Keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri tidak sebatas pada murid, keterampilan cocaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar penuh(mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.
Sejatinya "Menyampaikan bahwa mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga adalah yang terbaik," demikian kata Bob Talbert. Ini adalah ungkapan yang menginspirasi untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang sebenarnya penting dalam pendidikan. Begitu pula, ketika kita membahas modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita memahami bahwa pengambilan keputusan dalam konteks pendidikan tidak hanya tentang membuat pilihan, tetapi juga tentang mempertimbangkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mendasarinya.
Ki Hajar Dewantara, dengan filosofi pendidikannya, menggarisbawahi pentingnya membimbing peserta didik menuju keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, sambil memberikan kebebasan bagi mereka untuk berkembang sesuai dengan kodratnya. Filosofi ini menjadi landasan bagi pemimpin pembelajaran untuk mengambil keputusan yang berpihak pada murid, mengedepankan nilai-nilai kebaikan dan keselamatan.
Pratap Triloka, konsep yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara, memberikan pedoman yang jelas bagi pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan. Konsep ini menekankan pentingnya menjadi teladan, membangun motivasi, dan memberikan dukungan kepada peserta didik. Dalam konteks pengambilan keputusan, pemimpin pembelajaran perlu mengintegrasikan prinsip-prinsip ini untuk memastikan keputusan yang diambil mendukung perkembangan peserta didik secara holistik.
Ketika kita menghadapi dilema etika dalam pengambilan keputusan, penting untuk mempertimbangkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip etis. Bujukan moral seringkali berlawanan dengan dilema etika, dan pemimpin pembelajaran harus mampu menjaga keseimbangan antara berbagai nilai yang bertentangan. Prinsip-prinsip dasar  pengambilan keputusan etis, seperti berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli, menjadi panduan dalam menghadapi situasi yang kompleks ini.
Teknik coaching juga memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan yang efektif. Melalui coaching, pemimpin pembelajaran dapat membantu peserta didik atau rekan sejawat untuk mengevaluasi berbagai opsi, mempertimbangkan nilai-nilai yang terlibat, dan mencari solusi yang paling tepat untuk dilema yang dihadapi.
Keseluruhan, pengambilan keputusan dalam konteks pendidikan bukanlah sekadar tentang membuat pilihan, tetapi tentang mempertimbangkan nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan konsekuensi dari setiap tindakan. Sebagai pemimpin pembelajaran, penting bagi kita untuk mengambil keputusan yang tidak hanya mendukung perkembangan peserta didik, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai yang mendasari pendidikan yang bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H