Kita akui nasib lagu-lagu daerah dewasa ini semakin terpuruk. Keterpurukannya dibungkus rapi dalam kemasan lagu-lagu manca negara yang menyebar secara masif di seluruh daerah di Indonesia. Kemasan-kemasan lagu yang menarik dari luar disadari atau tidak justru mempersempit ruang gerak lagu daerah.
Lagu Songka Sae jarang terdengar lagi bahkan sudah tidak diketahui oleh anak-anak SD, SMP ataupun SMA di Manggarai hari-hari ini. Pernyataan ini memang agak susah dibuktikan secara ilmiah karena penulis ataupun para penggelut budaya belum melakukan penelitian khusus soal ini. Saya hanya berasumsi demikian karena lagu ini jarang diperdengarkan lagi. Padahal lagu ini mempunyai makna dan nilai yang sangat tinggi.
Lagu Songkae Sae berisi pesan agar anak Manggarai tidak boleh lupa tarian Manggarai sebab tarian Songka Sae dan tarian caci adalah peninggalan para leluhur dan penanda kau adalah anak Mangggarai. Berikut ini adalah syair lagu Songka Sae
Songka  sae
    De rame songka sae  yo pande no.....
    De mbate  dise  ame.
    Mbate dise ame o....songka sae....
    Rame  ne......
   Songka  sae
    De rame songka sae  yo pande no.....
    De pedeng   dise  ende.
    Pedeng dise  ende  o...songka sae....
    Rame  ne......    Neka nanang  dansa...
    Dansa  songka data (Bom pake kebaya)
    Songka  sae......
    De lawe lenggong  lelon,
    lelo bali belo no songka sae..
    Rame  ne....    Neka nanang  joget
    Bom pake songke
    Songka  sae.....
     Mbate dise ame  go  songka sae
     Rame  ne....    A... o...nana....
    de.....mai porong  caci....
    ditet  Manggarai o..nana...
    Songka sae......
     rame....
Ruang gerak lagu daerah yang terus dipersempit sebenarnya merupakan sebuah kekalahan yang mengerikan sepanjang perjalanan sebuah daerah dalam perkembangan peradaban dunia pada umumnya. Padahal peradaban dunia sangat terpegantung pada keunikan setiap daerah.
Keunikan setiap daerah sedang "dijajah" oleh kehadiran music luar. Musik luar sebenarnya juga tidak bersalah. Mengapa? Sistem penguasaan pasar adalah visi misi para produser musik. Semakin luas pasar maka semakin besar pula keuntungan yang akan didapatkan.
Dalam kontesks ini tidak berarti bahwa lagu-lagu luar daerah Indonesia tidak memiliki nilai dan makna. Tetapi kehadirannya justru menggoyangkan nilai dan makna yang sudah hidup dan menghidupi anak bangsa ini. Lain ladang lain belalang lain lubuk lain ikannyaÂ
Untuk mempertahankan eksistensi lagu daerah maka perlu dicarikan solusi. Saya menawarkan tiga solusi untuk mempertahankan eksistensi lagu-lagu daerah.
Pertama, semua insan Indonesia mesti menyadari bawa lagu-lagu daerah sedang dalam keadaan gawat darurat. Karena itu, setiap orang mesti berusaha dengan caranya sendiri menghidupi lagu-lagu daerah.
Kedua, pemerintah memberi suport dalam bentuk apa saja untuk menggubah aransemen lagu daerah dengan tipical baru yang sesuai dengan gendre musik anak milenial.
Ketiga, perlu dibentuk lembaga pemberdayaan musik daerah. Lembaga ini berfungsi untuk menyimpan arsip-arsip lagu daerah. Selain berfungsi untuk menyimpan arsip lagu daerah lembaga ini sekaligus melatih putera dan puteri daerah yang berbakat untuk mengembangkan lagu-lagu daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H