Mohon tunggu...
Evita Yolanda
Evita Yolanda Mohon Tunggu... Dokter - Dokter

Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Teknologi Sel Punca itu Bernama Puasa

21 Mei 2018   10:08 Diperbarui: 30 Mei 2018   14:39 1676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teknologi sel punca atau "stem cell" merupakan primadona di bidang teknologi kedokteran mutakhir. Sel punca atau sel induk (dalam bahasa Inggris: stem cell) adalah sel yang belum mengalami diferensiasi (perubahan menjadi bentuk sel yang lebih khusus) dan mempunyai potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel yang ada di dalam tubuh.

Sel punca dapat berkembang menjadi sel otot, tulang, saraf, kulit, sel darah, dan berbagai sel lainnya. Teknologi ini digunakan untuk mengganti jaringan tubuh yang rusak, bahkan pada tingkat rekayasa yang lebih tinggi, dapat menghasilkan organ untuk dilakukan transplantasi.

Teknologi ini masyhur dibicarakan akan menjadi garda terdepan dalam pengobatan berbagai penyakit, mulai dari diabetes (kencing manis), penyakit jantung koroner, stroke, penyakit imun, penyakit tulang, keganasan, luka bakar, dan masih banyak lagi.

Sebagai bidang yang masih berkembang dan masih perlu banyak digali akan potensinya, banyak negara di berbagai belahan dunia berlomba-lomba mendongkrak penelitian di negaranya dalam bidang sel punca.

Kemampuan penyembuhan yang luar biasa, tapi harus ditebus dengan biaya yang tak murah

Metode yang high-tech dan fasilitas yang memerlukan biaya besar, membuat terapi ini sulit terjangkau dari segi biaya. Menurut dr. Cosphiadi Irawan, Sp.PD-KHOM dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo, setiap satu sel punca dihargai Rp. 1-1,5. Untuk setiap terapi, sel yang diperlukan bervariasi mulai dari puluhan juta hingga ratusan juta sel.

Dosis sel punca yang diberikan bervariasi tergantung penyakit. Misalnya penyakit Lupus memerlukan 1-2 juta sel per kilogram berat badan pasien. Maka dengan berat badan 50 kilogram, pasien memerkukan 50-100 juta sel.

Kasus lain untuk osteoarthritis lutut (pengapuran sendi lutut) membutuhkan 10 juta sel, penyakit jantung koroner 35 juta sel, penyakit sum-sum tulang belakang 76 juta sel, diabetes (kencing manis) 100 juta sel, per kilogram berat badan. Terapi pada pasien pun tidak diberikan hanya sekali.

Biaya pengobatan dalam mengganti jaringan dan organ tubuh kita begitu mahal. Hal ini mengingatkan kita bahwa tubuh yang utuh dan sehat adalah anugerah Tuhan yang tak ternilai.

Aktivasi sel punca tubuh ketika kita berpuasa

Beberapa jenis sel punca, ada secara alami di dalam tubuh kita. Puasa akan membuat sel punca yang semula dorman (berdiam diri) menjadi aktif. Puasa membatasi asupan nutrisi tubuh, memaksa tubuh kita untuk mencari sumber energi lain yang didapat dari degradasi sel-sel tua di dalam tubuh untuk kemudian membentuk sel-sel baru.

Manfaat puasa terhadap aktivitas sel punca telah dibuktikan oleh banyak penelitian. Di antara manfaat puasa terhadap aktivitas sel punca tubuh kita yaitu:

Regenerasi sel saluran pencernaan.

Sel punca yang dorman di saluran cerna, diatur oleh faktor bernama "PTEN". Faktor ini melakukan penekanan terhadap aktivitas sel punca saluran cerna. Aktivitas puasa akan menghambat faktor ini, sehingga hasilnya sel punca saluran cerna menjadi aktif melakukan peremajaan saluran cerna.

Regenerasi sel pankreas (kelenjar penghasil insulin).

Pasien diabetes (kencing manis) mengalami kelainan pada sistem ini. Baik masalah pada jumlah hormon insulin yang dikeluarkan atau masalah pada kinerja hormon insulin di jaringan tubuh.

Puasa mempengaruhi kadar enzim dan faktor seperti "PKA", "mTOR", "Sox2 dan Ngn3". Faktor-faktor ini terlibat dalam mekanisme regenerasi dari sel pankreas penghasin insulin. Sehingga puasa memberikan pengaruh pada kondisi pasien diabetes, baik yang bermasalah pada kadar insulin atau pada kinerja insulin dalam tubuh.

Regenerasi sel darah dan imun.

Penurunan kinerja sistem imun (pertahanan tubuh) adalah awal mula dari berbagai penyakit dan juga proses penuaan. Maka salah satu kunci utama untuk menjaga kesehatan tubuh kita adalah dengan menjaga kualitas sistem imun.

Puasa akan mengaktifkan regenerasi sel punca pada sistem hematopoetik (pembentukan sel darah). Puasa mempengaruhi kadar "IGF-1" dan enzim "PKA" menyebabkan regenerasi dari berbagai jenis sel darah dan juga sel imun.

Ilustrasi: everydayhealth.com
Ilustrasi: everydayhealth.com
Puasa, autofagi, dan peremajaan sel

Pada 2016 lalu, Nobel Fisiologi dan Kedokteran dihadiahkan kepada Yoshinori Ohsumi, seorang ilmuwan Jepang yang menemukan mekanisme autofagi. Autofagi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, auto berarti sendiri, dan phagein berarti memakan. Autofagi adalah proses dimana sel-sel memakan dirinya sendiri untuk menghancurkan dengan tujuan melakukan daur ulang komponen sel.

Diibaratkan proses autofagi ini seperti mendaur-ulang barang elektronik yang sudah usang dimakan usia. Dimana ia akan dibongkar dan diambil potongan-potongan yang masih bisa dimanfaatkan untuk kemudian dibuat menjadi barang baru. Ketika sel tubuh kita mencapai usia senja, sel tersebut tidak dibunuh seluruhnya (apoptosis) namun diganti bagian-bagian yang rusak saja, diremajakan.

Hal yang menarik dari autofagi adalah proses ini tidak akan terjadi ketika sel terpenuhi nutrisinya alias sedang kenyang. Proses ini hanya akan terjadi ketika sel merasa lapar. Starvasi atau rasa lapar ini menyebabkan sel memakan komponen-komponen dari bagian sel yang telah rusak agar ia dapat bertahan hidup. Dengan demikian, sel dapat menyingkirkan bagian-bagian yang telah rusak dan meremajakan dirinya.

Menikmati teknologi canggih tanpa dipungut biaya

Puasa tentu tidak  serta merta memberikan hasil seperti rekayasa laboratorium. Meski demikian, puasa menghasilkan efek luar biasa dari aktivasi sel punca di dalam tubuh kita. Puasa menghasilkan peremajaan jaringan tubuh serta sistem pertahanan tubuh, sehingga berdampak pada kesehatan secara universal.

Berpuasa adalah seperti menjalani terapi sel punca alami, tanpa dipungut biaya. Bagaimana? Semakin semangat untuk berpuasa?

Semoga bermanfaat.

Salam kompasiana.

**

Tautan referensi: Cell Reports, Nature Reviews Endocrinology, Cell Stem Cell, Biomedical Journal, Journal of Cell Biology

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun