Mohon tunggu...
Evi Nurhidayah
Evi Nurhidayah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Madrasatul ula untuk si kecil mungil

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ledakan Kecil, Pelajaran Besar : Mengatasi Tantrum Anak Tanpa Menguras Emosi

24 Januari 2025   19:39 Diperbarui: 24 Januari 2025   19:39 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak lagi tantrum (https://images.app.goo.gl)

Memahami Tantrum pada Anak

Tantrum adalah ledakan emosi yang biasanya dialami oleh anak-anak usia 1-4 tahun. Hal ini terjadi karena keterbatasan kemampuan mereka untuk mengelola emosi dan mengekspresikan kebutuhan atau keinginan secara verbal. Tantrum bisa berupa menangis keras, berteriak, memukul, atau bahkan menjatuhkan diri ke lantai.

Menurut sebuah studi yang dipublikasikan oleh Journal of Developmental and Behavioral Pediatrics, tantrum merupakan fase normal dari perkembangan anak, di mana 87% anak usia 18-24 bulan pernah mengalaminya setidaknya sekali dalam seminggu. Puncak tantrum biasanya terjadi antara usia 2-3 tahun, ketika kemampuan bahasa anak belum sepenuhnya berkembang.

Fakta menarik:

  • Durasi rata-rata tantrum adalah 2-5 menit, meskipun orang tua sering merasa seperti berlangsung lebih lama.
  • Sebagian besar tantrum disebabkan oleh frustrasi yang terkait dengan kebutuhan yang tidak terpenuhi, bukan oleh sifat "nakal" anak.

Penyebab Anak Tantrum

Setiap tantrum memiliki pemicu yang berbeda, namun secara umum, penyebabnya dapat dikategorikan sebagai berikut:

  1. Fisiologis:

    • Lapar atau lelah adalah penyebab umum. Studi dari American Academy of Pediatrics menunjukkan bahwa anak-anak yang kurang tidur 30% lebih mungkin mengalami tantrum.
    • Ketidaknyamanan fisik seperti pakaian yang terlalu ketat atau suhu yang tidak nyaman.
  2. Emosional:

    • Anak merasa frustrasi karena keinginannya tidak dipahami. Misalnya, ingin sesuatu tetapi tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata.
    • Anak merasa kehilangan kendali atas situasi tertentu, seperti ketika dipaksa untuk berhenti bermain.
  3. Lingkungan:

    • Perubahan rutinitas yang mendadak, seperti pindah rumah atau bepergian.
    • Situasi yang terlalu ramai atau penuh stimulasi bisa membuat anak merasa kewalahan.
  4. Perkembangan:

    • Di usia toddler, anak-anak sedang belajar tentang kemandirian, sehingga sering kali berkata "tidak" untuk menunjukkan kendali.

Cara Orang Tua Mengatasi Tantrum Tanpa Emosi Negatif

a. Tetap Tenang dan Terkontrol

Penelitian dari Harvard University Center on the Developing Child menunjukkan bahwa ketika orang tua merespons dengan tenang, anak cenderung lebih cepat menenangkan diri.

  • Tips: Ambil napas dalam-dalam dan hitung sampai 10 sebelum merespons tantrum anak. Hindari bereaksi dengan berteriak atau emosi berlebihan.

b. Berempati pada Perasaan Anak

Empati membantu anak merasa dimengerti dan tidak sendirian. Studi oleh Child Mind Institute menunjukkan bahwa anak yang merasa didengar cenderung lebih mudah belajar mengelola emosi.

  • Contoh: Katakan, "Ibu tahu kamu marah karena tidak bisa makan permen sekarang. Tapi kita makan siang dulu, ya."

c. Jangan Memberikan Hukuman Fisik atau Verbal

Hukuman fisik atau verbal dapat memperburuk tantrum dan berdampak negatif pada perkembangan emosional anak. Penelitian oleh American Psychological Association menunjukkan bahwa hukuman fisik dapat meningkatkan risiko agresi pada anak di masa depan.

d. Alihkan Perhatian Anak

Mengalihkan perhatian adalah salah satu cara cepat untuk meredakan tantrum. Misalnya, berikan mainan favorit atau ajak melihat sesuatu yang menarik, seperti burung di luar jendela.

e. Ajarkan Anak Mengelola Emosi

Anak-anak butuh diajarkan bagaimana mengenali dan mengelola emosinya. Sebuah studi oleh University of Illinois menunjukkan bahwa anak yang diajarkan strategi pengelolaan emosi memiliki tingkat tantrum yang lebih rendah.

  • Ajarkan teknik sederhana seperti bernapas dalam-dalam sambil menghitung sampai tiga.

Langkah Pencegahan Tantrum

a. Buat Rutinitas yang Konsisten

Rutinitas memberikan rasa aman pada anak. Anak yang tahu apa yang diharapkan cenderung lebih sedikit mengalami tantrum.

  • Contoh: Jadwal tidur yang konsisten pada jam yang sama setiap hari.

b. Pastikan Kebutuhan Dasar Terpenuhi

Penelitian menunjukkan bahwa anak yang cukup tidur dan makan dengan teratur cenderung lebih stabil secara emosional.

c. Ajarkan Komunikasi Sederhana

Menggunakan bahasa isyarat sederhana untuk kebutuhan dasar seperti "minum" atau "makan" dapat membantu anak mengekspresikan keinginannya sebelum tantrum terjadi.

d. Berikan Pilihan

Anak merasa memiliki kontrol jika diberi pilihan sederhana. Contoh: "Kamu mau pakai baju merah atau biru?"

Fakta Penutup

Tantrum adalah bagian alami dari perjalanan tumbuh kembang anak. Dengan memahami penyebab dan cara mengatasinya, orang tua dapat membantu anak mengelola emosi mereka dengan lebih baik. Pendekatan yang penuh empati, tenang, dan konsisten adalah kunci untuk menghadapi tantrum tanpa emosi negatif.

Faktanya anak yang dibimbing dengan pendekatan yang positif dalam menghadapi tantrum cenderung memiliki kemampuan pengelolaan emosi yang lebih baik saat dewasa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun