi atau bahkan terkikis oleh tuntutan pasar dan industri pariwisata yang cenderung komersial.

Dalam hal ini, perlu dilakukan keseimbangan yang cermat antara mempromosikan kebudayaan sebagai daya tarik pariwisata dan melindungi integritas budaya yang sejati. 

Langkah-langkah strategis seperti pengembangan pariwisata berbasis budaya yang berkelanjutan, pemberdayaan komunitas lokal dalam industri pariwisata, serta pembentukan regulasi yang ketat untuk melindungi warisan budaya dari eksploitasi komersial yang berlebihan menjadi kunci dalam menangani dilema ini.

Pendiskusian ini memperlihatkan perlunya pendekatan yang bijaksana dan berimbang dalam mengintegrasikan kebudayaan dan pariwisata. Melalui dialog yang terbuka dan kolaboratif antara berbagai pemangku kepentingan, diharapkan dapat ditemukan solusi yang dapat menghasilkan dampak positif bagi kedua bidang tersebut, tanpa mengorbankan integritas dan keberlanjutan kebudayaan Indonesia.

Bahaya Komersialisasi Kebudayaan

Kekhawatiran akan hilangnya substansi dan nilai budaya sejati dalam upaya komersialisasi kebudayaan menjadi sorotan utama dalam pembahasan tentang penggabungan kebudayaan dan pariwisata. 

Ketika kebudayaan dijadikan sebagai alat untuk industri pariwisata, terdapat risiko bahwa esensi dan nilai budaya yang sejati akan terkikis atau bahkan hilang di tengah kompetisi pasar dan tuntutan profitabilitas.

Komersialisasi kebudayaan dapat menyebabkan distorsi atau perubahan signifikan terhadap bentuk asli dari ekspresi budaya. Budaya yang seharusnya dihargai dan dipelajari dengan penuh penghormatan bisa diubah menjadi produk yang dinilai berdasarkan daya jualnya saja. 

Contohnya, dalam upaya menarik wisatawan, pertunjukan budaya tradisional dapat dimodifikasi atau disederhanakan, sehingga keasliannya terganggu.

Lebih lanjut, perhatian terhadap risiko bahwa kebudayaan hanya menjadi alat untuk industri pariwisata menunjukkan kekhawatiran akan hilangnya kedalaman makna dan nilai budaya sejati. Kebudayaan seharusnya dihargai atas nilai intrinsiknya, bukan hanya sebagai daya tarik wisata yang dapat memberikan keuntungan ekonomi. 

Ketika kebudayaan dijadikan semata-mata sebagai objek wisata, maka risiko hilangnya rasa hormat dan penghormatan terhadap warisan budaya menjadi sangat nyata.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya untuk memperhatikan bahaya komersialisasi kebudayaan dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi integritas dan keberlanjutan kebudayaan. 

Perlunya pembentukan kebijakan yang mengatur dan mengawasi industri pariwisata secara ketat, serta pengembangan strategi pariwisata berkelanjutan yang memperhatikan keberagaman dan kekayaan budaya lokal menjadi kunci dalam menjaga kelestarian kebudayaan Indonesia untuk generasi mendatang.

Kesimpulan

Dalam konteks kompleksitas dan keberagaman kebudayaan Indonesia, pembentukan Kementerian Kebudayaan menjadi sebuah kebutuhan mendesak. Diskusi yang telah kita bahas mengenai berbagai aspek kebudayaan, mulai dari peran pemerintah, fokus pendidikan, hingga dampak komersialisasi, menegaskan pentingnya memiliki lembaga yang fokus dan berkomitmen pada pengelolaan, pelestarian, dan pengembangan kebudayaan.

Urgensi pembentukan Kementerian Kebudayaan memperkuat pemahaman akan perlunya mengelola kebudayaan dengan pendekatan yang holistik. Kebudayaan bukanlah sekadar aspek tambahan dalam agenda pemerintah, tetapi merupakan pondasi dari identitas dan keberlanjutan suatu bangsa. 

Pendekatan holistik, yang mencakup aspek-aspek seperti pendidikan, pelestarian, promosi, dan perlindungan kebudayaan, diperlukan untuk memastikan kelestarian dan pengembangan kebudayaan Indonesia secara berkelanjutan.

Selain itu, diskusi ini juga menjadi panggilan untuk melanjutkan perbincangan dan mengambil tindakan konkret dalam memajukan kebudayaan di Indonesia. 

Perlu adanya kerja sama antara pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta dalam mengembangkan kebijakan dan program-program yang mendukung keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia.

Sebagai negara yang kaya akan kebudayaan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat kegiatan kebudayaan yang berpengaruh di tingkat global. Namun, hal tersebut hanya dapat tercapai jika kita memiliki komitmen yang kuat untuk melindungi dan mempromosikan kebudayaan kita dengan baik.

Oleh karena itu, marilah kita terus melanjutkan diskusi ini dan mengambil langkah-langkah konkrit untuk melestarikan dan memajukan kebudayaan Indonesia, sebagai bagian integral dari upaya kita untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun