Mohon tunggu...
Evita Nur Anggraeni
Evita Nur Anggraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Evita Nur Anggraeni, 111211213, Universitas Dian Nusantara, Jurusan Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial, Nama Dosen Prof. Dr. Apollo Daito, M. Si. Ak

Evita Nur Anggraeni Universitas Dian Nusantara NIM 111211213 Jurusan Manajemen Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial Mata Kuliah Leadership Nama Dosen : Prof. Dr. Apollo Daito, M. Si. Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Diskursus Gaya Kepemimpinan MBTI

25 Desember 2024   20:30 Diperbarui: 25 Desember 2024   20:26 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diskursus Gaya Kepemimpinan MBTI 

   Gaya kepemimpinan MBTI mencerminkan kepribadian dalam mengelola tim dan mengambil keputusan. Pemimpin Extravert energik dan kolaboratif, sedangkan Introvert reflektif dan mendalam. Pemimpin Sensing fokus pada detail praktis, sementara Intuitive visioner dan strategis. Thinking menekankan logika dan objektivitas, sementara Feeling mengutamakan empati dan hubungan. Judging lebih terstruktur dan berorientasi pada rencana, sedangkan Perceiving fleksibel dan adaptif. Kombinasi unik ini menciptakan pendekatan kepemimpinan yang beragam sesuai tipe masing-masing.

Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016 
Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016 

   Gaya Kepemimpinan MBTI merupakan pendekatan yang menggunakan Myers-Briggs Type Indicator untuk memahami bagaimana tipe kepribadian seseorang memengaruhi gaya mereka dalam memimpin. MBTI mengklasifikasikan kepribadian berdasarkan empat dimensi: Extraversion (E) vs. Introversion (I), Sensing (S) vs. Intuition (N), Thinking (T) vs. Feeling (F), dan Judging (J) vs. Perceiving (P). 

   Kombinasi ini menghasilkan 16 tipe kepribadian yang masing-masing memiliki karakteristik unik dalam kepemimpinan, seperti fokus pada visi strategis, pengambilan keputusan berbasis logika, atau pendekatan yang empatik. Metode penyimpulan MBTI bersifat non-statistik karena didasarkan pada refleksi individu terhadap preferensi mereka, bukan pada pengukuran kuantitatif. Hal ini membuat MBTI lebih cocok sebagai alat eksplorasi diri dan pengembangan kepemimpinan daripada metode evaluasi ilmiah yang ketat.

Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016
Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016

   Gambar ini menunjukkan hubungan antara Carl Gustav Jung dan pengembangan MBTI (Myers-Briggs Type Indicator). Carl Gustav Jung (1875–1961), seorang psikiater asal Swiss, mengembangkan teori psikologi analitis yang mencakup konsep tipe kepribadian, seperti dimensi introversi-ekstroversi, sensing-intuition, dan thinking-feeling. Teori ini menjadi dasar bagi pengembangan MBTI oleh Katharine Cook Briggs (1875–1968) dan putrinya, Isabel Briggs Myers (1897–1980). Katharine dan Isabel mengadaptasi konsep Jung ke dalam sistem yang lebih praktis, bertujuan untuk membantu individu memahami diri sendiri dan orang lain, terutama dalam konteks pekerjaan dan interaksi sosial. 

    MBTI ini dirancang sebagai alat non-statistik untuk mengeksplorasi kepribadian, dengan mengklasifikasikan kepribadian ke dalam 16 tipe. Gambar ini diambil dari modul kuliah Prof. Apollo tahun 2016, yang memberikan penjelasan singkat tentang tokoh-tokoh yang berperan dalam pengembangan teori kepribadian ini.

Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016 
Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016 


   Gambar tersebut menjelaskan konsep preferensi kepribadian dalam MBTI (Myers-Briggs Type Indicator), yang mengidentifikasi empat dimensi utama kepribadian. Dimensi-dimensi ini menunjukkan bagaimana seseorang cenderung berpikir, berperilaku, dan berinteraksi dengan dunia sekitar. Penjelasan tiap dimensi adalah sebagai berikut:

1. Arah Pemusatan Perhatian
Dimensi ini menggambarkan bagaimana seseorang mendapatkan energi:

Ekstrovert (E): Berorientasi pada dunia luar, mendapatkan energi melalui interaksi sosial, aktivitas, dan pengalaman. Mereka cenderung terbuka, ekspresif, dan menikmati percakapan kelompok.

Introvert (I): Berorientasi pada dunia dalam, mendapatkan energi dari refleksi, pemikiran mendalam, atau aktivitas yang dilakukan sendiri. Mereka lebih tenang, tertutup, dan fokus pada ide atau pengalaman pribadi.

2. Cara Memperoleh Informasi
Dimensi ini menjelaskan bagaimana seseorang mengumpulkan dan memproses informasi:

Sensing (S): Fokus pada fakta, detail konkret, dan informasi yang dapat diverifikasi secara langsung melalui indera. Mereka lebih suka bekerja dengan data yang nyata dan cenderung praktis dalam pendekatan mereka.

Intuition (N): Cenderung memikirkan pola, kemungkinan, dan ide besar daripada detail. Mereka lebih kreatif dan visioner, melihat gambaran besar atau potensi yang belum terwujud.

3. Cara Mengambil Keputusan
Dimensi ini menunjukkan bagaimana seseorang membuat keputusan berdasarkan informasi yang tersedia:

Thinking (T): Berbasis logika, analisis, dan objektivitas. Mereka cenderung membuat keputusan secara rasional, fokus pada apa yang paling masuk akal dan efisien daripada mempertimbangkan perasaan.

Feeling (F): Mengutamakan nilai-nilai personal, harmoni, dan dampak emosional dari keputusan. Mereka lebih peduli pada hubungan interpersonal dan kesejahteraan orang lain.

4. Cara Menyikapi Dunia Luar
Dimensi ini menggambarkan bagaimana seseorang berinteraksi dengan dunia luar dalam mengatur aktivitas:

Judging (J): Terorganisir, terstruktur, dan suka memiliki rencana. Mereka cenderung menyukai kejelasan dan kepastian, sering kali menyelesaikan tugas lebih awal dan bekerja sesuai jadwal.

Perceiving (P): Fleksibel, spontan, dan terbuka terhadap perubahan. Mereka lebih santai dalam menghadapi situasi dan suka menjaga opsi tetap terbuka.

Setiap dimensi ini saling melengkapi dan membentuk kombinasi unik yang menciptakan 16 tipe kepribadian MBTI. Gambar ini juga menyoroti hubungan dua kutub dalam setiap dimensi, menunjukkan bahwa preferensi individu berada pada spektrum, dengan kecenderungan untuk lebih condong pada salah satu sisi. 

Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016
Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016

Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016 
Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016 

   Dalam Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), dimensi Ekstrovert (E) dan Introvert (I) menggambarkan bagaimana seseorang memusatkan perhatian dan mendapatkan energi, bukan secara langsung bagaimana mereka menilai atau menyikapi dunia luar. Meski demikian, preferensi ini tetap memengaruhi cara individu berinteraksi dengan dunia luar, terutama dalam konteks energi, fokus, dan gaya komunikasi. Berikut penjelasan lengkapnya :

a. Ekstrovert (E) :

Karakteristik Utama:
Orang dengan preferensi Ekstrovert mendapatkan energi dari interaksi dengan dunia luar, seperti bertemu orang, beraktivitas sosial, atau berpartisipasi dalam kelompok. Mereka cenderung aktif, berbicara dengan mudah, dan merasa nyaman dalam situasi yang melibatkan banyak orang.

Cara Menyikapi Dunia Luar:

- Fokus pada lingkungan eksternal, seperti orang lain, kegiatan, atau pengalaman langsung.

- Menyukai kolaborasi dan bekerja dalam tim.

- Cenderung berbicara terlebih dahulu untuk mengklarifikasi ide, sehingga proses berpikir mereka sering kali terlihat melalui komunikasi verbal.

- Menikmati situasi yang penuh dinamika dan stimulasi sosial.

- Merasa lelah ketika terlalu lama berada dalam situasi yang tenang atau terisolasi.

Gaya Hidup dan Interaksi:
Mereka lebih senang bertindak cepat, menghadapi tantangan secara langsung, dan lebih adaptif dalam situasi yang memerlukan keputusan spontan. Dunia luar adalah tempat mereka mengekspresikan diri dan menemukan peluang untuk berkembang.

b. Introvert (I):

Karakteristik Utama:
Orang dengan preferensi Introvert mendapatkan energi dari dunia internal mereka, seperti refleksi, pemikiran mendalam, atau kegiatan yang dilakukan sendirian. Mereka cenderung tenang, bijaksana, dan lebih nyaman dalam situasi yang tidak terlalu ramai.

Cara Menyikapi Dunia Luar:

- Fokus pada dunia internal mereka, seperti ide, emosi, atau konsep.


- Cenderung berpikir secara mendalam sebelum berbicara, sehingga komunikasi mereka lebih terencana dan tertata.

- Merasa nyaman bekerja sendiri atau dalam kelompok kecil.

- Membutuhkan waktu untuk menyendiri guna mengisi ulang energi setelah berinteraksi dengan orang lain.

- Kurang menyukai situasi yang penuh stimulasi atau tuntutan sosial yang intens.

Gaya Hidup dan Interaksi:
Mereka lebih suka mendalami suatu ide atau aktivitas hingga detail, menyukai ketenangan, dan cenderung menghindari pengambilan keputusan yang tergesa-gesa. Bagi mereka, dunia luar adalah tempat untuk mengamati dan memproses informasi dengan cara yang lebih personal dan introspektif.

Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016 
Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016 

   Perbedaan antara ekstrovert dan introvert, yang merujuk pada tipe kepribadian berdasarkan cara individu berinteraksi dengan dunia sekitar, cara belajar, serta cara mereka berpikir dan berkomunikasi.

a. Ekstrovert:

- Perhatian pada lingkungan eksternal: Ekstrovert cenderung lebih tertarik dan terlibat dengan dunia luar, seperti orang-orang dan kegiatan di sekitar mereka.

- Komunikasi verbal: Mereka lebih suka berbicara dan berinteraksi dengan orang lain melalui percakapan verbal.

- Belajar melalui perilaku atau diskusi: Ekstrovert cenderung belajar dengan cara berdiskusi atau melalui pengalaman langsung.

- Minat yang meluas: Mereka memiliki banyak minat dan cenderung tertarik pada berbagai hal.

- Bicara/bertindak dulu, baru berpikir: Ekstrovert sering kali berbicara atau bertindak sebelum mereka sepenuhnya memikirkan konsekuensinya.

- Ekspresif dan mudah bersosialisasi: Materi di atas menggambarkan perbedaan antara ekstrovert dan introvert, yang merujuk pada tipe kepribadian berdasarkan cara individu berinteraksi dengan dunia sekitar, cara belajar, serta cara mereka berpikir dan berkomunikasi.

- Berinisiatif dalam bekerja dan berhubungan dengan orang lain: Ekstrovert lebih aktif dalam memulai interaksi atau tugas yang melibatkan orang lain.

b..Introvert:

- Menarik diri pada dunianya sendiri: Introvert lebih memilih untuk berada dalam dunia pribadi mereka dan cenderung menghindari keramaian atau interaksi sosial yang intens.

- Komunikasi non-verbal/tulisan: Mereka lebih nyaman berkomunikasi melalui tulisan atau menggunakan cara non-verbal dalam menyampaikan pesan.

- Belajar melalui refleksi diri: Introvert cenderung merenung dan berpikir secara mendalam sebelum membuat keputusan atau belajar sesuatu.

- Minat yang mendalam: Mereka sering kali memiliki minat atau fokus yang sangat dalam pada topik tertentu.

- Berpikir dulu, baru berbicara/bertindak: Introvert lebih suka berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara atau bertindak, dengan pertimbangan yang lebih matang.

- Menyendiri dan terkendali: Mereka cenderung lebih suka berada sendiri dan mengendalikan diri dalam situasi sosial.

- Perhatian terfokus: Introvert memiliki kemampuan untuk fokus dan mendalami satu hal dengan lebih mendalam.

Secara umum, perbedaan ini mencerminkan dua tipe kepribadian yang memiliki pendekatan yang berbeda terhadap dunia sosial, cara berinteraksi, dan cara berpikir atau belajar. 

Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016
Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016

Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016 
Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016 

  Dalam MBTI (Myers-Briggs Type Indicator), dimensi Sensing (S) dan Intuition (N) menggambarkan dua cara berbeda dalam memperoleh informasi dan memproses data.

1. Sensing (S):

- Cara memperoleh informasi: Sensing merujuk pada kecenderungan untuk lebih fokus pada fakta-fakta konkret dan informasi yang dapat diterima melalui indera (melihat, mendengar, merasakan). Orang dengan tipe ini lebih suka bekerja dengan data yang jelas dan nyata.

- Proses berpikir: Mereka cenderung lebih memperhatikan detail, kenyataan, dan pengalaman langsung. Mereka menghargai apa yang ada di depan mereka dan lebih terikat pada pengalaman masa lalu untuk memandu mereka dalam mengambil keputusan.

- Kekuatan: Kemampuan untuk fokus pada detail, mengingat fakta secara akurat, dan beradaptasi dengan situasi yang nyata. Mereka sering lebih praktis dan realistis.

Ciri-ciri:

- Menyukai hal-hal yang nyata dan praktis.

- Lebih berorientasi pada dunia fisik dan yang bisa dilihat atau dirasakan.

- Mengandalkan pengalaman konkret daripada teori abstrak.

2. Intuition (N):

- Cara memperoleh informasi: Intuition merujuk pada kecenderungan untuk melihat gambaran besar dan mencari pola, makna, atau hubungan di balik informasi yang ada. Orang dengan tipe ini lebih fokus pada kemungkinan dan ide-ide abstrak.

- Proses berpikir: Mereka cenderung lebih berpikir ke depan dan menyukai gagasan atau konsep yang lebih teoritis. Mereka berfokus pada potensi dan apa yang mungkin terjadi, bukan hanya apa yang sudah ada.

- Kekuatan: Kemampuan untuk berpikir kreatif, melihat pola atau kemungkinan yang tidak terlihat oleh orang lain, dan merencanakan untuk masa depan.

Ciri-ciri:

- Lebih suka memikirkan ide-ide abstrak dan masa depan.

- Tertarik pada pola, konsep, dan kemungkinan yang belum terjadi.

- Sering berpikir tentang hubungan antara berbagai ide dan informasi.

Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016
Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016


 Perbedaan antara dua dimensi dalam MBTI, yaitu Sensing (S) dan Intuition (N), yang menggambarkan cara seseorang memperoleh dan memproses informasi.

1. Sensing (S):

a. Orang dengan tipe Sensing lebih memusatkan perhatian pada apa yang nyata dan aktual, serta lebih mengutamakan fakta yang dapat diverifikasi. Berikut adalah ciri-ciri dan karakteristiknya:

b. Menghargai aplikasi praktis: Mereka cenderung lebih tertarik pada hal-hal yang dapat diterapkan langsung dalam kehidupan nyata, terutama dalam hal-hal yang bersifat praktis dan konkret.

c. Faktual dan konkrit, memperhatikan detail: Mereka fokus pada fakta yang ada dan lebih memperhatikan detail-detail kecil dalam informasi yang diterima.

d. Mengamati dan mengingat secara berurutan: Mereka cenderung mengamati peristiwa atau informasi secara urut dan mengingatnya dengan cara yang berurutan.

e. Berorientasi pada saat ini: Mereka lebih fokus pada apa yang terjadi sekarang, bukan pada kemungkinan atau masa depan.

f. Menginginkan informasi setahap demi setahap: Mereka cenderung lebih suka menerima informasi secara bertahap, langkah demi langkah.

j. Mempercayai pengalaman: Mereka mengandalkan pengalaman langsung sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya untuk membuat keputusan atau memecahkan masalah.

2. Intuition (N):

a. Orang dengan tipe Intuition lebih memusatkan perhatian pada "gambaran umum" dan kemungkinan yang ada, serta cenderung lebih tertarik pada ide-ide yang lebih abstrak dan teoritis. Berikut adalah ciri-ciri dan karakteristiknya:

b. Menghargai pemahaman imajinatif: Mereka lebih tertarik pada pemahaman yang lebih imajinatif dan kreatif, serta pada konsep-konsep yang lebih luas daripada yang bersifat praktis.

c. Abstrak dan teoritis: Mereka cenderung lebih memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak, seperti ide atau teori, daripada hal-hal yang konkret dan praktis.

d. Melihat pola dan makna di balik fakta: Mereka cenderung mencari pola atau makna yang lebih dalam di balik fakta-fakta yang ada, dan tertarik untuk melihat hubungan antara berbagai elemen informasi.

e. Berorientasi pada masa depan: Mereka lebih tertarik pada kemungkinan dan potensi masa depan, serta apa yang bisa terjadi di masa depan.

f. Melompat-lompat, pindah dimana saja: Mereka sering berpindah-pindah topik atau ide, mengikuti inspirasi dan intuisi yang datang.

j. Mempercayai inspirasi: Mereka lebih mengandalkan perasaan inspiratif atau "hunches" untuk membuat keputusan atau mencari solusi.

Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016
Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016

Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016 
Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016 

   Dalam MBTI (Myers-Briggs Type Indicator), dimensi Thinking (T) dan Feeling (F) menggambarkan cara seseorang membuat keputusan dan mengevaluasi informasi, baik dari sudut pandang rasional maupun emosional.

1. Thinking (T):

  Orang dengan tipe Thinking cenderung membuat keputusan berdasarkan logika dan analisis objektif. Mereka mengutamakan pertimbangan yang rasional, terstruktur, dan adil dalam pengambilan keputusan. Berikut adalah ciri-ciri utama dari tipe Thinking:

a. Berdasarkan logika: Keputusan dibuat dengan menggunakan pemikiran logis, berdasarkan fakta dan data yang objektif.

b. Mengutamakan keadilan dan kesetaraan: Mereka lebih fokus pada prinsip-prinsip umum dan aturan yang berlaku, dan cenderung membuat keputusan yang adil, tanpa mempertimbangkan perasaan individu.

c. Berorientasi pada hasil dan efisiensi: Mereka lebih fokus pada solusi yang rasional dan efisien, serta hasil yang dapat dicapai dengan cara yang paling praktis.

d. Evaluasi yang objektif: Mereka mengevaluasi informasi atau situasi dengan cara yang tidak terpengaruh oleh perasaan pribadi atau hubungan emosional.

e. Tidak terlalu dipengaruhi oleh perasaan orang lain: Meskipun mereka bisa menghargai perasaan orang lain, keputusan mereka lebih sering didasarkan pada apa yang "logis" atau "benar" secara objektif, bukan pada perasaan atau dampak emosional terhadap orang lain.

2. Feeling (F):

Orang dengan tipe Feeling cenderung membuat keputusan berdasarkan perasaan dan nilai-nilai pribadi. Mereka lebih fokus pada dampak emosional dari keputusan dan bagaimana hal tersebut memengaruhi orang lain. Berikut adalah ciri-ciri utama dari tipe Feeling:

a. Berdasarkan perasaan dan nilai-nilai pribadi: Keputusan dibuat dengan mempertimbangkan perasaan pribadi, nilai-nilai moral, dan dampaknya terhadap orang lain.

b. Mengutamakan harmoni dan empati: Mereka cenderung menghindari konflik dan lebih fokus pada menciptakan suasana yang harmonis dan menyenangkan. Mereka lebih memperhatikan bagaimana perasaan orang lain terhadap keputusan yang diambil.

c. Berorientasi pada hubungan dan perasaan orang lain: Mereka membuat keputusan dengan mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut akan memengaruhi hubungan dan kesejahteraan emosional orang lain.

d. Evaluasi berdasarkan dampak emosional: Mereka cenderung lebih mengutamakan dampak emosional dari suatu keputusan dibandingkan dengan fakta-fakta objektif yang ada.

e. Membuat keputusan dengan empati: Mereka biasanya berusaha untuk memahami perasaan orang lain dan membuat keputusan yang bisa diterima dengan baik oleh semua pihak yang terlibat.

Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016 
Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016 

   Perbedaan antara dua cara dalam pengambilan keputusan dalam dimensi Thinking (T) dan Feeling (F) dalam MBTI:


1. Thinking (T)

a. Kuat dalam analisis: Tipe Thinking cenderung menganalisis situasi atau masalah dengan cara yang logis dan rasional.

b. Menggunakan "rasionalitas": Keputusan diambil berdasarkan pertimbangan yang rasional dan objektif, tanpa dipengaruhi oleh perasaan.

c. Menggunakan aturan berpikir sebab-akibat (determinisme): Mereka cenderung menggunakan prinsip sebab-akibat dan logika yang jelas untuk menyelesaikan masalah.

d. "Teguh-pendirian": Mereka lebih tegas dan memiliki keyakinan yang kuat dalam keputusan yang diambil.

e..Berjuang untuk objektif: Mereka berusaha untuk mencapai hasil yang objektif dan masuk akal.

f. Adil: Mengutamakan keadilan dan keputusan yang tidak memihak.

2. Feeling (F)

a. Kuat dalam memahami orang lain: Tipe Feeling lebih peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain.

b. Biasanya menggunakan "hati": Keputusan dibuat dengan mempertimbangkan perasaan dan nilai-nilai pribadi.

c. Dibimbing oleh 'nilai-nilai' pribadi: Keputusan dipengaruhi oleh prinsip moral dan nilai yang diyakini individu.

d. "Lembut-perasaan": Mereka cenderung lebih sensitif dan penuh perhatian terhadap perasaan orang lain.

e. Berjuang untuk keharmonisan dan keyakinan individu: Mereka lebih fokus pada menjaga hubungan harmonis dan mendukung keyakinan orang lain.

f. Kasih sayang: Mereka mengutamakan rasa kasih sayang dan empati dalam interaksi mereka.

j. Menerima: Mereka lebih terbuka dan menerima perbedaan serta nilai-nilai orang lain.

Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016
Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016


 Dimensi preferensi Judging (J) dan Perceiving (P) dalam Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), yang menggambarkan cara seseorang menilai atau menyikapi dunia luar. Dimensi ini berfokus pada gaya hidup dan pendekatan seseorang terhadap aktivitas sehari-hari, pengambilan keputusan, serta pengelolaan rencana.

1. Judging (J)

Orang dengan preferensi Judging cenderung memiliki gaya hidup yang terstruktur, terencana, dan terorganisir. Mereka menyukai kepastian dan merasa nyaman dengan rutinitas yang jelas serta tujuan yang sudah ditentukan.

Ciri utama:

- Mereka sering membuat daftar tugas dan merasa puas ketika setiap tugas diselesaikan tepat waktu.
- Cenderung menyelesaikan pekerjaan sebelum batas waktu.
- Tidak menyukai situasi yang tidak terduga atau terlalu banyak perubahan mendadak.
- Mengambil keputusan dengan cepat karena mereka lebih suka memiliki kontrol atas situasi.
- Lebih fokus pada hasil akhir dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapainya.

Secara umum, mereka adalah orang-orang yang suka melihat dunia sebagai sesuatu yang harus diatur, diprediksi, dan direncanakan. Gaya hidup mereka cenderung memberikan rasa stabilitas baik untuk diri sendiri maupun orang-orang di sekitar mereka.

2. Perceiving (P)

Sebaliknya, orang dengan preferensi Perceiving memiliki pendekatan yang lebih fleksibel, spontan, dan adaptif. Mereka menikmati kebebasan dalam eksplorasi dan cenderung tidak terikat pada struktur yang kaku.

Ciri utama:

- Mereka lebih santai dan cenderung menyelesaikan pekerjaan mendekati tenggat waktu, karena mereka merasa lebih produktif di bawah tekanan.

- Tidak terlalu suka membuat rencana detail, lebih suka membiarkan hal-hal berkembang secara alami.

- Terbuka terhadap perubahan dan lebih senang menjaga opsi tetap terbuka selama mungkin.

- Berfokus pada proses daripada hasil, karena mereka menikmati eksplorasi dan pengalaman baru.


- Tidak terlalu khawatir tentang kesempurnaan atau keteraturan selama tujuan utama tercapai.

Orang dengan preferensi Perceiving melihat dunia sebagai sesuatu yang dinamis dan terus berubah. Mereka merasa nyaman dalam situasi yang membutuhkan penyesuaian cepat dan lebih tertarik pada kebebasan untuk bertindak sesuai kebutuhan saat itu.

Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016
Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016

   Perbedaan antara dua dimensi dalam MBTI, yaitu Judging (J) dan Perceiving (P), yang menggambarkan cara seseorang mengatur dunia eksternal dan bagaimana mereka beradaptasi dengan situasi.

1. Judging (J)

a. Terjadwal dan teratur: Orang dengan tipe Judging cenderung lebih menyukai rutinitas dan perencanaan yang jelas, serta mengikuti jadwal.

b. Menyukai batasan yang jelas dan kategori-kategori: Mereka merasa lebih nyaman jika ada aturan atau struktur yang jelas dan terorganisir.

c. Merasa nyaman dalam situasi yang pasti, ada batasan: Mereka lebih suka situasi yang terstruktur dan dapat diprediksi, dengan keputusan yang sudah diambil.

d. Terencana: Mereka senang merencanakan segala sesuatu sebelumnya dan memastikan segala sesuatunya berjalan sesuai rencana.

e. Suka menutup perkara, mengambil keputusan: Mereka lebih cenderung menyelesaikan masalah atau membuat keputusan dengan cepat dan tegas.

f. Menghindari tekanan batas waktu: Mereka lebih suka memiliki waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas, tanpa terburu-buru.

2. Perceiving (P)

a. Spontan dan berpikiran terbuka: Orang dengan tipe Perceiving lebih fleksibel dan terbuka terhadap pengalaman baru dan perubahan.

b. Menyukai kebebasan untuk menjajagi tanpa batas: Mereka suka mengeksplorasi berbagai pilihan dan kesempatan tanpa merasa terikat dengan jadwal yang ketat.

c. Merasa nyaman dalam situasi yang terbuka: Mereka lebih nyaman dalam situasi yang fleksibel, tanpa ada batasan yang ketat.

d. Menyesuaikan diri: Mereka lebih mudah beradaptasi dengan perubahan dan situasi yang tidak terduga.

e. Suka pada hal yang bebas dan terbuka pada perubahan: Mereka cenderung menyukai kebebasan dan perubahan, serta siap menghadapi ketidakpastian.

f. Merasa bersemangat oleh tekanan batas waktu: Mereka sering kali merasa lebih termotivasi dan produktif saat bekerja di bawah tekanan atau tenggat waktu.


DAFTAR PUSTAKA 

Modul Kuliah 15, Prof Apollo, 2016 

Myers, I. B., & Briggs, P. B. (1998 ) Introduction to Type: A Guide to Understanding Your Results on the Myers-Briggs Type Indicator. CPP, Inc

Carlson, R. V. (1995). The Myers-Briggs Type Indicator: A Critical Review and Practical Guide. The Haworth Press.


Nardi, D. (2000). Neuropsychological Aspects of Personality Types. The National Institute for the Clinical Application of Behavioral Medicine.

 Davis, G. L., & Fodor, I. A. (2010). The MBTI and Emotional Intelligence: Exploring the Relationships Between Personality and Competence. The International Journal of Emotional Intelligence.

Quenk, N. L. (2000). Was That Really Me?: How Everyday Stress Brings Out Your Hidden Personality. CPP, Inc.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun