Mohon tunggu...
Evin
Evin Mohon Tunggu... Tutor - Nulis-Nulis

Tertarik pada konten yang menarik

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Dilema Seni Jalanan dan Vandalisme: Ekspresi atau Corat-Coret?

9 Desember 2024   11:56 Diperbarui: 9 Desember 2024   13:05 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah nggak sih lagi jalan santai sore-sore, terus tiba-tiba disuguhkan sama tembok kumuh yang disulap jadi galeri seni terbuka? Keren, kan? Tapi, pernah juga nggak ngelihat coretan nggak jelas di halte bus atau tembok sekolah yang malah bikin pemandangan jadi rusak? Nah, ini dia dilema yang sering muncul, seni jalanan itu ekspresi atau vandalisme?

Kita bahas dulu yuk, apa sih sebenarnya seni jalanan? Seni jalanan, yang sering disebut juga "street art", adalah karya seni visual yang dibuat di ruang publik. Bisa berupa mural besar yang mencolok, stensil di sudut gang, atau bahkan stiker yang nempel di tiang listrik.

Para seniman jalanan, atau "street artist", biasanya menggunakan media apapun yang bisa mereka dapatkan. Cat semprot, kapur tulis, bahkan potongan kertas bekas bisa jadi alat untuk menuangkan kreativitas mereka.

Kenapa mereka memilih ruang publik? Alasannya beragam. Ada yang ingin karyanya dilihat oleh banyak orang, ada yang ingin menyampaikan pesan sosial, dan ada juga yang sekadar ingin mempercantik lingkungan.

Dampak Positif Seni Jalanan

Wah, kamu nggak salah baca kok! Seni jalanan yang keren bisa bikin lingkungan yang tadinya kumuh jadi jauh lebih menarik. Bayangin deh, tembok pembatas tol yang biasanya penuh coretan nggak jelas, disulap jadi mural yang penuh warna dan cerita. Pasti jadi lebih enak dilihat, kan?

Selain itu, seni jalanan juga bisa jadi sarana kampanye sosial. Para seniman bisa menggunakan karyanya untuk ngebahasin masalah lingkungan hidup, kemiskinan, atau ketidakadilan sosial. Dengan gambar yang menarik dan pesan yang kuat, seni jalanan bisa jadi alat buat menyadarkan masyarakat.

Jangan lupa juga, seni jalanan bisa jadi daya tarik wisata. Di beberapa kota di dunia, kawasan yang penuh dengan mural keren malah jadi tujuan wisata populer. Ini bisa jadi kesempatan buat kota tersebut untuk meningkatkan pendapatan dan pariwisata.

Vandalisme: Coretan yang Bikin Emosi

Oke, sekarang kita bahas sisi gelapnya seni jalanan, yaitu vandalisme. Vandalisme adalah perusakan properti umum dengan cara mencoret-coret atau menulis sembarangan. Biasanya sih, vandalisme ini cuma berupa coretan nggak jelas, tag nama geng, atau gambar-gambar kasar.

Yang bikin jengkel, vandalisme ini bisa bikin properti umum jadi rusak dan nggak enak dilihat. Bayangin aja, halte bus yang seharusnya bersih dan nyaman jadi penuh coretan kasar. Kan bikin males nunggu bus, ya kan?

Selain itu, vandalisme juga bisa dianggap sebagai bentuk ketidakpedulian terhadap lingkungan. Para pelaku biasanya nggak memikirkan dampak yang ditimbulkan dari perbuatan mereka.

Nah, pasti penasaran kan, gimana caranya supaya seni jalanan bisa tetap eksis tanpa dianggap vandalisme?

Jawabannya: izin dan tempat yang tepat. Percaya deh, banyak kok masyarakat yang sebenernya appreciate seni jalanan. Asalkan, para seniman itu berkarya di tempat yang tepat dan dengan izin dari pemilik properti.

Sekarang ini, udah banyak kok ruang publik yang disediakan khusus untuk para seniman jalanan. Ada tembok kosong yang sengaja dibiarin polos, ada festival seni jalanan, bahkan ada program kolaborasi antara seniman jalanan dengan pemerintah daerah.

Jadi, para seniman jalanan, yuk lah berkarya dengan kreatif dan bertanggung jawab!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun