Â
Lalu kita sebagai kaum intelektualis, hal apakah yang kita lakukan sadar tidak sadar merupakan penindasan yang kita lakukan pada orang-orang, yang menjadikan kita sebagai kaum penindas??
Â
     Menganggap bodoh orang lain secara mutlak merupakan ideologi-ideologi yang tidak sadar kita lakukan dan menjadi satu hal yang menjadikan kita penindas. Padahal tidak ada orang yang mutlak pintar dan cerdas, atau orang yang bodoh dan dungu mutlak. Pengetahuan dan pendidikan adalah suatu proses pencarian. Tidak akan pernah selesai, dan akan terus dinamakan suatu proses.    Â
     Pendidikan yang mematikan proses dialog-dialog dalam proses transmisinya, pengabaian terhadap konteks budaya, pembuatan kurikulum yang tidak relevan dengan zamannya, membuat siswa asing dengan segala hal yang dipelajari, pendidikan yang mengabaikan kemanusiaan (dehumanisasi) atau ketika siswa terus diprogram sebagai sesuatu yang harus melakukan segala sesuatu berdasarkan bahasa pemrograman yang dilakukan oleh pengcodingnya. Penilaian kepada siswa yang hanya didasarkan pada penilaian akademis tanpa mempertimbangkan aspek non akademis.
Â
      Pola-pola paradigma bahwa setiap anak yang pintar adalah anak yang memiliki nilai bagus dibidang matematika. Hal ini adalah contoh penindasan yang cukup sering kita lakukan, sehingga perlu adanya pembaruan dalam sistem pendidikan dengan terus menekankan proses berpikir kritis dalam pengembangan kurikulumnya.
Â
Freire mengemukakan "Liberating education consists in acts of cognition, not transferals of information" atau "Pendidikan yang membebaskan terdiri dari tindakan kognisi, bukan pemindahan informasi". Kembali ditekankan bahwa guru bukanlah seseorang yang mentransfer pengetahuan dan informasi kepada siswa. Seolah siswa adalah wadah kosong yang harus diisi. Pendidikan harus terus melibatkan tindakan-tindakan kognisi, guru mengajak siswa ikut serta aktif berpikir kritis dalam pembelajaran. Tindakan kognisi ini berarti adanya kolaborasi yang dilakukan untuk mengeskplorasi, menganalisis permasalahan dimasyarakat dan berusaha mencari solusinya demi mendapatkan perubahan sosial. Sebagaimana yang dikemukakan Freire yaitu pendidikan sebagai sarana memperbarui dan merekontruksi peradaban a new kind society (masyarakat jenis baru), yang semestinya menjadi sebuah cita-cita ideal bangsa.
Â
     Educational for Critical Consciousness, Freire membuat sebuah buku pada tahun 1969. Didalamnya memuat kesadaran kritis (critical consciousness), freire mengidentifikasikan bagaimana seharusnya kemampuan individu bisa seminimalnya menyadari dan memahami kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang mempengaruhi hidup mereka. Kesadaran Kritis adalah suatu kesadaran yang harusnya dimiliki manusia sebagai suatu aspek sistem dan struktur yang mampu menganalisis dan memahami bahwa segala realitas hidup kita dipengaruhi oleh bagaimana tatanan ekonomi, budaya, politik tempat kita tinggal. Kesadaran ini memungkinkan manusia berani menuntut kepada birokrasi, pemerintahan dan segala hal yang memperkeruh realitas kehidupan. Tidak hanya berpangku tangan dan beranggapan bahwa segala kebijakan yang diambim pemerintah, atasan adalah hal yang baik tanpa bisa menganalisa bahwa itu adalah bentuk penindasan yang terus berulang-ulang kali dilakukan. Praktik-praktik penindasan dalam dunia pendidikan harus dimusnahkan, guru yang menolak dialog, guru yang hanya menjadikan siswa sebagai objek, guru yang mengekang dan membatasi kreativitas harus dihapuskan. Siswa mempertanyakan apa yang ingin mereka tau, mempertanyakan pengetahuan yang mereka dapatkan setelah proses penjelasan bukanlah siswa yang membantah dan sok pintar. Pendidikan perlu terus mengemukakan bahwa dialog dalam pendidikan adalah syarat mutlak trasmisi pengetahuan.