Pernahkah Anda merasa seperti baru saja keluar dari medan perang setiap pulang kerja? Dada sesak, kepala pening, dan semangat hilang entah ke mana. Bisa jadi, Anda sedang terjebak di lingkungan kerja yang toxic, alias lingkungan kerja yang tidak sehat.
Jangan anggap enteng! Lingkungan kerja yang buruk bisa berdampak serius pada kesehatan mental.
Bayangkan kantor impian Anda. Pasti bukan tempat penuh drama, gosip, dan tekanan yang nggak kira-kira, kan? Nah, toxic workplace persis kebalikannya.
Ini adalah lingkungan kerja yang dipenuhi berbagai perilaku negatif yang bisa mengikis semangat dan kebahagiaan karyawan, salah satu contohnya perundungan tempat kerja.
Ciri-ciri toxic workplace bisa beragam, di antaranya boss yang abu-abu. Atasan yang suka memberikan instruksi gak jelas, suka menyalahkan bawahan atas kesalahannya sendiri, atau malah hobi memberi kritik pedas tanpa solusi yang membangun.
Beban kerja tidak terkendali. Ditarget muluk-muluk, dikejar deadline yang nggak masuk akal, dan lembur jadi rutinitas? Ini jelas bikin stres dan bisa mengarah ke burnout.
Kurangnya komunikasi dan transparansi. Informasi penting ditutup-tutupi, keputusan diambil secara sepihak, dan karyawan dibuat bingung? Wah, ini bisa memicu rasa tidak percaya dan menurunkan semangat kerja.
Kurangnya apresiasi, semisal kerja keras Anda nggak dihargai. Prestasi diabaikan begitu saja. Tentunya, ini bikin semangat jadi kempes.
Jangan sepelekan lingkungan kerja yang toxic. Dampaknya bisa jauh lebih besar dari sekadar bosan dan suntuk. Ini bisa berdampak pada kesehatan mental. Stres kronis, kecemasan, dan depresi adalah beberapa masalah kesehatan mental yang bisa timbul akibat toxic workplace.
Stres yang berkepanjangan bisa menurunkan daya tahan tubuh dan memicu berbagai penyakit fisik, seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan bahkan penyakit jantung.
Produktivitas kerja gak maksimal. Masuk kerja dengan perasaan tertekan dan tidak bersemangat pasti bikin produktivitas menurun.
Perasaan terjebak di lingkungan kerja yang toxic pasti tidak mengenakkan. Tapi tenang, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk menyelamatkan diri.
Langkah pertama adalah mengenali ciri-ciri toxic workplace. Perhatikan suasana kantor, interaksi dengan atasan dan rekan kerja, serta beban kerja Anda.
Jika Anda mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan, seperti perundungan atau pelecehan verbal, coba untuk mendokumentasikannya. Ini bisa berupa catatan harian, email, atau rekaman suara (tentunya dengan izin, ya!).
Komunikasi dengan atasan. Coba untuk berbicara dengan bos Anda dan sampaikan kekhawatiran terkait lingkungan kerja. Mungkin saja mereka tidak menyadari dampak negatif yang terjadi.
Jangan menghadapi situasi ini sendirian. Ceritakan pengalaman Anda pada teman, keluarga, atau bahkan psikolog.
Jika kondisi sudah tidak bisa diperbaiki dan kesehatan mental terancam, mungkin inilah saatnya untuk mencari pekerjaan baru. Prioritaskan perusahaan yang punya budaya kerja yang sehat dan menghargai karyawannya.
Ingat, Anda berhak bekerja di lingkungan yang sehat dan aman. Jangan biarkan toxic workplace menggerogoti kebahagiaan dan kesehatan Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H