Mohon tunggu...
Evi Nurhidayah
Evi Nurhidayah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Madrasatul ula untuk si kecil mungil

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Tantangan dalam Pola Asuh di Era Modern: Menghadapi Perubahan dengan Bijak

3 Februari 2025   08:21 Diperbarui: 3 Februari 2025   08:21 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tantangan pola asuh di era digital  (https://m.kumparan.com/ Keisha Kirania Safitri)

Mengasuh anak di era modern bukanlah perkara mudah. Teknologi yang berkembang pesat, perubahan nilai sosial, serta tekanan dari lingkungan membuat pola asuh menjadi lebih kompleks dibandingkan generasi sebelumnya. Orang tua sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti kurangnya pengetahuan parenting, perbedaan pola asuh dengan pasangan, hingga pengaruh lingkungan yang semakin kuat.

Menurut laporan terkini Radar Solo, banyak orang tua milenial dan Gen Z merasa bingung antara memberikan kebebasan eksplorasi kepada anak dan menjaga mereka dari pengaruh negatif dunia digital. Di sisi lain, Kasandra Putranto, psikolog forensik dari Universitas Indonesia, menekankan pentingnya orang tua menyelaraskan pola asuh dengan tantangan zaman agar anak tetap berkembang secara optimal.

Praktisi dan peneliti neuroscience, dr. Aisyah Dahlan, juga menekankan bahwa orang tua harus memahami karakteristik anak sesuai dengan perkembangan otaknya. Menurutnya, mendidik anak harus dilakukan dengan kelembutan, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 159:

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal." (QS. Ali Imran: 159)

Ayat ini mengajarkan bahwa kelembutan dalam mendidik anak lebih efektif dibandingkan dengan sikap keras dan kasar. Oleh karena itu, pola asuh yang penuh kasih sayang dan komunikasi yang baik akan lebih berhasil dalam membentuk karakter anak.

Lantas, bagaimana cara orang tua menghadapi tantangan ini?

Kurangnya Pengetahuan Parenting

Di tengah derasnya arus informasi, ironisnya, banyak orang tua masih mengandalkan pola asuh berdasarkan pengalaman masa lalu atau sekadar mengikuti tren tanpa memahami prinsip parenting yang benar. Akibatnya, pola asuh yang diterapkan bisa tidak sesuai dengan perkembangan psikologi anak.

Dampaknya? Anak mungkin mengalami tekanan emosional, kurang percaya diri, atau bahkan kesulitan bersosialisasi karena metode pengasuhan yang tidak tepat. Sebagai contoh, banyak orang tua yang masih menggunakan pola asuh otoriter dengan alasan "dulu saya juga dididik seperti ini dan baik-baik saja," padahal penelitian menunjukkan bahwa pendekatan yang terlalu keras bisa menurunkan rasa percaya diri anak.

Menurut dr. Aisyah Dahlan, memahami perkembangan otak anak menjadi kunci dalam pola asuh yang lebih efektif. Orang tua harus menyelaraskan cara mendidik dengan cara berpikir anak dan memberikan bimbingan tanpa kekerasan.

Solusi: Orang tua perlu meningkatkan pengetahuan tentang parenting melalui buku, seminar, atau komunitas yang kredibel. Dengan memahami tahap perkembangan anak, orang tua dapat menerapkan pola asuh yang lebih sesuai dengan kebutuhan zaman tanpa kehilangan nilai-nilai fundamental keluarga.

Perbedaan Pola Asuh dengan Pasangan

Perbedaan dalam pola asuh sering kali menjadi pemicu konflik dalam rumah tangga. Ayah mungkin cenderung lebih santai dalam mendidik anak, sementara ibu lebih disiplin, atau sebaliknya. Latar belakang, pengalaman masa kecil, dan nilai-nilai yang dipegang masing-masing pasangan bisa sangat memengaruhi cara mereka mengasuh anak.

Dampak dari perbedaan ini? Anak bisa bingung jika mendapat aturan yang berbeda dari ayah dan ibunya. Misalnya, saat ibu melarang penggunaan gadget sebelum tidur, tetapi ayah justru mengizinkan dengan alasan "sekali-sekali tidak apa-apa." Inkonistensi seperti ini bisa mengurangi efektivitas pola asuh dan membuat anak tidak memahami batasan yang jelas.

Solusi: Orang tua harus membangun komunikasi yang baik dan mencari kesepakatan dalam pola asuh. dr. Aisyah Dahlan menyarankan agar ayah dan ibu berdiskusi serta memahami karakter anak mereka sebelum menentukan metode parenting yang akan digunakan. Jika perlu, pasangan bisa mengikuti kelas parenting bersama agar memiliki pemahaman yang sama dalam membesarkan anak.

 Pengaruh Lingkungan dalam Pola Asuh

Lingkungan sekitar, termasuk keluarga besar, teman sebaya, dan media sosial, memiliki peran besar dalam membentuk pola asuh orang tua. Di era digital ini, media sosial menjadi faktor yang sangat kuat dalam memengaruhi keputusan parenting.

Dampaknya? Orang tua sering merasa tertekan untuk mengikuti standar pengasuhan yang dipamerkan di media sosial. Foto anak-anak dengan perlengkapan mahal, metode parenting yang "sempurna", hingga ekspektasi tidak realistis tentang pertumbuhan anak bisa membuat orang tua merasa tidak cukup baik.

Isu terkini: Sebuah laporan dari Smartalent menyebutkan bahwa banyak orang tua mengalami stres karena merasa harus selalu menjadi orang tua ideal di mata publik. Akibatnya, mereka lebih fokus pada pencitraan dibandingkan kebutuhan nyata anak.

Menurut dr. Aisyah Dahlan, tantangan di era digital tidak hanya datang dari media sosial, tetapi juga dari kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak. Ia menyarankan agar orang tua membangun kedekatan emosional dengan anak, sehingga anak lebih nyaman berbicara tentang apa yang mereka alami di lingkungan sekitar.

Solusi: Orang tua harus lebih selektif dalam menyerap informasi dan tidak mudah terbawa arus tren parenting yang belum tentu sesuai dengan kondisi keluarga. Fokuslah pada kebutuhan anak dan nilai-nilai yang ingin ditanamkan, bukan pada standar yang ditetapkan oleh media sosial atau lingkungan sekitar.

Kesimpulan dan Solusi Praktis

Menghadapi tantangan dalam pola asuh memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa diatasi. Orang tua perlu terus meningkatkan wawasan parenting, menyelaraskan pola asuh dengan pasangan, dan bijak dalam menyikapi pengaruh lingkungan. Dengan begitu, mereka bisa menciptakan pola asuh yang lebih harmonis, fleksibel, tetapi tetap berprinsip.

dr. Aisyah Dahlan menekankan bahwa pengasuhan terbaik adalah yang dilakukan dengan kesabaran dan kelembutan, sebagaimana dicontohkan dalam Islam. Orang tua yang memahami perkembangan anak dan memberikan ruang komunikasi yang sehat akan mampu membimbing anak dengan cara yang lebih efektif.

Yang terpenting, jangan biarkan tekanan sosial atau ketidaksepakatan dengan pasangan menghalangi tujuan utama parenting: membesarkan anak dengan penuh cinta, perhatian, dan bimbingan yang tepat. Sebab, anak yang tumbuh dengan pola asuh yang seimbang akan lebih siap menghadapi dunia yang semakin kompleks ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun