Sebagai guru atau pendidik pastinya kita memperhatikan setiap kepribadian dari anak didik atau siswa kita bukan? Â Ada berbagai macam kepribadian didalam satu kelas, nah bagaimana caranya agar kita sebagai pendidik bisa mengetahui kepribadian si anak .
Pertama-tama apa sih kepribadian itu?
Kepribadian itu melekat pada diri seseorang sebagai suatu ciri khas dari orang tersebut, jadi dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah suatu pola berperilaku,berpikir, dan emosi yang membedakan antara satu individu dengan individu lainnya. Nah kali ini kita akan membahas tentang kepribadian siswa dalam pembelajaran agar kita sebagai pendidik bisa mengetahui gaya atau style seperti apa yang bisa diterapkan agar si siswa bisa dengan mudah menyerap pembelajaran yang disampaikan oleh guru.Â
Cara agar kita bisa mengetahui kepribadian siswa adalah dengan mencoba berbagai macam teori belajar yang ada, salah satunya adalah Teori Belajar Kognitif, karena Teori Belajar Kognitif didalam kegiatan pembelajarannya yang diutamakan adalah keaktifan siswanya. Untuk menarik perhatian siswa materi pembelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari bentuk sederhana ke bentuk yang lebih komplek, sehingga perbedaan individual didalam diri siswa dapat terlihat. Teori Belajar Kognitif menganalisis bagaimana orang berpikir, mempelajari konsep, dan menyelesaikan masalahnya. Terdapat teori belajar kognitif dibidang pembelajaran yang diperkenalkan sebagai berikut oleh :Â
 TEORI BELAJAR KOGNITIF SOSIAL ( Albert Bandura ) :Â
Teori belajar kognitif sosial ( Social Cognitive Theory ) menurut Bandura prinsip belajar harus memperhatikan dua fenomena penting yang ditolak atau diabaikan oleh paradigma teori behaviorisme :
a.) Manusia bisa berpikir dan dapat mengatur tingkah lakunya. Bandura mengatakan bahwa kualitas ini sebagai regalusi diri, yaitu manusia adalah pribadi yang bisa mengatur diri sendiri, mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, dapat menciptakan dukungan kongnitif, mengetahui konsekuensi atau akibat dari tindakannya sendiri.
b.) Perilaku belajar tidak bergantung sepenuhnya pada penguatan ( reinforcement ).
c.) Orang-orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan cara mengamati dan kemudian bisa mengulanginya apa yang telah dilihat.
d.) Didalam proses pembelajaran, terdapat banyak aspek fungsi mental yang terlibat untuk memahami dan memutuskan respon didalam interaksi dengan lingkungan sekitar.
Menurut Bandura belajar dengan observasi lebih mudah dari pada belajar dengan pengalaman secara langsung. Karena dengan observasi kita mendapatkan respon yang tidak terhingga, yang mungkin saja diikuti dengan penguatan. Inti belajar dengan cara observasi ( Observational learning ) modelling yaitu peniruan terhadap perilaku seseorang yang dicontoh, tetapi tidak hanya mengulangi apa yang diamati dari seseorang , tetapi melibatkan penambahan dan juga pengurangan tingkah laku yang diamati.
Pembelajaran observasi ( modelling ) mempunyai 4 tahapan, yaitu :
1.) Atensi ( perhatian ) , misal perilaku menyetir sepeda motorÂ
2.) Retensi ( Tingkah Laku ), misal visualisasi prosedur menaiki sepeda motor
3.) Produksi , misal mempraktikkan cara mengendarai sepeda motorÂ
4.) Motivasi , misal dengan mengendarai sepeda motor anda akan lebih mudah ke tempat yang dituju. Belajar dengan pengamatan menjadi efektif jika pembelajar mempunyai motivasi yang tinggi untuk dapat melakukan tingkah laku yang ditiru.Â
A. Penguatan Belajar dalam ModellingÂ
Terdapat konsekuensi setiap kita membuat respon baik itu konsekuensi positif maupun negatif. Konsekuensi dari respon memiliki 3 fungsi, yaitu :
1. Pemberi InformasiÂ
memberikan informasi tentang dampak tingkah laku yang akan terjadi.
2. Memotivasi tingkah laku yang akan datang
tingkah laku dimotivasi oleh masa yang akan datang, dimana pemahaman mengenai apa yang akan terjadi didapatkan dari pemahaman mengenai konsenkuensi tingkah laku.
3. Penguat Tingkah Laku
keberhasilan bisa menjadi penguat menjadi peluang tingkah laku sering diulangi.
B. Menggunakan Pembelajaran Observasional ( modelling )
Slavin ( 2011 ) menganjurkan bahwa setiap guru untuk mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut agar pembelajaran observasional menjadi lebih efektif :Â
*Mempertimbagkan tipe model yang akan dihadirkan oleh siswaÂ
*Menunjukkan dan mengajarkan perilaku baru terhadap siswaÂ
*Menggunakan teman sebaya sebagai model yang lebih efektif
*Mentor digunakan sebgai model atau objek yang ditiru
*Mengundang tamu kelas yang akan memberikan model yang baik bagi siswaÂ
*Mewaspadai model-model yang diketahui anak dari televisi atau media audio-visual lainnya.Â
jadi, dalam pembelajaran haruslah melihat bagaimana kepribadian siswa. Karena perbedaan kepribadian tersebut bukanlah hambatan untuk siswa berproses menjadi lebih baik lagi .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H