Mohon tunggu...
Evi Wiyanti
Evi Wiyanti Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa Fakultas Agama Islam, Prodi Pendidikan Agama Islam diUniversitas Islam Lamongan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pendidikan sebagai Perlawanan dan Perwujudan Kesadaran Kritis dalam Pemikiran Paulo Freire

17 Oktober 2024   16:51 Diperbarui: 17 Oktober 2024   16:59 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

         Paulo Freire, dengan nama lengkap Paulo Regrus Neves Freire. Menjadi tokoh yang berjasa dalam mencetuskan teori-teori yang mendobrak dunia pendidikan. Paulo Fereire membuat pendidikan memiliki fungsi yang lebih revolusiner. Pendidikan memiliki tugas dalam menggerakkan individu dan Masyarakat menuju kesadaran kritis dan pembebasan.

          Mengenal Paulo Freire, Freire lahir di Pernambuco, Brazil, pada 19 September 1921 di Recife di daratan Amerika Latin. Merupakan kota yang menjadi pusat kemiskinan dikawasan Brazilia bagian Laut Timur. Ibunya bernama Edeltrus Naves Freire, dan ayahnya Joaquim Tomis Tocas Freire. Freire dididik dengan sikap demokratis dan dialogis. Ia boleh mempertanyakan segala hal, dan kedua orang tuanya membuka ruang diskusi sebesar-besarnya. Waktu kecil Freire mengalami cukup banyak kesulitan hingga mengalami kelaparan yang pada akhirnya membuatnya dengan gigih memperjuangkan hak-hak orang kelaparan. Dan beranggapan tidak boleh ada orang yang merasakan kelaparan sebagaimana yang pernah ia rasakan. Freire lulus dari Universitas Recife dari Fakultas Hukum, yang kemudian mengambik disiplin ilmu lain, yaitu filsafat pendidikan. Hingga pada 1959 mendapatkan gelar doktor bidang sejarah dan filsafat.

           Freire cukup menarik perhatian dengan gagasan pendidikan yang ia kemukakan, yaitu pendidikan pembebasan, hingga ada suatu  buku yang ditulis oleh Freire dengan nama Pendidikan Kaum Tertindas, karena pendidikan digunakan sebagai alat pembebasan. Dari pengalaman Freire ketika mengalami kelaparan, dan melihat respon pemerintah yang hanya membisu, seakan membiarkan tanpa melakukan usaha apa-apa yang membuatnya mencetuskan pendidikan pembebasan. Pendidikan dianggap oleh Freire sebagai alat memerdekakan manusia, bukan sebagai alat untuk membodohi dan melakukan penindasan.

 

          Kritik yang paling terlihat adalah kritik Freire mengenai pendidikan seperti gaya bank, pendidikan masih terus mengalami penindasan tanpa disadari, oleh sebab itu Freire membuat konsep pendidikan pembebasan. Realitas pendidikan yang terjadi menurut pengamatannya adalah pendidikan yang menindas, di mana pendidik dalam hal ini guru bertindak layaknya seorang penindas. Murid pun secara sadar menjadikan dirinya sebagai orang yang tertindas. Freire mengartikan pendidikan pembebasan adalah tidak menjadikan siswa sebagai bejana-bejana yang diam yang menunggu diisi oleh guru sebagimana yang ia maksudkan gaya bank. Hanya menyimpan dan menerima. Atau dengan kalimat lain, guru sebagai subjek yang bercerita sedangkan murid sebagai objek pendengar. Guru dianggap titik sentral yang mana segala perkataan dan perintah harus terus dilakukan tanpa ada penolakan. Pendidikan ini yang dikritik, yang lambat laun akan memusnahkan daya kritis dan daya kreatif seorang siswa.Cukup bisa dibayangkan, bahwa itu adalah bentuk penindasan.

 

          "Pedagogy of the Oppressed"dalam teori-teorinya mengenai pendidikan pembebasan, siswa adalah "rekan", siswa memiliki hak "bersuara", memiliki hak "memimpin" dalam proses belajar, sehingga tercipta lingkungan belajar yang terus mengasah kemampuan kritis dan mengembangkan kesadaran kritis siswa. Siswa memiliki hak untuk ikut serta menentukan apa yang ingin diketahui dan ingin dipelajari. Mengerikan sekali jika kita terus menerus membiasakan dan menerapkan pendidikan gaya bank, gaya tradisional dan kontekstual hanya satu arah saja, antara guru ke siswa, bukankah sama saja dengan pendidikan akhirnya memendang manusia tidak lain adalah sebagai suatu benda yang mudah dipergunakan dan diatur sesuka hari???

 

          Pembelajaran dua arah, guru belajar kepada siswa, siswa pun belajar kepada guru. Keduanya mengalami dialog-dialog yang menjadi syarat mutlak subjek pendidikan dalam memahami dan mengungkapkan realitas-realitas. Dengan berdialog, terjadilah transmisi pengetahuan yang lebih sempurna, karena telah mengalami proses pengolahan dan validasi dari satu pemikiran ke pemikiran lain.

 

           Sejak zaman kuno, transmisi pengetahuan tidak dilakukan hanya satu arah. Meminjam dan mengingat bagaimana Socrates dengan metode Elenchus, dialogis yang mendorong lawan bicara berpikir kritis dan mempertanyakan asumsi mereka. Plato dengan konsep Dialogues, Gadamer dalam karyanya Truth and Method juga menekankan dialog sebagai proses menyamakan presepsi dan pemahaman bersama. Cukup jelas bahwa memang sepenting itu pendidikan yang dua arah, bukan hanya guru yang menjadi titik sentral sumber pengetahuan.

 

Lalu kita sebagai kaum intelektualis, hal apakah yang kita lakukan sadar tidak sadar merupakan penindasan yang kita lakukan pada orang-orang, yang menjadikan kita sebagai kaum penindas??

 

          Menganggap bodoh orang lain secara mutlak merupakan ideologi-ideologi yang tidak sadar kita lakukan dan menjadi satu hal yang menjadikan kita penindas. Padahal tidak ada orang yang mutlak pintar dan cerdas, atau orang yang bodoh dan dungu mutlak. Pengetahuan dan pendidikan adalah suatu proses pencarian. Tidak akan pernah selesai, dan akan terus dinamakan suatu proses.       

          Pendidikan yang mematikan proses dialog-dialog dalam proses transmisinya, pengabaian terhadap konteks budaya, pembuatan kurikulum yang tidak relevan dengan zamannya, membuat siswa asing dengan segala hal yang dipelajari, pendidikan yang mengabaikan kemanusiaan (dehumanisasi) atau ketika siswa terus diprogram sebagai sesuatu yang harus melakukan segala sesuatu berdasarkan bahasa pemrograman yang dilakukan oleh pengcodingnya. Penilaian kepada siswa yang hanya didasarkan pada penilaian akademis tanpa mempertimbangkan aspek non akademis.

 

           Pola-pola paradigma bahwa setiap anak yang pintar adalah anak yang memiliki nilai bagus dibidang matematika. Hal ini adalah contoh penindasan yang cukup sering kita lakukan, sehingga perlu adanya pembaruan dalam sistem pendidikan dengan terus menekankan proses berpikir kritis dalam pengembangan kurikulumnya.

 

Freire mengemukakan "Liberating education consists in acts of cognition, not transferals of information" atau "Pendidikan yang membebaskan terdiri dari tindakan kognisi, bukan pemindahan informasi". Kembali ditekankan bahwa guru bukanlah seseorang yang mentransfer pengetahuan dan informasi kepada siswa. Seolah siswa adalah wadah kosong yang harus diisi. Pendidikan harus terus melibatkan tindakan-tindakan kognisi, guru mengajak siswa ikut serta aktif berpikir kritis dalam pembelajaran. Tindakan kognisi ini berarti adanya kolaborasi yang dilakukan untuk mengeskplorasi, menganalisis permasalahan dimasyarakat dan berusaha mencari solusinya demi mendapatkan perubahan sosial. Sebagaimana yang dikemukakan Freire yaitu pendidikan sebagai sarana memperbarui dan merekontruksi peradaban a new kind society (masyarakat jenis baru), yang semestinya menjadi sebuah cita-cita ideal bangsa.

 

          Educational for Critical Consciousness, Freire membuat sebuah buku pada tahun 1969. Didalamnya memuat kesadaran kritis (critical consciousness), freire mengidentifikasikan bagaimana seharusnya kemampuan individu bisa seminimalnya menyadari dan memahami kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang mempengaruhi hidup mereka. Kesadaran Kritis adalah suatu kesadaran yang harusnya dimiliki manusia sebagai suatu aspek sistem dan struktur yang mampu menganalisis dan memahami bahwa segala realitas hidup kita dipengaruhi oleh bagaimana tatanan ekonomi, budaya, politik tempat kita tinggal. Kesadaran ini memungkinkan manusia berani menuntut kepada birokrasi, pemerintahan dan segala hal yang memperkeruh realitas kehidupan. Tidak hanya berpangku tangan dan beranggapan bahwa segala kebijakan yang diambim pemerintah, atasan adalah hal yang baik tanpa bisa menganalisa bahwa itu adalah bentuk penindasan yang terus berulang-ulang kali dilakukan. Praktik-praktik penindasan dalam dunia pendidikan harus dimusnahkan, guru yang menolak dialog, guru yang hanya menjadikan siswa sebagai objek, guru yang mengekang dan membatasi kreativitas harus dihapuskan. Siswa mempertanyakan apa yang ingin mereka tau, mempertanyakan pengetahuan yang mereka dapatkan setelah proses penjelasan bukanlah siswa yang membantah dan sok pintar. Pendidikan perlu terus mengemukakan bahwa dialog dalam pendidikan adalah syarat mutlak trasmisi pengetahuan.

 

          Kesadaran Kritis dalam diri manusia terus ditumbuhkan dengan melakukan problem posing, dimana pendidikan berperan penting dalam menyikap realitas dan terus menerus berusaha meningkatkan kemampuan analisis terhadap masalah lingkungan sekitar. Sebagaimana yang dipercaya, jika dalam konteks sosiologi, pendidikan juga tidak lain menjadi alat perjuangan. Pendidikan dipercaya sebagai alat kontruksi sosial, yang mana pendidikan menjadi jalan mengentaskan ketimpangan-ketimpangan yang ada dalam realitas sosial. Jika meninjau diluar hasil yang diharapkan sebagai kontruksi sosial, proses yang dijalankan dalam pendidikan juga perlu diperhatikan. Kontruksi sosial akan terwujud jika pendidikan kita tidak lagi menggunakan gaya-gaya yang mematikan daya analisa dan daya kritis otak manusia. Oleh sebab itu, perlu adanya keberanian terus mengimplementasikan dan menyuarakan bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang melibatkan siswa dalam setiap pengambilan Keputusan. Pendidikan yang memahami dan terus menganalisa problem-problem sosial untuk dicari jalan keluarnya. Pendidikan yang terus membebaskan diri dari penindasan.

Sumber :

Asyifani, Khalis, and Theofilus Apolinaris Suryadinata. "Analisis Teori Kesadaran Kritis Paulo Freire dalam Mengupayakan Inklusi Sosial bagi Korban Tragedi 65." Journal of Development and Social Change, 4, no. 1 (April 20, 2021).

Fahmi, Muhammad, Hanik Yuni Alfiyah, Senata Adi Prasetia, and Fayaz Mahassin Syifa'i Adienk. "Menyandingkan Pendidikan Pembebasan Paulo Freire dengan Pendidikan Islam." Jurnal Tarbawi STAI Al Fithrah 10, no. 1 (September 27, 2021): 1--26. https://doi.org/https://doi.org/10.36781/tarbawi.v10i1.160.

Gultom, Andri Fransiskus, Misnal Munir, and Iva Ariani. "Perubahan Identitas Diri Dalam Eksistensialisme Kierkegaard: Relevansinya Bagi Mental Warga Indonesia." Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan 9, no. 2 (November 2, 2019): 77--85. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20527/kewarganegaraan.v9i2.8052.

Husni, Muhammad. "Memahami Pemikiran Karya Paulo Freire Pendidikan Kaum Tertindas Kebebasan dalam Berpikir." Al Ibrah: Jurnal Pendidikan dan Keilmuwan Islam 5, no. 2 (December 2, 2020): 41--60. https://www.ejournal.stital.ac.id/index.php/alibrah/article/view/103.

Madhakomala, Layli Aisyah, Fathiyah Nur Rizqiqa, Fransiska Desiana Putri, and Sidiq Nulhaq. "Kurikulum Merdeka dalam Prespektif Pemikiran Pendidikan Paulo Freire." At-Ta`lim: Jurnal Pendidikan 8, no. 2 (February 5, 2022): 162--2. https://doi.org/https://doi.org/10.36835/attalim.v8i2.819.

Prastowo, Agung Ilham, Mahasiswa Program, Doktor Pai Uin, and Sunan Kalijaga. "Konsep Konsientisasi Paulo Freire dan Relevansinya terhadap Pendidikan Islam." Suhuf: International Journal of Islamic Studies 32, no. 1 (May 2, 2020). https://doi.org/10.23917/suhuf.v32i1.11032.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun