Mohon tunggu...
Evin
Evin Mohon Tunggu... Tutor - Writer

Tertarik pada konten yang menarik

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Deepfake dan Ancamannya terhadap Demokrasi

11 November 2024   11:10 Diperbarui: 11 November 2024   11:20 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://www.freepik.com/author/stories

Deepfake. Ya, teknologi yang bisa membuat video dan audio palsu ini semakin canggih, dan kehadirannya bisa menjadi ancaman serius bagi demokrasi kita.

Bayangkan, Anda sedang asyik scrolling media sosial, lalu tiba-tiba muncul video calon pemimpin favorit tengah melontarkan pernyataan kontroversial. Perasaan Anda pasti campur aduk, bukan? Apalagi kalau videonya terlihat nyata.

Nah, inilah yang dikhawatirkan banyak pihak. Deepfake bisa dimanfaatkan pihak-pihak tak bertanggung jawab untuk merusak reputasi lawan politik, menyebarkan berita bohong atau hoaks, dan pada akhirnya, mempengaruhi opini publik menjelang pemilihan umum.

Apa itu Deepfake?

Deepfake adalah teknologi yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memanipulasi video dan audio. AI dilatih dengan sejumlah data berupa foto dan rekaman suara seseorang, kemudian digunakan untuk menciptakan rekaman palsu yang menampilkan orang tersebut seolah-olah sedang melakukan atau mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi.

Teknologi ini terus berkembang, dan deepfake yang dihasilkan pun semakin realistis. Awalnya, deepfake mungkin terlihat janggal, dengan gerakan bibir yang tidak sesuai dengan suara, atau ekspresi wajah yang kaku. Namun, seiring kemajuan teknologi, deepfake sekarang bisa dibuat dengan kualitas yang sangat meyakinkan, bahkan untuk orang awam sekalipun.

Dampak negatif deepfake terhadap demokrasi cukup serius. Berikut beberapa hal yang bisa terjadi:

Menyebarkan Disinformasi: Deepfake dapat digunakan untuk menyebarkan berita bohong (hoax) dan disinformasi. Video palsu yang menampilkan tokoh politik sedang melakukan hal yang tidak pantas, misalnya, bisa berdampak buruk pada reputasi mereka dan mempengaruhi pilihan masyarakat.

Mendelegitimasi Proses Pemilu: Kepercayaan publik terhadap proses pemilu bisa tergerus jika deepfake digunakan secara masif. Munculnya video palsu yang menampilkan kecurangan pemilu, misalnya, bisa memicu kerusuhan dan ketidakstabilan politik.

Menekan Kebebasan Pers: Deepfake bisa digunakan untuk membuat video palsu yang berisi serangan terhadap jurnalis dan media. Hal ini bisa berdampak pada kebebasan pers dan menghambat masyarakat untuk mendapatkan informasi yang akurat.

Meskipun deepfake bisa menjadi ancaman, bukan berarti kita tidak bisa melakukan apa-apa.

Masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengenali deepfake. Kampanye edukasi publik yang masif bisa membantu masyarakat untuk berpikir kritis dan tidak mudah tertipu oleh video dan audio yang mencurigakan.

Media massa dan platform online seperti YouTube dan Facebook perlu memiliki mekanisme untuk mendeteksi dan menghapus deepfake. Selain itu, platform online juga perlu lebih transparan dalam hal kebijakan mereka terkait konten deepfake.

Para peneliti dan developer terus mengembangkan teknologi untuk mendeteksi dan melawan deepfake. Tools ini bisa membantu untuk mengidentifikasi deepfake secara lebih akurat dan mencegah penyebarannya.

Deepfake adalah teknologi yang perlu kita waspadai. Dampak negatifnya terhadap demokrasi tidak bisa dianggap remeh. Namun, dengan meningkatkan literasi digital, kerja sama antara media dan platform online, serta pengembangan teknologi anti-deepfake, kita bisa mampu mencegah menyebarnya informasi palsu ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun