“Ngomong-ngomong, bagaimana perjalanan Mbak berhijab?”
Aku menengok ke jendela, menikmati tetesan-tetesan air hujan. Pikiranku melayang pada memori beberapa tahun lalu. “Panjang ceritanya.”
Pertama, dulu aku berpakaian seperti anak diusiaku. Lengan dan celana pendek.
Kedua, aku belajar untuk membiasakan diri memakai celana panjang.
Ketiga, tubuhku harus terbiasa dengan pakaian lengan panjang dan celana panjang.
Keempat, aku mulai berkerudung, meskipun kerudungnya sangat kepepet, namun aku menikmati proses itu. Aku hargai usahaku sendiri dek.
Ke empat, aku belajar pakai rok. Mungkin, karena tidak terbiasa memakai rok, ya? Rasanya sulit dan merepotkan dek, tetapi karena aku harus berani lebih baik ya harus dijalani. Bisa karena biasa, biasa karena kebiasaan.
Ke lima, aku belajar untuk mengulurkan kerudung yang lebih menutupi dada. Rasanya malu sendiri ketika bagian itu terlihat lekuknya.
Ke enam, aku belajar menyempurnakan hijabku dek. Membutuhkan waktu yang tak sebentar. Alhamdulillah.. Allah hadirkan kawan-kawan yang mendukungku untuk itu, dan sekarang aku masih belajar.
“Aku sama seperti sampean yang dulu, Mbak. Aku hanya berkerudung ketika sekolah, jadi ya aku berkerudung karena sekolahku mewajibkan untuk berkerudung Mbak. Aku ingin berkerudung dimanapun dan kapanpun.”
“Ya tadi itu dek, harus BERANI!”