Apa yang terbersit di pikiran Anda ketika seseorang (entah seseorang itu sebagai pelanggan ataupun produsen) hadir di hadapanmu?Â
Pertanyaan ini mungkin bagi sebagian orang tidak terlalu penting. Dalam dunia bisnis misalnya, pertanyaan ini dianggap sebagai pertanyaan basa-basi yang cuma menghabiskan waktu saja.
Mengapa? Sebabnya adalah relasi bisnis selalu mengutamakan untung dan rugi. Jika dalam sebuah relasi kedua belah pihak saling menguntungkan maka hubungan antara kedua subyek pelaku bisnis pantas untuk dipertahankan.
Namun, pada sisi lain jika relasi itu tidak menguntungkan salah satu pihak maka relasi itu tidak layak dijalankan lagi. Relasi bisnis tentunya bersifat sementara karena hubungan antar pihak terus dilakukan sejauh menguntungkan.
Pertanyaan besar bagi saya adalah apakah relasi yang sifatnya sementara bisa diubah ke dalam bentuk relasi yang sifatnya langgeng walaupun namanya tetaplah relasi bisnis?
Mengapa pertanyaan ini sangat penting diajukan?Â
Pertanyaan ini diajukan agar mendapatkan satu model relasi yang tidak hanya menyentuh soal untung rugi saja tetapi sekurang-kurangnya ada tiga tujuan yang hendak dicapai.
Pertama, pertanyaan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas relasi antara pelanggan (konsumen) dan pemilik jasa (produsen).
Kedua, pertanyaan ini sebenarnya juga menggugat sikap konsumen terhadap produsen atau sebaliknya sikap produsen terhadap pelanggan.
Ketiga, pertanyaan yang sama juga menuntut tindakan apa yang dilakukan baik oleh konsumen/pelanggan maupun oleh penyedia jasa/produsen.
Dalam tulisan ini, saya menggunakan pemikiran Imanuel Levinas sebagai model untuk mengubah relasi yang sifatnya sementara menjadi relasi yang bersifat langgeng.