Deepfake. Ya, teknologi yang bisa membuat video dan audio palsu ini semakin canggih, dan kehadirannya bisa menjadi ancaman serius bagi demokrasi kita.
Bayangkan, Anda sedang asyik scrolling media sosial, lalu tiba-tiba muncul video calon pemimpin favorit tengah melontarkan pernyataan kontroversial. Perasaan Anda pasti campur aduk, bukan? Apalagi kalau videonya terlihat nyata.
Nah, inilah yang dikhawatirkan banyak pihak. Deepfake bisa dimanfaatkan pihak-pihak tak bertanggung jawab untuk merusak reputasi lawan politik, menyebarkan berita bohong atau hoaks, dan pada akhirnya, mempengaruhi opini publik menjelang pemilihan umum.
Apa itu Deepfake?
Deepfake adalah teknologi yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memanipulasi video dan audio. AI dilatih dengan sejumlah data berupa foto dan rekaman suara seseorang, kemudian digunakan untuk menciptakan rekaman palsu yang menampilkan orang tersebut seolah-olah sedang melakukan atau mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi.
Teknologi ini terus berkembang, dan deepfake yang dihasilkan pun semakin realistis. Awalnya, deepfake mungkin terlihat janggal, dengan gerakan bibir yang tidak sesuai dengan suara, atau ekspresi wajah yang kaku. Namun, seiring kemajuan teknologi, deepfake sekarang bisa dibuat dengan kualitas yang sangat meyakinkan, bahkan untuk orang awam sekalipun.
Dampak negatif deepfake terhadap demokrasi cukup serius. Berikut beberapa hal yang bisa terjadi:
Menyebarkan Disinformasi: Deepfake dapat digunakan untuk menyebarkan berita bohong (hoax) dan disinformasi. Video palsu yang menampilkan tokoh politik sedang melakukan hal yang tidak pantas, misalnya, bisa berdampak buruk pada reputasi mereka dan mempengaruhi pilihan masyarakat.
Mendelegitimasi Proses Pemilu: Kepercayaan publik terhadap proses pemilu bisa tergerus jika deepfake digunakan secara masif. Munculnya video palsu yang menampilkan kecurangan pemilu, misalnya, bisa memicu kerusuhan dan ketidakstabilan politik.
Menekan Kebebasan Pers: Deepfake bisa digunakan untuk membuat video palsu yang berisi serangan terhadap jurnalis dan media. Hal ini bisa berdampak pada kebebasan pers dan menghambat masyarakat untuk mendapatkan informasi yang akurat.