Mohon tunggu...
Evo Lali
Evo Lali Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Singapura, Tetangga yang Penakut

10 Juni 2016   13:27 Diperbarui: 10 Juni 2016   13:35 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4. Sistem Demokrasi

Terkait dengan ditahannya dua anggota Teman Ahok di Singapura. Ruhut Sitompul pun berkomentar bahwa Singapura itu takut ketularan demokrasi Indonesia. Sekilas saya katakan lebay, tapi ternyata setelah ditelisik lebih jauh, ucapan Ruhut Sitompul ada benarnya.

Indonesia ini negara demokratis. Teman Ahok itu datang ke Singapura untuk menemui WNI. Singapura itu sebenarnya takut saja tertular demokrasi Indonesia,”ujar Ruhut

Takut tertular demokrasi? Agak berlebihan memang. Tapi itu make sense. Singapura memang mengklaim dirinya sebagai negara demokratis ala Westminter. Itu berarti di dalamnya terdapat presiden sebagai kepala negara, perdana menteri sebagai kepala pemerintahan, dan parlemen sebagai DPR-nya. Sekilas demokrasi yang ada di Singapura memang seperti demokrasi-demokrasi di negara lain, tapi justru demokrasi yang ada di Singapura adalah demokrasi yang semu.

Kenapa? Jawabannya karena Partai Aksi Rakyat (People Action Party) disingkat PAP ini merupakan partai penguasa sejak Singapura berdiri. PAP yang didirikan Lee Kuan Yew inilah yang mendominasi seluruh sistem politik di Orchard Road dan sekitarnya itu. Dominasi PAP ini membuat kehidupan politik di Singapura berjalan stagnan dan tidak berkembang meski ada pemilihan umum. Oposisi mereka adalah Partai Pekerja yang pada pemilu 2011 lalu sukses menempatkan 7 wakilnya di parlemen di tengah-tengah dominasi wakil PAP yang berjumlah 87.

Nah, belakangan kondisi mapan Singapura ini mulai terganggu saat banyak negara tetangga salah satunya Indonesia mengalami gejolak politik. Indonesia sudah berkembang menjadi negara demokrasi yang bebas mendirikan partai. Seorang Jokowi yang berasal dari rakyat biasa saja bisa jadi presiden. Ini tentu mengancam sistem demokrasi semu yang dianut Singapura.

Pernyataan Ruhut mungkin ada benernya juga, mereka takut ketularan demokrasinya Indonesia yang sangat luar biasa. Mereka takut tiba-tiba negaranya mengalami gejolak politik serupa yang mengganggu stabilitas mereka. Atau tiba-tiba muncul partai-partai baru yang mengguncang PAP-SKIPAPAP-PREMAN-PREMAN, layaknya syair Ikang Fawzi.

Referensi

http://properti.kompas.com/read/2016/06/06/231820921/sepi.pengunjung.orchard.road.singapura.bukan.lagi.surga.belanja

http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160527135814-78-133870/upaya-singapura-jegal-tax-amnesty-cerita-basi-buat-menkeu/

http://nasional.sindonews.com/read/835558/14/indonesia-tak-perlu-gentar-tentara-singapura-penakut-1392293532

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun