Mohon tunggu...
Evo Lali
Evo Lali Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Singapura, Tetangga yang Penakut

10 Juni 2016   13:27 Diperbarui: 10 Juni 2016   13:35 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soal Usman dan Harun ini, Singapura juga rupanya kembali kebakaran jenggot dua tahun lalu. Pemerintah RI ini memang agak usil menamakan KRI jenis Frigat yang baru dibeli dari Inggris beberapa tahun lalu dengan nama “KRI Usman Harun”. TNI AL menamai kapal perangnya sebagai bentuk penghormatan kepada prajurit yang berjasa bagi bangsa dan negara serta diberi gelar pahlawan oleh Presiden Suharto.

Hal itu jelas membuka kembali luka lama Singapura. Tindakan itu bikin Singapura ngambek dan sempat batalin beberapa pertemuan bilateral. Lha? Apa haknya Singapura mengintervensi kebijakan internal Indonesia? Padahal kapalnya juga dibeli dari Inggris, bukan dari dia. Ini sama aja kaya kita beli meja makan, terus ada tetangga dateng dan protes karena meja makan model gitu pernah bikin tetangga kita itu galau. Lhaa…

Jawabannya sih cuma satu, itu karena Singapura takut akan kekuatan militer Indonesia. Mereka takut diancem lagi oleh TNI AL yang dulu pernah ngancem mereka bakal nenggelemin Singapura ke Selat Malaka hanya dalam waktu dua jam setelah Usman dan Harun dihukum gantung Pemerintah Singapura.

Saya jadi ingat perkataan salah satu Anggota Dewan Pembina Gerindra, Permadi, “Singapura itu negara kecil, biar punya pesawat dan kapal lebih hebat dari Indonesia, apakah tentara Singapura pernah membunuh orang?”

Iya betul. Singapura gak pernah terlibat konflik. Bahkan latihan pun mereka minjem hutan di Kalimantan. Itu saja mereka takut diserang buaya-buaya Kalimantan. Sama buaya saja takut, apalagi sama Denjaka-nya TNI AL yang bisa nyeberang Selat Sunda atau Selat Madura dengan kaki dan tangan terikat, bahkan mampu berenang bersama ikan hiu saat mencari bangkai pesawat Air Asia di Pangkalan Bun.

3. Pemerintah Jokowi

Singapura tidak menyangka Jokowi-lah yang akan memenangkan pilpres 2014. Kemudian hanya dalam dua tahun Jokowi melakukan gebrakan luar biasa salah satunya datang dari Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang sukses menenggelamkan 700 kapal asing salah satunya berasal dari Singapura. Ketegasan Susi sukses menyelamatkan kekayaan alam Indonesia yang bernilai hampir Rp 200 triliun per tahun dari pencurian ikan.

Jokowi juga memacu pembangunan infrastruktur secara masif untuk meningkatkan perekonomian. Ketika semuanya sudah terhubung, akan membuat perekonomian Indonesia kembali lancar. Biaya-biaya akan banyak terpangkas, waktu bisa lebih diperkirakan, dan jauh lebih efsien sehingga ekonomi akan berkembang. Waktu bongkar muat (dwelling time) lagi diusahakan Jokowi untuk bisa seefisien Singapura. Jika mampu setara dengan mereka, julukan pelabuhan di Singapura sebagai pelabuhan tersibuk lama-lama bisa menghilang.


 Di sektor pariwisata, jika infrastruktur sudah memadai, para wisatawan luar tentu akan banyak tersedot ke Indonesia yang kaya akan budaya dan wisata alamnya. Tidak seperti Singapura yang andalannya hanya Orchard Road dan Pulau Sentosa.

Jokowi juga ngotot menjadikan Indonesia sebagai primadona baru investasi dunia. Ketika investasi itu berjalan dengan lancar, maka perekonomian Indonesia akan bangkit. Ketika ekonomi bangkit, maka Indonesia akan mandiri dan tak tergantung lagi kepada Singapura. Singapura sendiri sebenarnya sudah ketar-ketir karena investasi yang dilakukan Jokowi kini tak lagi terpusat dari Singapura.

Singapura memang sangat mendominasi Penanaman Modal Asing (PMA) dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan data BKPM, 20% jumlah PMA dalam dua tahun terakhir berasal dari Singapura. Masalahnya, Jokowi sekarang tak mau lagi PMA berasal dari satu-dua negara saja. Itulah kenapa Jokowi gencar blusukan ke berbagai negara seperti Rusia, China, negara Uni Eropa, hingga Timur Tengah. Singapura pun ketar-ketir mereka tidak lagi jadi primadona penyumbang dana bagi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun